Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Kebencian Moza
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di kantor polisi. Motor Moza pun di simpan di sana. Bagas kembali melihat ke arah Moza.
"Seriusan kamu tidak mau membuka helm kamu?" tanya Bagas.
Moza kembali menggeleng. "Apa sih masalahnya? sampai kamu tidak mau membuka helm? apa benar yang dikatakan anak buah aku kalau wajah kamu buruk rupa?" ledek Bagas.
Lagi-lagi sifat Bagas sejak dulu tidak pernah berubah, selalu menghina dan meremehkan orang. Moza pun celingukan mencari tempat duduk, hingga dia pun menemukan kursi dan dia pun pergi meninggalkan Bagas lalu duduk di kursi itu. Hampir semua polisi menertawakan Moza yang sama sekali tidak mau melepas helmnya.
"Sial, sikap mereka tidak mencerminkan seragamnya. Bisanya cuma meremehkan dan merendahkan orang," batin Moza.
Bagas yang melihat kaki Moza terlalu seksi dan memperlihatkan paha mulusnya membuat Bagas risih karena anak buah dia terus saja melihat ke arah Moza. Bagas mengambil jaketnya, lalu menghampiri Moza dan menutup kaki Moza membuat Moza kaget. "Kamu itu wanita, seharusnya kamu bisa menutup bagian tubuh kamu karena orang zaman sekarang pikirannya kebanyakan ngeres," ucap Bagas.
Moza hanya diam, dia tidak merespon ucapan Bagas tapi dia juga tidak menolak dengan pemberian jaket oleh Bagas. Dia sadar jika saat ini dia memakai celana pendek sekali. "Jadi ini urusannya mau bagaimana? apa kamu mau ngambil surat-surat dulu untuk mengambil motor kamu itu?" tanya Bagas.
Moza diam, dia pun mengambil beberapa lembar uang dari dalam tas kecilnya lalu memberikan kepada Bagas tanpa bicara sama sekali. "Maksud kamu apa? kamu mau mencoba menyogok aku?" geram Bagas.
Moza mengangguk. Dia bangkit dari duduknya lalu memberikan uang itu ke tangan Bagas membuat Bagas semakin geram. "Kamu benar-benar tidak tahu malu, sudah melanggar dan sekarang kamu mau mencoba menyogok petugas!" bentak Bagas.
Bagas melempar uang itu ke tubuh Moza membuat Moza semakin emosi. "Kalau begini caranya, mau ada sim dan stnk pun motor itu akan aku tahan di sini untuk efek jera," tegas Bagas.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil datang dan itu ternyata mobil Una. "Moza, kamu gak apa-apa 'kan?" tanya Una khawatir.
Bagas membelalakkan matanya, wanita yang dari tadi menjengkelkan itu ternyata Moza. Perlahan Moza membuka helmnya, dan meminta sim serta stnk kepada Una. Bahkan Polisi yang dari tadi mengejek dan menertawakan Moza seketika diam membeku.
"Surat-suratnya mana, Kak?" tanya Moza sembari mengulurkan tangannya.
Una pun segera memberikan surat-surat kendaraan milik Moza. Sementara itu Bagas terdiam membeku, dia masih tidak menyangka kalau itu adalah Moza. "Ini surat-surat kendaraan aku, jadi kembalikan kunci motor aku," ucap Moza dingin.
"Tunggu, kok dia mirip orang yang tadi malam buat gaduh di bar," ucap Una.
"Memang dia orangnya," sahut Moza.
"Astaga, jadi kamu itu polisi? ngapain kamu masuk bar?" tanya Una.
Bagas terlihat gugup, dia pun segera memberikan kunci motor Moza. "Aku naik motor saja," ucap Moza.
"Ya, sudah kamu hati-hati, kakak duluan," sahut Una.
Una pun kembali masuk ke dalam mobilnya dan pergi duluan meninggalkan kantor polisi. Para polisi langsung menghampiri Moza untuk meminta foto bersama tapi Moza menolak. Hingga Bagas pun kembali menghampiri Moza yang sudah bersiap untuk pergi itu.
