NovelToon NovelToon
GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Patahhati / Cerai
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.6
Nama Author: Na_Vya

Galang Aditya Pratama—seorang pengacara ternama yang dikhianati oleh sang istri hingga bertahun-tahun lamanya. Kemudian, Cinta Amara hadir di kehidupannya sebagai sekretaris baru. Amara memiliki seorang putri, tetapi ternyata putri Amara yang bernama Kasih tak lain dan tak bukan adalah seseorang yang selama ini dicari Galang.

Lantas, siapakah sebenarnya Kasih bagi Galang?
Dan, apakah Amara akan mengetahui perasaan Galang yang sebenarnya?


###


"Beri saya kesempatan. Temani saya Amara. Jadilah obat untuk menyembuhkan luka di hati saya yang belum sepenuhnya kering. Kamulah alasan saya untuk berani mencintai seorang wanita lagi. Apakah itu belum cukup?" Galang~

"Bapak masih suami orang. Mana mungkin saya menjalin hubungan dengan milik wanita lain." Amara~


***

silakan follow me...

IG @aisyahdwinavyana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Vya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32~

~MASUK KE KAMAR GALANG.

###

Waktu hampir tengah malam, namun Amara nampaknya masih terjaga lantaran dirinya tidak bisa tidur karena terus mengingat putrinya. Di sisi lain dia terus memikirkan hal yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Persetujuan Amara untuk tinggal di tempat ini adalah atas permintaan mami dan Kasih. Akan tetapi, mereka kini semua telah pergi ke luar negeri untuk berobat.

Lantas, apalagi yang bisa Amara lakukan di rumah ini, sementara putrinya sudah tidak ada bersamanya. Akan lebih baik jika dia pergi dari rumah ini sebab tidak ingin terlalu lama berada dalam satu atap dengan lelaki yang bukan mahramnya.

"Ya, besok aku harus ngomong sama Pak Galang. Aku enggak bisa tinggal di sini lebih lama lagi. Mengingat, dia juga sedang ada masalah dengan istrinya. Aku enggak mau dituduh yang macam-macam lagi sama mereka(para pencari berita)," gumam Amara mengambil keputusan yang menurutnya tepat.

Mengambil ponsel yang ada di atas nakas, Amara lalu membuka galeri foto yang terdapat foto-foto Kasih. "Cantiknya anak ibu," monolognya sembari menggulir layar ponselnya. Hanya ini yang bisa dia lakukan sekarang demi mengobati rasa rindunya kepada Kasih.

"Kamu harus sembuh, Nak. Ibu akan terus berdoa untuk kamu. Baik-baik di sana. Kamu pasti belum sampai, ya? Ibu jadi enggak sabar pengen telepon kamu. Ibu enggak bisa bobok, Kasih, soalnya enggak ada kamu di samping ibu. Ibu cuma bisa peluk boneka sama bantal bekas kamu."

Amara terus berbicara sendiri sambil memandang foto Kasih. Dia benar-benar merasa kesepian dan belum terbiasa tanpa adanya bocah itu di sisinya. Dia pun terus melihat-lihat kenangan foto Kasih sejak masih bayi hingga usia tujuh tahun, sampai rasa kantuk perlahan menghampirinya.

Perlahan mata Amara terasa berat dan sudah tidak bisa diajak berkompromi. Dia mulai menguap dan lelah, ponselnya dia letakkan begitu saja. Kantuknya semakin menjadi dan Amara pun mulai terayu dalam buai mimpi.

Di lain sisi, seorang lelaki juga sama-sama tidak bisa tidur. Akan tetapi, berbeda dengan yang dialami Amara yang tidak bisa tidur karena merindukan putrinya. Lelaki itu tidak bisa tidur sebab sejak tadi mondar-mandir ke toilet. Perutnya melilit tak keruan seperti diperas dari dalam. Perih dan panas bercampur jadi satu.

