"Mulai hari ini putri sulungku Lada Anjani Wibisono sudah mati."
Kata-kata yang pada akhirnya mampu merubah kisah hidup seorang Lada Anjani Wibisono. Hanya karena kesalah pahaman, ia harus rela terbuang dari keluarganya.
Malam yang paling berat dilalui oleh gadis introvert itu, terjebak dengan seorang mantan narapidana, yang terkenal berandalan dilingkungan tempat tinggalnya, menjadi awal dimulainya babak baru perjalanan hidupnya.
Vinder putra Abimana, mantan narapidana pembunuhan, pecinta alkohol, dicap sebagai berandalan dilingkungan tempat ia tinggal. Tapi siapa yang itu, dibalik semua gelar itu tersimpan kisah memilukan.
Hari-harinya yang tanpa warna, seketika berubah saat mengenal dan tersandung skandal bersama Lada Anjani Wibisono.
Bagaimana kisah keduanya bermulai...?
Dan bagaimana akhir dari banyaknya konflik batin yang mereka alami...?
Yuk, jadilah saksi dalam kisah hidup mereka dengan membaca karya ini.
Bijaklah dalam berkomentar juga memilah baik, buruknya cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Pagi ini Lada terbangun dengan kondisi yang tidak baik-baik saja. Gadis itu mengalami demam, kepalanya teramat sangat sakit sampai membuat pengelihatannya buram.
Gadis itu pun mengajukan izin tidak bekerja lewat bantuan Vey.
Dengan langkah tertatih, Lada keluar dari kamar membuat susu hangat untuk sarapan dengan selembar roti. Setelahnya ia meminum obat dan kembali tidur.
Beruntung Vinder menyediakan kotak obat yang isinya sangat lengkap untuk berbagai jenis penyakit dan luka.
Sementara ditempat lain, Rey Andra mendatangi meja kerja Lada, dan Vey pun memberi tahu jika Lada izin karena sakit.
Sedangkan Vinder, pria itu menyibukan diri mengurus usaha restorannya. Sekuat mungkin ia menahan untuk tidak menghubungi Lada, meski pun ia sangat ingin.
Vinder juga kembali kekebiasaannya yang sudah seminggu ini ia tinggalkan. Mengkonsumsi alkohol dimalam hari hingga tertidur.
Sehari berlalu, dan ternyata kondisi Lada belum juga membaik.
Dijam makan siang Rey Andra kembali datang, bebarengan dengan Vinder yang mengembalikan buku.
"Apa Lada belum masuk kerja...?" tanya Rey Andra.
"Belum, dia masih sakit." jawab Vey.
Seketika Vinder diserang kepanikan dan langsung pergi dari sana guna menuju keapartemen.
Ting tong
Dor dor dor
"La....!"
Sudah menekan bel berkali-kali, menggedor pintu, berteriak memanggil, Vinder berhasil membuat keributan dilantai sembilan gedung itu.
Untung saja semua penghuni sedang berkerja. Kalau tidak, pria itu sudah pasti mendapat teguran pedas.
Ceklek
Suara knop pintu terbuka.
Dengan tidak sabaran, Vinder menerobos masuk yang nyaris membuat Lada terjengkang kebelakang.
"Vin...!" seru Lada terkejut, mencengkram kuat tubuh Vinder yang memeluknya.
"Kamu sakit kenapa tidak telpon aku..?" Vinder mengurai pelukannya, lalu mengecek suhu tubuh Lada dengan meletakkan telapak tangannya kedahi gadis itu.
"Kita kedokter...!"
Lada menggeleng "aku sudah minum obat, sebentar lagi juga sembuh."
"Kamu sakit sudah dari kemaren, mau sembuh gimana lagi..? Ini wajahmu juga pucat banget La...!"
"Aku tidak apa-apa Vin..!" Lada menghampiri sofa, lalu merebahkan tubuhnya disana.
Vinder mengambil selimut dikamar, kemudian dipakaikan ketubuh gadis itu. Setelahnya, ia menelfon koki restoran untuk membuatkan bubur serta sup dan diantarkan keapartemen.
Vinder duduk bersila dikarpet, memandangi wajah ayu yang sangat pucat itu. Sesekali ia membenarkan posisi selimut yang bergeser akibat gerakan Lada.
Satu jam berlalu, makanan yang dipesan pun datang. Vinder meminta Lada untuk bangun dan dengan telaten menyuapi gadis itu.
"Kamu tau dari mana aku sakit..?" tanya Lada setelah menelan makanan.
"Aku tadi keperpustakaan. Lelaki itu mencarimu terus." jawab.
"Rey Andra."
"Ya itu...!"
"Memangnya dia tidak punya nomormu..?" tanya Vinder.
"Tidak..!"
"Aku punya daftar lelaki berpendidikan yang sesuai dengan kriteria ayahmu, mereka semua siap untuk menikah cepat. Kamu mau bertemu dengan mereka."
Lada menatap Vinder yang sedang menunduk, melihat mangkuk berisi bubur.
"Kamu tidak mau...?" tanya Vinder karena tidak mendapat jawaban.
Pria itu mendongak, kembali menyuapi Lada.
"Oke, kalau kamu tidak mau. Tapi jika nanti berubah fikiran, bilang padaku." Vinder bangkit, membawa mangkuk yang sudah kosong kedapur lalu mencucinya.
Setelahnya pria itu kembali menghampiri Lada sembari membawa segelas air hangat, mengeluarkan obat penurun demam dari cangkangnya lalu memberikan kepada Lada.
"Terimakasih."
Untuk sesaat suasana menjadi hening, hanya ada suara dari televisi yang mengisi ruangan itu. Mata mereka terarah kelayar lebar didepan sana, tapi entah dengan fikiran mereka.
"Tidur dikamar, nanti aku pesankan makanan dan aku taruh microwave. Jadi kalau malam nanti kamu kebangun dan lapar, tinggal makan saja."
"Kamu mau kemana...?"
"Tentu saja pulang, memangnya mau kemana lagi..?"
Wajah Lada berubah sedih dan itu tertangkap oleh Vinder.
"Oke, aku menginap. Jadi sekarang pergi kekamarmu dan tidur."
Wajah itu langsung bebinar seiringan dengan senyuman yang terbit sempurna. "Kamu memang yang terbaik, aku tidur ya...?"
Vinder terkekeh sembari mengangguk.
kamu gak tau Lada mencari mu
udah nyaman sama Vinder malah nyari orang lain...
bukannya nikah sama Vinder aja.
kan kamu juga udah dibuang keluarga mu...
kesian banget kamu Vin
kamu kan tau gimana kelakuan Rey...
masa masih mau dekat dekat juga...
dia dekat juga karena ada mau nya,udah liat kamu cantik😒
memanfaatkan kepolosan Lada...😠
beda dengan kk cewek ku yang pertama ceplas ceplos orang nya 😆