Kisah cinta yang berawal di Kota Yogyakarta. Rinjani Aulia Aswatama yang kemudian dihadapkan oleh pilihan dua laki-laki, Harry Rajendra duda dengan satu anak, ataukah Ezra Bramantya anak teman mamanya.
siapakah yang akan menjadi suaminya? ataukah ada pilihan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laplusbelle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
New Home
Rinjani mencoba mengulang memorinya tiga jam yang lalu. Tiba di Bandara Ngurah Rai, dijemput oleh Bli Gede_teman Radit yang juga sebagai agen properti, langsung menuju ke bank, tanda tangan jual beli, dan sekarang dia berdiri mematung di depan rumah berpendopo dengan pagar bata merah setinggi 1,5 meter yang menjadi hak miliknya.
"Welcome homeeee....." seru dengan riang Radit merangkul Rinjani yang sedang berusaha mengumpulkan kesadarannya
"Aku butuh minum" kata Rinjani sesaat duduk di sofa berwarna charcoal di ruang tamu berdesign minimalis
"Ini" ucap Radit menyodorkan botol mineral
"Kita harus bicara dit, sini.." ucap Rinjani menepuk sofa sampingnya, diikuti Radit dengan patuh
"Apaan sih? Tegang banget sayang" balas Radit terlihat senang
Tadi dia tidak bisa komplain karena banyak orang, dan dia menjaga perasaan Radit.
"Awalnya kan cuma mau yang sewa, bukan membeli" protes Rinjani mengingat nominal yang dikeluarin Radit pagi tadi, dia bisa membeli berapa rumah di Jogja
"Kita rugi sayang kalau sewa, tidak dapat apa-apa, selagi ada uang kita beli saja. Toh investasi" sanggah Radit mencoba menenangkan
"Duitmu nanti habis" lanjut protes Rinjani sambil menatap datar Radit yang terus tersenyum sumringah
"Kagak Aul, aku masih bisa beli 5 seperti ini, tanpa membuatmu kelaparan" balas Radit sambil membelai wajah Rinjani "aku sudah lama ingin beli rumah pribadi"
"Terus kenapa atas namaku?"
"Kenapa tidak?" Ucap Radit menatap dalam Rinjani yang membuatnya tertunduk "hmm..." Lanjut Radit mengangkat kembali wajah Rinjani
"Lain kali mau beli sesuatu kita harus berdiskusi, Janji?"
"Iya, janji" ucap Radit menautkan kelingkingnya sambil tertawa
Makin kesini dirinya makin di hujani kebahagiaan, Rinjani takut akan ada waktunya stok kebahagiaan dari pria ini akan habis.
"Kamu pilih kamar yang mana?" Ucap Radit sambil berdiri dan menarik Rinjani untuk mengikutinya
"Kamar kedua saja"
"Berarti aku yang di depan" kata Radit sambil membuka dompetnya "mau istirahat sebentar atau mau langsung keluar? Kita perlu membeli banyak barang loh... Oh dan ini... Sejak sekarang kamu tanggung jawabku, pinnya tanggal lahirmu. Hanya untuk kebutuhanmu saja, rumah dan lain-lain urusanku" sambil menyodorkan kartu debit berwarna hitam kemudian berlalu menuju kamar depan sambil menarik koper berwarna abu-abu.
Rinjani kembali mematung memandang kartu debit platinum bank swasta terbesar di negara ini "Raditya Bayuaji" nama dibagian kiri bawah kartu itu. Suatu hari dia iseng mengecek isinya, mata Rinjani hampir keluar melihat saldo 10 digit, yang bisa membeli dua rumah seperti tempat tinggal mereka.
...
Radit sesekali melirik Rinjani yang sedang membuat kopi untuknya pagi hari kedua mereka di pulau dewata. Berapa kali mencubiti dirinya untuk memastikan dia tidak sedang bermimpi.
"Aku gak tahu rasanya enak gak" kata Rinjani sambil meletakkan cangkir kopi berwarna kuning di samping laptop Radit
"Kamu bikin pasti enak sayang" ucap Radit langsung menyesap pelan kopi pertama buatan istri, belum yah? Nanti..
"Masih lama gak? Kata Rinjani sambil menggigit sandwich nya melirik kerjaan Radit, dan kemudian dia juga meneruskan menggambar sketsa mode di atas buku gambar
"Bentar lagi" gumam Radit
Mereka pun terdiam dengan kesibukan masing-masing, hening tapi saling memiliki.
"Done!" Seru Radit sambil meregangkan kedua tangannya ke atas "kamu sungguh berbakat buleku" saat Radit melirik sketsa Rinjani "pendopo depan bisa kau jadikan tempat kerja, beli mesin jahit dan lain-lain"
"Nanti yah, aku masih vacation mode" dengan manyun Rinjani menutup bukunya "ayo" lanjutnya berdiri
Karena usul membeli mobil di tolak mentah mentah Rinjani, akhirnya Radit membeli dua sepeda yang ide itu langsung disetujui Rinjani. Tapi Radit tetap meminta rubicon orangenya dikirim ke Bali.
"Semangat sayang!" seru Radit menyemangati Rinjani yang ngos-ngosan mengayuh sepedanya "makanya punya mobil itu enak, sisa duduk kayak ibu pejabat ber-AC pula" celotehnya dengan suara kencang sampai beberapa orang menoleh melihat mereka
"Asemixxx...." Umpat Rinjani, kupingnya mulai panas
"Dikit lagi, noh Pantai Dreamlandnya sudah kelihatan, ayo Rinjani!!!" Tawa Radit menyemangati tapi seperti meledek kepayahan Rinjani
Tunggu pembalasanku Raditya Bayuaji!!