Hati Yang Tersakiti

"Wah lihat ada apa kok ramai - ramai?"

"Sepertinya ada yang bertengkar."

"Wah ada apa kenapa sampai bertengkar ditempat seperti ini, siapa mereka."

Semua orang mulai berkasak kusuk karena pertengkaran antara Melinda dan Tyas mulai terdengar dan menyebar dari mulut ke mulut, suasana malam amal itu pun jadi semakin ramai namun bukan karena acaranya melainkan karena pertengkaran antara Melinda dan Tyas.

"Ada apa itu, kenapa mereka semua menuju kesana." ucap seorang pebisnis yang sedang berbincang dengan Kenan.

"Mungkin ada kerusuhan antara wanita." jawab Kenan biasa saja dan berjalan kearah balkon untuk bersantai.

Sambil menunggu acara dimulai Kenan berdiri di balkon dan menikmati suasana malam serta angin malam yang semilir. Kenan tak tau kalau didalam yang sedang ribut adalah pertengkaran antara istrinya dan wanita lain yang saling merebutkan dirinya.

"Tuan Kenan apa anda tak tau kalau yang lagi bertengkar adalah wanita yang tadi datang bersama dengan anda." ucap seorang pebisnis yang tadi berbincang dengan Kenan.

"Apa? Ada apa sebenarnya?" Kenan terkejud dan bertanya dengan berjalan cepat kearah sumber keributan.

"Tidak tau, tapi sepertinya kalau tidak dilerai akan semakin ramai." ucap pebisnis itu mengutip langkah Kenan yang lebar.

"Kau jangan sembarangan memfitnah ya, aku tak pernah melakukan hal seperti yang kau sebutkan itu." Melinda berkata dengan sangat kesal.

"Benarkah? Kamu sebaiknya jangan mengelak lagi, katakan saja sejujurnya siapa kamu dan wanita seperti apa dirimu itu. Dasar perebut suami orang, wanita tak tau diri dan tak tau malu." Tyas berkata sesuai dengan apa yang dia ketahui, karena sebelum dia menyerang Melinda Tyas telah menyelidiki siapa Melinda sebenarnya

"Ya ampun ternyata dia adalah perebut suami orang toh." kasak kusuk semua orang yang melihat.

"Kau jangan asal bicara saja, tunjukkan buktinya pada ku." Melinda sudah sangat emosi karena Tyas terus saja menyerang dirinya dan memojokkan dia dengan tuduhan - tuduhan yang membuat Melinda terlihat buruk didepan semua orang.

"Tolong nona - nona jangan membuat keributan lagi, ini adalah acara amal jadi tolong kendalikan diri kalian dan jangan membuat suasana jadi tak enak, kalau kalian punya masalah sebaiknya kalian selesaikan saja urusan kalian ditempat lain jangan di sini." salah seorang pegawai yang bekerja dalam acara penyelenggaraan malam amal itu melerai Tyas dan Melinda.

"Mel, apa yang kau lakukan jangan mempermalukan diri ditempat umum seperti ini." Kenan yang datang langsung berkata dengan suara kerasnya.

"Mas Kenan." panggil Tyas dan Melinda bersamaan.

"Dia yang mulai mengusik ku mas dan mengatakan yang tidak - tidak tentang diriku." Melinda mengadu pada Kenan.

"Aku berkata soal fakta, mas Kenan harusnya menyelidikinya. Aku bicara atas nama kakakku." Tyas berkata dengan lantang.

"Hentikan, selesaikan selesaikan di luar dan jangan membuat keributan di sini. Dan lagi antara aku dan Fairi sudah tak ada hubungan lagi, kami telah berpisah jadi tolong jangan buat keributan lagi." Kenan berkata dengan menatap Tyas tajam.

Mendengar ucapan Kenan membuat Melinda dan tuas terkejud dan mereka langsung diam, terlebih lagi Tyas merasa sangat senang karena ini adalah kabar terbaru untuk sang ayah yang saat ini sangat memuja Fairi dan mengutamakan Fairi atas segala hal walau Fairi sedang tak ada.

"Kita pulang." Kenan membawah Melinda keluar dan meninggalkan tempat itu tanpa harus menunggu acara malam itu dimulai.

"Mas Kenan tolong maafkan aku, seharusnya aku tak terpancing olehnya. Dia mengatai aku adalah wanita perebut suami orang dan itu membuat semua orang yang ada disana jadi mengata - ngatai aku," Melinda menjelaskan pada Kenan apa yang terjadi "Maafkan aku mas, ini semua karena aku." sambung Melinda lagi dan Kenan hanya diam sambil fokus menyetir.

...💔💔💔...

"Tuan Bram, aku sudah mengirimkan semua hasil penyelidikan saya lewat email, tuan bisa langsung melihatnya." ucap orang suruhan dari papa Kenan untuk menyelidiki seseorang.

"Baiklah, kamu boleh pergi sekarang aku akan melihatnya nanti. Dan terima kasih banyak atas kerja keras mu beserta anak buahmu." ucap tuan Bram pada orang suruhannya.

"Hem, aku tak tau kejutan apa yang bakalan terlihat nanti. Sepertinya itu bukan informasi yang mudah untuk disampaikan dengan kata - kata sehingga mereka mengirimkan lewat email." tuan Bram bergumam sendiri sambil membuka laptopnya untuk melihat apa hasil penyelidikan mereka selama ini.

