"Kapan kau akan memberi kami cucu!!"
Hati Sherly seperti di tusuk ribuan jarum tajam setiap kali ibu mertuanya menanyakan perihal cucu padanya. Dia dan Bima sudah menikah selama hampir dua tahun, namun belum juga dikaruniai seorang anak.
Sherly di tuduh mandul oleh Ibu mertua dan kakak iparnya, mereka tidak pernah percaya meskipun dia sudah menunjukkan bukti hasil pemeriksaan dari dokter jika dia adalah wanita yang sehat.
"Dia adalah Delima. Orang yang paling pantas bersanding dengan Bima, sebaiknya segera tandatangani surat cerai ini dan tinggalkan Bima!!"
Hadirnya orang ketiga membuat hidup Sherly semakin berantakan. Suami yang dulu selalu membelanya kini justru menjauh darinya. Dia lebih percaya pada hasutan sang ibu dan orang ketiga. Hingga akhirnya Sherly dijatuhi talak oleh Bima.
Sherly yang merasa terhina bersumpah akan membalas dendam pada keluarga mantan suaminya. Sherly kembali ke kehidupannya yang semula dan menjadi Nona Besar demi balas dendam.
Lalu hadirnya sang mantan kekasih mampukah membuka hati Sherly yang telah tertutup rapat dan menyembuhkan luka menganga di dalam hatinya?! Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
-
-
Hanya cerita cerehan, semoga para riders berkenan membaca dan memberikan dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Restu Dari Papa Zian
"Polisi brengsek, cepat lepaskan aku. Apa kalian semua belum tau siapa aku!!"
Nyonya Veronica terus berteriak dan meminta untuk dilepaskan. Tak ragu-ragu dia memaki para polisi karena tidak satu pun yang ada mau melepaskannya. Bahkan putra dan suaminya sendiri tidak peduli padanya.
Dia dijatuhi hukuman atas tuduhan pembunuhan. Suaminya telah dihubungi tapi dia tidak mau memberikan uang jaminan untuk membebaskan istrinya. Mungkin Tuan Zian ingin membuat istrinya itu merasa jera.
"Yakk!! Kalian tuli ya, lepaskan aku!!"
"Berisik sekali kau!!" Salah satu narapidana wanita yang satu sel dengan Nyonya Veronica tiba-tiba berdiri lalu menarik kepala wanita itu dan mendorongnya hingga Nyonya Veronica tersungkur di lantai. "Kami mau tidur!!" Bentak orang itu.
"Yakk!! Kau sudah bosan hidup ya?! Berani sekali kau menjambak dan mendorongku!!" Nyonya Veronica berdiri dan langsung menyerang wanita itu. Hingga perkelahian pun tak bisa terhindarkan.
Kedua wanita itu langsung berkelahi dengan saling Jambak-menjambak, memukul bahkan menendang. Wanita dengan tatto di sekujur tubuhnya itu tak segan-segan melukai Nyonya Veronica. Bukannya melerai, napi yang lain justru menyoraki.
Beberapa polisi pun datang untuk melerai dan memberikan hukuman pada mereka berdua. Keduanya di seret meninggalkan sel lalu dimasukkan ke dalam sebuah ruangan. Bukan hukuman kekerasan apalagi yang berhubungan dengan fisik.
Mereka berdua di gunduli, rambut yang tersisa di kepala masing-masing tak lebih dari 2 cm. Nyonya Veronica berteriak dan terus memberontak, dia tidak terima dengan apa yang mereka lakukan pada rambutnya yang indah.
"Brengsek, sialan kalian semua!! Berani sekali kalian membotakkan kepalaku!!!"
"Renungi salahmu dan jangan banyak bertingkah jika tidak ingin hukuman yang lebih berat lagi!!"
Gyutty...
Wanita itu mengepalkan tangannya. Amarah terlihat dari sepasang biner mata hitamnya. Dalam hatinya dia bersumpah akan membalas perbuatan mereka semua, dan tak ada ampun bagi mereka yang sudah membuatnya sengsara.
-
-
Rey menghentikan mobil mewahnya dihalaman luas rumah mereka. Matanya memicing melihat sebuah mobil mewah terparkir di halaman depan, dan tentu saja Rey tau siapa pemilik mobil mewah itu.
Dia dan Sherly berjalan beriringan memasuki rumah bergaya modern tersebut. Seorang pria setengah baya tengah duduk tenang di ruang tamu sambil menikmati segelas kopi yang masih tampak mengepul. Kemudian Rey mendekati pria itu serasa berseru...
"Papa!!"
Lantas pria itu mengangkat kepalanya. Dia tersenyum saat melihat kedatangan putranya. Ayah dan anak itu kemudian berpelukan selama beberapa saat. "Kapan Papa pulang? Dan kenapa tidak mengabariku?" Ucap Rey seraya melepaskan pelukannya.
"Papa tiba siang ini, dan bagaimana Papa bisa mengacaukan hari bahagia menantu keluarga ini jika sampai menghubungimu tiba-tiba dan meminta untuk dijemput." Ujar Tuan Zian sambil mengurai senyum lebar. Lalu pandangannya bergulir pada Sherly. "Nak, kemarilah. Biarkan Papa melihatmu lebih dekat."