Yah, Galang mengalami diare lantaran dirinya memakan sambal terlalu banyak. Perutnya yang tak terbiasa dengan rasa pedas level tinggi kini meronta dan memusuhinya. Berkali-kali sejak dia masuk dan selesai mandi, dia terus saja buang air. Rasanya sungguh tersiksa dan lemas. Seluruh tenaganya mungkin sudah terkuras habis karena dia tak berhenti membuangnya.

"Huh! Astaga! Perut sialan!" Lantaran kesal, Galang terus mengumpat dan memaki perutnya. Dia baru saja keluar dari toilet, berjalan sempoyongan menuju kasur. Tubuhnya tak memiliki tenaga lagi bahkan untuk sekedar keluar kamar dan pergi ke dapur.

Memutuskan untuk berbaring, sebab perutnya lumayan terasa tenang. Mulas yang sedari tadi menyerang perlahan pergi dan kini menyisakan rasa perih yang teramat.

"Besok pagi aku akan suruh Aldo ke sini. Aku enggak bisa berangkat kerja kalo perutku masih mules begini." Galang bermonolog sembari mengusap-ngusap perut sixpack-nya. Peluh membasahi seluruh wajahnya, bibirnya juga terlihat sangat pucat. Kondisinya sangat menyedihkan.

*

*

Paginya, Amara yang sudah terlihat rapi memutuskan untuk keluar kamar dan ingin segera menemui Galang. Dia tak ingin menundanya lagi. Lebih cepat akan lebih baik—pikirnya.

Semua barang-barang yang dia bawa dari rumah juga sudah tertata dengan baik di dalam koper. Untung saja Amara tidak terlalu banyak membawa baju. Hanya baju-baju yang layak pakai dan baju kerja saja yang dia bawa ke rumah ini.

"Kok, belum ada orangnya?" Amara celingukan ke sana kemari mencari keberadaan sang tuan rumah yang dia tidak ketahui kondisinya saat ini. "Biasanya jam segini udah duduk di meja makan," ujarnya lagi yang kemudian melirik sekilas pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Rumah juga nampak sepi tak ada tanda-tanda bi Ratna atau para pekerja lainnya. Di jam segini biasanya sudah berseliweran di sekitar rumah mewah itu.

"Bi Ratna juga enggak ada? Semua orang ke mana, sih? Dapur sepi, halaman belakang juga sepi, kolam renang apalagi." Perempuan yang pagi ini mengenakan rok span berwarna hitam dan blazer warna merah itu menyusuri seluruh ruangan.

Namun, dia sama sekali tak menemukan satu orang pun. Amara tak habis pikir dengan semua yang bekerja di sini, bisa-bisanya belum ada yang terlihat batang hidungnya.

Perhatiannya lantas tertuju pada satu kamar yang pintunya masih tertutup rapat. Kamar yang ada di lantai atas itu adalah kamar Galang.

"Apa iya aku yang kesiangan?" Demi memastikan lagi jika dia tidak salah lihat jam, Amara mengecek ponselnya. "Baru jam setengah tujuh. Pak Galang masa udah berangkat?" Dia mendongak sekali lagi, memandangi kamar Galang dari bawah.

"Aku tunggu aja, deh. Siapa tahu dia lagi siap-siap."

Sembari menunggu, Amara lantas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Pagi ini dia sangat ingin makan roti bakar dengan selai coklat.

"Jadi keinget Kasih. Tapi, ngomong-ngomong dia udah sampai belum, ya?" Menu itu mengingatkannya lagi kepada Kasih.

Dengan cekatan, Amara menyiapkan segalanya. Tak lupa dia juga menyiapkan kopi hitam pekat tanpa gula kesukaan Galang. Tinggal di sini selama beberapa hari membuat Amara menghafal semuanya. Dari mulai letak alat-alat dapur hingga tempat menyimpan bahan makanan.

