Hati Yang Tersakiti
Malam itu terasa sangat dingin karena hujan telah turun dari sore dan Fairi menunggu kedatangan Kenan dengan sangat sabar, walau hari sudah cukup malam. Fairi duduk dengan diam dan tenang didepan meja makan malam itu dan dia sengaja pulang dari sore untuk hari ini karena dia ingin menghormati Kenan meski pernikahan ini tak ada perasaan cinta sama sekali.
Deru suara mobil Kenan terdengar yang menandakan kalau dia sudah datang dan memasuki garansi. Dengan cepat Fairi menyalakan lilin yang sudah tertanam diatas kue didepannya.
Suara pintu terdengar sedang dibuka oleh seseorang, Fairi berdiri ingin menyambut kedatangan Kenan suaminya namun langkah kecil Fairi terhenti ditempat saat melihat Kenan masuk dan mendekatinya dengan membawah seorang wanita yang sedang menggendong bayi.
Melihat tatapan Fairi yang tak berubah membuat Kenan tak tau harus bersikap bagaimana. Pandangan Kenan tertuju pada kue tar yang ada didepan Fairi dengan lilin yang menyala diatasnya, dan Kenan baru sadar kalau ini adalah hari perayaan ulangtahun pernikahan mereka yang ke 3 tahun.
Kenan merangkul wanita disampingnya dan berjalan mendekati Fairi yang berdiri mematung ditempatnya. "Fairi, maaf aku telat datang. Dan ini kenalkan dia adalah Melinda, kekasihku yang sekarang adalah istriku juga putri kami Mayangsari yang baru berusia 5 hari." ucap Kenan mengenalkan istri dan juga anaknya pada Fairi dihari perayaan pernikahan mereka. Itu adalah sebuah kejutan yang sangat amat mengejutkan bagi Fairi namun tak ada reaksi apa pun dari Fairi mengetahui itu semua.
Dengan diam Fairi meniup lilin itu sendiri dan memotong kue itu lalu membaginya dengan Kenan dan Melinda. Fairi duduk memakan kue itu dengan sangat lahap seakan tak ada apa - apa diantara mereka bertiga.
"Fairi maaf, selama 3 hari ini aku tak pulang ke rumah karena menemani Melinda melahirkan anak kami, dan hari ini baru bisa keluar dari rumah sakit." Kenan menjelaskan kepada Fairi alasannya tak pulang selama ini.
"Hem." Fairi hanya menanggapi dengan deheman.
"Bi, bawah kue ini kebelakang makan bermasa yang lainnya dan tolong panggil Man Ayub untuk ke kamar ya." ucap Fairi pada pembantunya dan dia langsung naik keatas masuk ke kamarnya.
Kenan yang menatap Fairi tak ada reaksi apa pun merasa tenang, karena dalam hati Kenan merasa lega sebab setidaknya tak ada teriakan, amukan atau pukulan atas kedatangan Melinda dan putrinya disaat hari perayaan pernikahannya.
Kenan merasa bersalah pada Fairi dan dia tau kalau sudah menyakiti hati Fairi, namun Kenan tak bisa melepaskan Melinda wanita yang dicintainya. Sementara dengan Fairi pernikahan mereka yang berjalan 3 tahun ini tak ada apa - apa karena mereka tak saling cinta dan juga mereka hidup seperti orang asing satu sama lain.
"Mas, apa benar dia adalah mbak Fairi istri mas Kenan?" Melinda bertanya sambil menatap Kenan yang membantunya untuk duduk di sofa ruang tengah.
"Iya, dia adalah Fairi istri yang dipilihkan mama dan papa untuk ku." Kenan menjawab dengan tersenyum menatap Melinda dan mengusap punggung Melinda.
"Tapi kenapa dia tak ada reaksi apa pun. Ku pikir tadi aku akan dimaki dan dipukul olehnya, tak taunya dia hanya diam dan tak berkata apa pun." Melinda menatap Kenan dan mulai menyusui putri kecilnya yang tiba - tiba menangis.
"Iya, ku pikir tadi juga begitu. Tapi syukurlah dia tak marah dan bisa menerima kalian berdua. Dengan begitu setidaknya aku merasa tenang karena tak ada hal yang harus dibereskan dengan menguras tenaga." Kenan mengecup kening Melinda dengan mesrah.