Sherly menghampiri ayah mertuanya itu. Tuan Zian tersenyum lebar. "Kau memang sangat cantik, Sherly. Pantas saja Rey bersikeras untuk menentang perjodohan yang ditentukan oleh ibunya. Ternyata pilihan anak Papa memang tidak pernah salah, Papa merestui kalian berdua." Ujar Tuan Zian sambil memeluk Sherly.
Rey tersenyum. Ayahnya adalah orang yang sangat bijak. Tuan Zian memberikan restunya padanya dan Sherly, bagi Rey itu adalah sebuah anugerah yang paling besar dari Tuhan.
"Ini adalah cincin milik mendiang ibumu, dan Papa rasa cincin ini telah menemukan pemiliknya. Nah Rey, berikan cincin ini pada Sherly. Karena hanya dia yang layak memakainya." Rey mengangguk.
Rey meraih tangan Sherly, dia melepas cincin berlian yang melingkari jari manis istrinya, lalu menggantinya dengan Cincin pemberian dari sang ayah. "Terimakasih, Pa." Ucap keduanya bersama-sama.
"Sama-sama, Nek. Kalian hiduplah dengan bahagia. Papa harus pergi sekarang, ingat pesan Papa ini, jangan biarkan orang ketiga masuk dan merusak kebahagiaan kalian. Meskipun itu adalah orang dalam." Nasihat Tuan Zian. Keduanya mengangguk dengan paham.
"Baik, Pa. Kami akan selalu mengingatnya."
"Ya sudah, Papa pergi dulu." Ucap Tuan Zian dan kemudian dibalas anggukan oleh Rey dan Sherly.
Rey menarik Sherly ke dalam pelukannya. Merangkul punggung wanita itu dengan sebelah tangannya, kepala Sherly bersandar pada bahu Rey, keduanya berdiri di teras sampai mobil milik Tuan Zian meninggalkan halaman.
Tak ada kebahagiaan yang sempurna tanpa restu dari keluarga. Dan itu pula yang saat ini dirasakan oleh Rey dan Sherly. Mereka tidak butuh restu orang asing seperti Nyonya Veronica, yang terpenting adalah restu Tuan Zian. Karena itu sudah lebih dari cukup untuk mereka berdua.
"Diluar dingin, ayo masuk." Ucap Rey yang kemudian dibalas anggukan oleh Sherly.
Inilah kehidupan yang Sherly inginkan, ia tidak butuh orang lain untuk membuatnya bahagia. Cukup Rey dan seluruh keluarganya. Dan Sherly tidak akan membiarkan siapa pun merusak kebahagiaannya kali ini, termasuk Nyonya Veronica dan Amanda.
-
-
Sang Surya telah meninggalkan peraduannya. Mentari telah tenggelam di ufuk barat, mengadakan jika tugasnya untuk menemani para manusia telah berkahir. Sebentar lagi malam akan tiba, dan posisinya digantikan oleh sang penguasa malam.
Semilir angin malam berhembus perlahan. Menerpa pepohonan yang tumbuh dengan kokohnya diatas tanah kecoklatan yang tersembunyi dibalik hijaunya rerumputan. Wanita itu berdiri di sana, di sebuah balkon untuk menikmati suasana langit malam ini.
Pandangannya lalu bergulir saat ia merasakan sepasang tangan yang memeluknya dari belakang. Sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk lengkungan indah di wajah cantiknya.
"Apa yang sedang kau lakukan, hm?"ucap si pria setelah berbisik.
Wanita itu menggeleng. "Tidak ada, hanya ingin menikmati malam saja." Jawabnya. "Ini adalah hari paling membahagiakan dalam hidupku. Untuk pertama kalinya ulang tahunku dirayakan, kemudian Papa mertua datang untuk memberikan restunya. Sungguh aku tidak bisa mendeskripsikan bagaimana kebahagiaanku saat ini." Tutur wanita itu yang pastinya adalah Sherly.
"Semua telah berlalu. Tidak perlu memikirkan tentang apapun lagi sekarang. Hanya perlu fokus pada hubungan kita, dan aku pasti akan selalu membuatmu bahagia."
Sherly melepaskan pelukan suaminya. "Lalu ia berbalik, posisinya dan Rey saling berhadapan. Wanita itu memeluk leher suaminya, lalu menyatukan bibir mereka.
Tidak hanya sekedar menempel saja. Sherly memberikan lum*tan demi lum*tan pada bibir itu. Dan apa yang Sherly lakukan tentu saja membuat Sherly menginginkan lebih. Ciuman lalu diambil alih oleh Rey, pria itu terus mel*mat dan memagut bibir Sherly dengan kuat.
Ciuman yang awalnya lembut berubah menjadi ciuman panjang yang menuntut. Lidah Rey terus mengobrak-abrik isi mulut Sherly, mengabsen deretan gigi putihnya dan sesekali mengajak lidahnya menari bersama.
Seakan tak puas dengan hanya menciumnya saja. Kemudian Rey mengangkat tubuh Sherly tanpa melepaskan tautan bibirnya. Menjadikan malam yang dingin ini menjadi malam panas penuh gairah.
-
-
Bersambung.