Selang beberapa menit kemudian semuanya pun selesai. Roti bakar selai coklat dan kopi hitam sudah tersaji di meja makan. Namun, yang jadi pertanyaannya kini adalah, kenapa Galang belum turun juga. Padahal waktu sudah hampir siang.

"Jam setengah delapan. Tapi Pak Galang belum turun juga." Amara berujar gelisah sebab yang dia tahu bahwa atasannya itu selalu on time. "Bangunin enggak, ya? Aduh ... gimana, nih? Masa iya aku ke atas? Kesannya enggak sopan banget." Kebiasaannya pun muncul, Amara yang merasa bingung selalu menggigiti kuku-kukunya.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Hingga hampir satu menit dia belum juga menemukan solusi. Amara berjalan mondar-mandir sambil tak henti memandangi pintu kamar Galang.

"Gimana ini? Hish, bikin bingung aja!" Perempuan bermata bulat itu terus saja gelisah dan hampir putus asa. "Udah jam delapan lagi." Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan atasannya masih belum membuka pintu kamarnya.

Pikiran Amara buntu, bingung sekaligus merasa tidak enak apabila dia harus naik ke atas dan membangunkan Galang. Namun, karena waktu yang semakin lama semakin bertambah. Akhirnya Amara memutuskan untuk naik ke atas meski perasaannya tak karu-karuan.

Satu persatu kaki jenjangnya menaiki anak tangga, ini kali pertama dia naik ke lantai atas. Maka wajar saja bila ada rasa gugup dan canggung. Bola matanya tak lepas menatap pintu kamar Galang, berharap semoga dirinya tak sampai mengetuk pintu tersebut.

Namun sepertinya itu tidak akan terjadi. Hingga dia menapaki anak tangga paling atas, pintu tersebut tak juga dibuka.

"Baiklah. Bismillah ...." Amara menghela panjang guna menyingkirkan kegugupan yang semakin melanda.

Setibanya di depan pintu kamar Galang, Amara mengetuknya pelan seraya memanggil.

"Pak ... Pak Galang. Apa Anda ada di dalam?"

Tak ada sahutan dari dalam, Amara mulai cemas.

"Jangan-jangan enggak ada orangnya?" Dia pun memberanikan diri, menempelkan telinganya pada pintu.

Namun, tiba-tiba Amara tak sengaja mendorong pintu tersebut hingga terbuka.

"Loh? Enggak dikunci?" Alisnya menaut heran seraya menatap pintu yang terbuka sendiri itu.

Lantas, mau tidak mau dia masuk ke kamar itu. Lalu, baru tiga langkah dia masuk, Amara langsung dikejutkan dengan apa yang ada di depan matanya saat ini.

"Pak Galang!"

###

tbc...

1
Vitriani
Lumayan
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
nah gini dong lang, jgn oon
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
gk heran sii..secara pergaulan vanilla begitu
Masumi Hayami
ini serius udah END?
Atau penulis nya udah keabisan ide utk kelanjutannya?
sayang klo ga sampe abis n ending yg entah itu happy or sed ending.
setidaknya di selesaikan dulu sampe finish. jangan ngegantung.
sri lestari
bagusan
Dewa Dewi
kapan Kasih bahagianya thor? bukannya sembuh malah dikasih penyakit lain.... kayanya author punya dendam sama Kasih
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
kasian Kasih 😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
makin posesif aja Galang
Dewa Dewi
ini udh abis apa blm thor? kok ceritanya masih gantung ya? Kasih blm sembuh juga .... berharap ada lanjutannya trs Kasih sembuh dr sakitnya
Dewa Dewi
instruksi kali thor
Dewa Dewi
Aldo lucu bgt😁😁😁😁
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
Dewa Dewi
gitu dong Lang jadi cowok tuh harus tegas
Dewa Dewi
rasain lu Vanila
Dewa Dewi
👍👍
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
Dewa Dewi
dasar pasangan biadab 🤬🤬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!