Tak lama kemudian Man Ayub datang dan setelah memberi hormat pada kenan dia naik keatas untuk ke kamar Fairi, lalu 5 menit kemudian Man Ayub turun dengan membawah 2 koper dengan Fairi berjalan dibelakangnya.
Kenan yang melihat itu merasa terkejud karena dia tak menyangka kalau sikap diam Fairi dari tadi adalah bom atom yang siap meledak dengan dahsyat kapan saja. Kenan tertegun melihat Fairi berjalan kearah pintu keluar dengan ekspresi yang masih saja tetap sama dengan saat Fairi melihat kedatangannya mengenalkan Melinda.
Disamping Kenan Melinda menatap suaminya itu dari samping tak ada reaksi apa pun dan juga tak ada niatan Kenan untuk mencegah dan menghentikan kepergian Fairi. Kenan hanya diam membisu dengan tatapan lurus kepada Fairi yang melangkah semakin jauh.
Fairi menoleh sebelum dia keluar dari pintu keluar rumah itu. "Kita ketemu di pengadilan nanti Kenan, jangan lupa untuk datang!!" teriak Fairi pada Kenan lalu dia menghilang dibalik pintu.
Man Ayub membantu Fairi memasukkan koper - kopernya kedalam bagasi mobil "Terima kasih ya Man Ayub, jaga kesehatan selamat tinggal." ucap Fairi lalu dia mengemudikan mobilnya dengan cepat meninggalkan halaman rumah Kenan.
Fairi menerobos hujan ditengah malam itu dia melajukan mobilnya dengan cepat dan mencekram kuat setir mobilnya. Rasa sesak yang menghimpit dadanya tak mampu lagi untuk dia tahan. Dengan terhuyung Fairi berjalan ke tepian jembatan menatap jauh di gelapnya malam.
"Arrrhg!!" teriakan rasa sakit berpadu dengan suara guntur yang menggelegar. Fairi berusaha mengeluarkan semua rasa kesal yang sedari tadi dia tahan.
"Dasar ber*ngsek, baj*ngan, pria jahat, tak punya hati, tak punya perasaan, Kep*rat kau Kenan!!" teriak Fairi mengumpat Kenan dengan sangat kesal dan sakit hati.
Fairi menangis sejadi - jadinya, dia menengadahkan wajahnya dan membiarkan hujan mengguyur wajahnya membawah air matanya bersatu dengan air hujan mengalir ke muara sungai. "Kau sangat kejam Kenan, kau benar - benar baj*ngan dan ber*ngsek." Fairi bergumam dan terduduk di jembatan dengan tubuh yang basah kuyup.
"Kenapa, kenapa harus aku. Apa salah ku sebenarnya? Kenapa ini terjadi padaku? Bukankah dari awal aku sudah bilang untuk mengatakan semuanya sebelum terjadi terlalu jauh. Kenapa baru sekarang, setelah 3 tahun berjalan kau kejam Kenan." Fairi menangis tersedu - seduh dengan meringkuk memegangi kedua lututnya.
"Aku ingin sekali memukul dan memaki kalian berdua, menghina dan melampiaskan semua rasa kesal dan sakit hatiku. Tapi kejutan yang kalian berikan padaku begitu sangat mengejutkan ku sehingga membuat ku tak sanggup lagi untuk berkata - kata." Fairi terus saja menangis dan bertanya dalam hatinya atas semua yang terjadi pada dirinya hari ini.
...💔💔💔...
Sesampainya di apartemen jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan Fairi telah membiarkan dirinya diguyur hujan hingga 3 jam lamanya sampai hujan itu reda. Dengan langkah kaki yang goyah Fairi memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah itu mengambil mukenah dan mengenakannya.
Fairi bersimpuh setelah menyelesaikan sholat isya' dia meratap dan memohon pada rab-nya untuk membuatnya kuat. Air mata Fairi tertumpah lagi dan saling memburu hingga tak lagi Fairi mampu untuk menahannya.