...💔💔💔...

"Mas, apa mas Kenan marah?" Melinda terus bertanya pada Kenan yang dari tadi diam selama perjalanan pulang.

"Menurutmu." Kenan menjawab dengan singkat.

"Tapi mas, aku sudah minta maaf pada mas Kenan, dan bukan aku yang mulai pertengkaran itu. Dia tiba - tiba saja menyerang ku dengan berbagai tuduhan dan kata - kata kasar dengan mengatas namakan kakaknya." Melinda mengikuti Kenan masuk kedalam kamar.

Kenan diam dan berganti baju dengan sangat cepat, Melinda yang melihat hal itu jadi merasa kesal dan marah pada Fairi yang telah membuat dirinya dan Kenan jadi berperang dingin. Didalam hati Melinda dia ingin sekali memaki Fairi yang pengecut karena mengirim adiknya untuk menjelek - jelekkan dirinya.

"Mas Kenan, tolong bicaralah pada ku. Apa yang harus aku lakukan agar mas Kenan memaafkan aku? Aku tau bahwa aku telah membuat mas Kenan malu, tapi semua itu bukan aku yang mulai dan aku tak salah mas." Melinda mengikuti Kenan masuk kedalam ruang kerjanya. "Lagian kenapa Fairi begitu licik sampai dia mengirimkan orang lain untuk memaki ku, jika dia berani harusnya menghadapi aku secara langsung bukan begini caranya, pengecut banget dia. Pasti dia sangat marah karena mas Kenan telah menceraikannya." Melinda berkata panjang lebar dan mengungkapkan semua rasa kesalnya.

Brak (Kenan memukul meja kerjanya dengan sangat keras)

Mendengar itu Melinda langsung diam dan menatap Kenan dengan takut, sorot mata Kenan sangat tajam dan urat wajah Kenan terlihat semua dan itu menandakan kalau Kenan sedang menahan rasa marahnya.

"Keluar!! Aku gak mau mengatakan kata - kata yang akan membuat mu sakit, jadi keluarlah." Kenan membentak Melinda dan dengan cepat Melinda keluar.

"Hm." Kenan duduk dikursi dan memegangi kepalanya yang terasa pusing.

Disaat Kenan sedang memasuki masa sulit dan bimbang dalam hidupnya karena permasalahan antara Melinda dan Tyas juga akan keberadaan Fairi yang mulai menguasai sudut hatinya, disisi lain Sri Wati teman Fairi yang seprofesi dengan dirinya dulu dan yang mengenalkan Fairi dengan Om-nya berusaha untuk menanyakan keberadaan Fairi pada sang om, karena Sri Wati yakin kalau sang om pasti tau soal Fairi pergi dan tinggal dimana.

...💔💔💔...

"Jangan tanya soal yang om tak tau menahu, kamu tanyakan saja sesuatu yang pasti. Memangnya om tau dimana teman mu itu berada." Pak Sujono mengelak dan tak mau memberi tahu keponakannya karena Fairi sudah berpesan agar tak memberitahu siapa pun termasuk pada Sri Wati.

"Om, jangan bohong. Om tak bisa berbohong pada ku, cepat katakan dimana Fairi berada sekarang." Sri Wati tetap memaksa pak Sujono sang om untuk mengaku kalau dia tau tentang keberadaan Fairi.

Pak Sujono menghela nafas dalam dengan keponakannya itu yang selalu jeli dan tak bisa ditipu, "kau benar - benar keras kepala ya, bahkan tak bisa untuk berpura - pura tak tau saja dan tak memaksa untuk bertanya"

"Karena aku tau kalau om ada dibalik semua ini, gak mungkin Fairi tiba - tiba menghilang tanpa jejak jika om tak membantunya." Sri Wati tersenyum menatap sang om.

"Baiklah, tapi jangan sampai bocor." Pak Sugiono mencari sebuah berkas dan memberikannya kepada keponakannya.

"Apa ini? Aku tanya soal Fairi, kenapa om malah memberiku sebuah berkas?" Sri Wati bertanya dengan heran dan menatap sang om bertanya - tanya.

"Buka dan lihatlah kau akan tau." Pak Sujono memerintahkan Sri Wati untuk melihat berkas yang ada dihadapannya.

Dengan pelan sri Wati membuka berkas itu dan mulai membacanya, "ini..." Sri Wati menatap pak Sujono.

"Ya, dia telah pindah ke Beijing dan menjadi manajer disana. Dengan nama Ayu Larasati, dia tak ingin ada yang tau dia berada dimana termasuk dirimu, karena dia tak ingin bisa ditemukan dan ingin bekerja dengan tenang." Pak Sujono berkata dan menjelaskan semuanya pada keponakannya itu tanpa diminta.

"Ayu Larasati, jadi orang yang selalu menghubungi om adalah Fairi? Orang yang selama ini selalu berhubungan dengan om dan membahas soal pekerjaan selama ini adalah Fairi." Sri Wati menangis karena dia mencari kemana mana dan ternyata berada begitu dekat dengan dirinya. "Aku janji tak akan mengatakan kepada siapa pun, tapi aku bolehkan menghubungi dia?" Sri Wati bertanya pada sang om, dan pak Sujono mengangguk.