"Kenapa kamu berubah seperti ini, Moza? dulu kamu gadis yang baik dan pendiam, kenapa sekarang kamu berubah masuk ke dalam pergaulan bebas seperti itu?" tanya Bagas.
Kali ini Moza membuka kaca helmnya dan menatap mata Bagas dengan tajam. "Semua orang bisa berubah termasuk aku, Moza yang baik dan pendiam yang barusan kamu sebutkan itu sudah tidak ada bahkan sudah mati jadi jangan samakan aku yang dulu dengan aku yang sekarang," sahut Moza dingin.
Moza menutup kaca helmnya lalu meninggalkan kantor polisi dengan kecepatan tinggi. "Ternyata itu Moza, kalau tahu Moza sudah dari tadi aku minta foto."
"Sayang banget gak bisa diajak foto, Moza memang susah sekali untuk digapai."
"Sumpah, aku baru lihat aslinya seperti apa dan ternyata cantik banget."
Itulah celetukan-celetukan anak buah Bagas membuat Bagas semakin kesal. Dia pun segera masuk ke dalam ruangannya. Sementara itu, Moza melajukan motornya tak tahu arah hingga dia pun berhenti di taman kota dan dia pun menghentikan laju motornya.
Moza membuka helmnya dan duduk sendirian di sana. Tatapannya lurus ke depan, pikirannya kembali ingat masa-masa di mana Bagas menolak dirinya dan mempermalukan dirinya di depan semua teman-teman. Lalu dia juga beralih ingat kepada Papanya yang sudah membuat Mamanya meninggal dan pergi meninggalkan dirinya begitu saja.
"Aku benci kepada kalian berdua, sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkan kalian," geram Moza dengan mengepalkan kedua tangannya.
***
Malam pun tiba....
Bagas baru saja pulang dinas, dilihatnya kedua orang tuanya dan juga Bella sedang berbincang-bincang di ruangan keluarga. "Lagi ngobrolin apa kalian?" tanya Bagas sembari menjatuhkan tubuhnya di atas sofa samping Mamanya.
Dia rebahan dengan paha Mamanya dijadikan bantal. "Lelah sekali ya, Nak?" seru Mama Reni sembari mengusap kepala Bagas.
"Lumayan Ma, tadi pagi sampai sore ada razia gabungan jadi Bagas hampir seharian tugas di jalanan," sahut Bagas.
"Siapa suruh jadi Polisi, Papa 'kan ingin kamu jadi pengusaha seperti Papa," seru Papa Heru.
"Polisi sudah jadi cita-cita Bagas sejak dulu, lagipula Bagas juga lagi mempelajari kok jadi pengusaha," sahut Bagas.
"Baguslah," ucap Papa Heru.
"Bagas, minggu depan Bella ulang tahun yang ke-17 tahun dan dia minta dirayakan di Villa kita yang ada di Bogor," seru Mama Reni.
"Kok di Villa sih Dek? di sini banyak hotel, kenapa gak di hotel aja biar gak ribet," ucap Bagas.
"Ini ulang tahun sweet seventeen Kak, jadi harus spesial dan Bella ingin dirayakan di Villa. Bahkan Bella sudah mengundang idola Bella untuk menjadi bintang tamu pastinya ulang tahun Bella bakalan meriah sekali dan menjadi surprise juga buat teman-teman Bella," sahut Bella.
"Memangnya siapa idola kamu?" tanya Bagas.
"DJ Moza lah," sahut Bella dengan bahagianya.
"Hah!" seketika Bagas bangun dan menatap Bella tidak percaya.
"Kakak kenapa, kok kaya kaget gitu?" tanya Bella.
"Ngapain kamu ngundang DJ, Dek?" seru Bagas.
"DJ Moza itu lagi viral saat ini Kak, bahkan Bella sudah membooking dia sejak dua bulan yang lalu saking padatnya acara dia," sahut Bella.
"Memangnya tidak ada yang lain apa?" ketus Bagas.
"Bella dan teman-teman fansnya DJ Moza jadi Bella tidak mau yang lain," sahut Bella.
Bagas terdiam, Moza saat ini benar-benar sedang viral bahkan adiknya saja sampai ngefans kepada dia. Adik dan kedua orang tuanya tidak tahu jika Moza adalah teman Bagas waktu SMA.