Disetiap doanya Fairi memohon agar hatinya yang luka tak lagi bertambah luka, agar dia mampu membuat semua keputusan yang baik untuk dirinya dan semua orang. Fairi bersandar ditepi tempat tidur dan melamun, dalam ingatannya saat dia dan ibunya dibuang oleh ayahnya karena wanita kedua hingga ibunya mengalami gangguan jiwa dan meregang nyawa karena rasa sedih membuat Fairi tersenyum miris.
"Maafkan aku tuhan, aku tau perceraian adalah suatu hal yang kau benci, namun aku tak mampu menahan dan menanggung semuanya sendiri. Aku bukanlah wanita kuat yang sanggup untuk dipoligami dan aku bukanlah wanita Sholeha yang bisa dengan ikhlas menerima kesalahan suami, walau dari pernikahan kami tak ada cinta namun aku selalu menjaga dan menghormati pernikahan kami. Ini terlalu berat bagi ku, ku mohon maafkan aku jika aku memilih jalan yang salah." Fairi menangis dan menceritakan semuanya dalam sujud-nya berharap setidaknya sedikit dimaafkan oleh Rab-nya atas apa yang akan dilakukannya.
...💔💔💔...
Di rumah Kenan dia tak tau harus berbuat apa karena perbuatan Fairi yang meninggalkan rumah dan perkataannya yang mengatakan akan bertemu di pengadilan membuat Kenan merasa tak nyaman dan ada yang kosong dalam dirinya, walau pada dasarnya Kenan sudah menyiapkan mentalnya dari awal karena dia tau kalau perceraian akan diajukan oleh Fairi jika dia mendua, namun hal itu tak terpikir oleh Kenan pada saat itu dikatakan langsung dengan tatapan datar membuat Kenan merasa sakit dan juga sesak karena sebenarnya secara tak langsung Kenan merasa nyaman dengan Fairi walau mereka tak pernah bertegur sapa jika tak dibutuhkan. Kenan serba salah, Kenan sadar kalau dia telah menyakiti hati Fairi.
"Mas Kenan, kenapa tadi mas Kenan tak menghentikan mbak Fairi untuk pergi, kenapa mas Kenan tak mencegahnya?" Melinda bertanya pada Kenan setelah dia menidurkan putrinya yang sudah terlelap.
"Aku tak sanggup untuk melakukannya, karena aku sudah menyakiti hatinya, dulu saat kami mau menikah Fairi sudah berkata padaku, jika sampai aku mengkhianatinya dan menduakan-nya maka dia akan pergi dan memilih bercerai dariku." jawab Kenan tertunduk lesu
"Jadi sebenarnya mas Kenan sudah tau sejak awal kalau hal ini bakalan terjadi jika mas Kenan melakukannya? Lalu kenapa mas Kenan masih saja melakukannya mas? Kenapa mas Kenan menikahi ku dan membawaku pulang ke rumah ini?" Melinda bertanya lagi dengan menatap wajah suaminya yang terlihat sedih.
"Aku menikahi mu karena aku mencintaimu dan juga sudah ada Sari diantara kita. Cuma, bagaimana pun kepergian Fairi telah membuat pukulan hebat dalam diriku. Aku tak menyangka kalau dia akan mengambil keputusan itu dengan sangat cepat, dan melihatnya pergi meninggalkan rumah ini membuat ku sakit dan sesak." jawab Kenan menatap Melinda dan memeluk erat tubuh Melinda.
"Apa mas Kenan menyesal dengan keputusan mas Kenan menikahi ku?" Melinda yang dalam pelukan Kenan bertanya untuk mendengar pendapat Kenan atas pernikahan mereka.
"Tidak, mana mungkin aku menyesal. Karena aku menikahi mu dikarena aku mencintaimu dan juga aku ingin membuatmu serta putri kita bahagia dan hidup dengan memiliki orang tua yang lengkap." jawab Kenan menatap Melinda dan mengusap pipi Melinda dengan lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Adinda
jahat banget jd org kalau gk suka jgn nikahin
2023-10-13
2
tria sulistia
mampir kak. satu vote sudah mendarat ya 😬
2023-05-09
1
Syhr Syhr
Kalau memang sudah tidak ada perasaan. Kenapa tidak jujur. Sakitnya dapat kabar seperti ini. 🥺
2023-05-08
1