Mencintai jodoh sepupu sendiri?
Salahkah itu?
Berawal dari sebuah pertemuan yang tak di sengaja. Senja, gadis 22 tahun yang baru pulang dari luar negeri itu bertemu dengan sosok pria bernama Bumi yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan.
Semakin Senja tidak ingin melihat wajahnya, justru makin sering Senja bertemu dengannya.
Dari setiap pertemuan itulah muncul rasa yang tak biasa di hati keduanya.
Tapi sayangnya, ternyata Bumi adalah calon suami dari sepupu Senja, Nesya. Mereka terlibat perjodohan atas permintaan almarhum ibunda Bumi pada sahabatnya yang merupakan ibu dari Nesya.
Sanggupkah Bumi dan Nesya mempertahankan perjodohan itu?
Bagaimana nasib Senja yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Bumi? Mampukah ia mempertahankan hatinya untuk Bumi?
Baca terus kisah mereka, ya.
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Apakah Ini Termasuk Kencan?
Mobil Bumi dan Senja sampai di sebuah restoran mewah disana. Mereka memang mengendarai mobil masing-masing. Senja tak mau terlalu sering satu mobil dengan Bumi karena takut mengundang kecurigaan keluarganya. Ia tak enak hati dengan status Bumi yang akan dijodohkan dengan Nesya, sepupunya.
Mereka pun masuk bersama ke dalam restoran itu. Saat melangkahkan kakinya masuk ke dalam, Senja merasa ada yang aneh dengan restoran itu. Restoran itu sangat sepi sekali, bahkan hampir tak berpengunjung. Ya, memang tak ada pengunjung lain disana selain mereka berdua.
“Selamat datang, Tuan Muda Dirgantara. Selamat datang, Nona. Meja Tuan sudah kami siapkan di lantai atas,” ucap salah seorang pria berpakaian rapi menggunakan jas. Sepertinya pria itu adalah manager restoran disana.
Senja melihat Bumi hanya mengangguk, lalu ia mengikuti ke tempat dimana pria tadi menuntun mereka. Setelah sampai di lantai atas, pria tadi membungkukkan badannya untuk pamit meninggalkan mereka.
Kini, hanya tinggal dirinya dan Bumi saja di ruangan berdinding kaca itu. Dari atas sana mereka bisa menikmati pemandangan malam yang indah di luar sana. Tak lama, seorang pelayan datang memberikan menu makanan untuk mereka.
“Hei, disini kenapa sepi sekali, ya? Apa memang selalu seperti ini?” tanya Senja setengah berbisik pada Bumi yang duduk berhadapan dengannya saat ini.
“Apa kau tidak tau namaku siapa sampai memanggilku Hei?” Bumi malah balik bertanya tanpa melihat Senja. Ia sibuk membolak balik buku menu di tangannya.
“Iya tau, Tuan Bumi. Jadi disini memang selalu sepi begini?” ulang Senja.
“Tidak perlu pakai Tuan, kita tidak sedang di kantor,” ucap Bumi.
“Aku bertanya apa, kau malah membahas namamu,” protes Senja.
“Apa kau tidak pernah kesini sebelumnya? Ini salah satu restoran favorit keluargaku. Waktu ibuku masih hidup, kami sering makan bertiga disini dengan ayahku,” jawab Bumi.
“Oh...aku baru kali ini kesini. Hmm...trus apa restoran ini selalu sepi begini?” Senja masih saja penasaran dengan suasana restoran yang tak berpengunjung selain mereka berdua.
Bumi menutup menu makanan di tangannya. Ia memesan beberapa makanan untuk dirinya dan Senja. Setelah itu pelayan tadi pun pergi meninggalkan mereka untuk menyiapkan pesanan mereka.
Barulah kini Bumi fokus menghadap wanita di depannya itu. Wanita yang selalu banyak bicara dan rasa keingin tahuannya sangat besar sekali.
“Aku menyewa satu restoran ini. Aku tidak mau ada orang lain selain kita disini,” kata Bumi pada Senja.
“Haaa?” Senja tercengang hingga mulutnya terbuka lebar.
“Kau menyewa satu restoran ini? Wah, kau buang-buang uang sekali,” ujar Senja yang terkejut mengetahui Bumi menyewa restoran hanya untuk makan malam berdua dirinya.
“Aku tidak suka saat kita makan bersama, ada orang lain yang memperhatikan kita. Lebih baik aku sewa saja demi kenyamanan,” ucap Bumi dengan enteng.
“Kita ini sedang tidak berkencan, bukan? Tidak perlu sampai menyewa restorannya segala,” ucap Senja.
“Apakah ini termasuk kencan?” tanya Bumi kemudian.
“Maksudmu?” Senja kebingungan.
“Iya, maksudku apa ini termasuk kencan? Makan malam berdua saja, itu namanya kencan, ya?” tanya Bumi lebih jelas.
Senja mendadak kikuk ditanya seperti itu. Ia langsung memalingkan wajahnya dari Bumi. Seharusnya ia tak mengungkit soal kencan di depan Bumi. Bumi kan hanya mengajaknya makan malam saja. Terlalu berlebihan kalau dia menganggap ini adalah kencan.
“Kenapa diam?” tanya Bumi menelisik wajah Senja yang tiba-tiba bersemu merah.
“Ti-tidak. Tidak apa-apa. Hmmm...aku rasa ini hanya makan malam biasa saja. Iya, hanya makan malam. Bukan kencan,” jawab Senja dengan terbata.
“Oh...” Bumi hanya menanggapi ya dengan oh saja sambil menganggukkan kepalanya.
Dih, bisa-bisanya dia cuma bilang oh saja. Ya ampun, ini benar cuma makan malam kan? Bukan kencan kan? Seharusnya dia tidak perlu menyewa restoran segala. Kalau ketahuan keluargaku atau Kak Nesya pasti mereka menyangka aku sedang berkencan dengannya. Semoga saja tidak ada yang tau soal ini. Hah...aku sudah seperti selingkuhannya saja. Gumam Senja dalam hati yang was-was kalau ada keluarganya yang tau dia makan malam berdua dengan Bumi.
saat Bebek panggang madu terhidang di hadapanku tp tak bisa kumakan krn perut terlanjur kenyang..
maka cepatlah bangun Senjanya Bumi.. krn Bumi mu begitu bersedi sama seperti yg ku rasakan saat merelakan Bebek panggang madu utk mereka.. 😭