Menjadi tak terkalahkan mungkin itu tujuan seorang pendekar mereka dengan berbagai cara dalam mencapai puncaknya, namun kesaktian dimiliki bukanlah segalanya.
Di tanah Jawa Dwipa lahir seorang pendekar yang dibekali dengan tubuh kesatria suci salah satu tubuh istimewa yang setiap pendekar ingin membangkitkan nya.
Mampukah dia menjadi pendekar terkuat di dunia persilatan dan bisa membasmi kejahatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dede Cahya Agung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Di Hutan Halimun 4
Pertempuran Di hutan Halimun masih terus berlangsung sengi.
Sepasang Pendekar Perguruan Teratai Putih semakin lama semakin cepat gerakannya, membuat Pramudya harus beberapa kali terdorong surut.
Pramudya menggeram keputusan nya untuk membantu Tong Bajil ternyata keputusan yang salah, ia sebelumnya tidak menyangka bahwa akan ada Pendekar Perguruan Teratai Putih.
Dia mengumpat-ngumpat serapah, ia mulai memperhitungkan kemungkinan kemenangan sangat kecil, apa lagi hampir semua anak buahnya sudah tumbang satu persatu.
Makaka ia segera mencari cara untuk melarikan dari.
Ketika Adiwangsa sedang memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan disisi lain, Sudawira harus berjuang sekuat tenaga mempertahankan diri.
Tenaganya mulai surut hampir mencapai batasnya, luka-luka sayatan sudah tampak dibeberapa bagian. Tenaganya semakin lemah akibat banyaknya menumpahkan darah.
Melihat lawannya sudah hampir batas,Tong Bajil mempercepat gerakannya sehingga Sudawira memberikan beberapa celah. Dia tidak membuang kesempatan. Dia bergerak cepat demikian cepatnya ia tampak menghilang dari pandangan.
Dia menghujamkan Tombak Pencabut Nyawanya ke arah dadanya.
"Mati kau bocah kunyuk" Teriak Tong Bajil.
Sudawira pasrah kalau emang ini adalah akhir hidupnya. Tangannya yang sudah tidak mampu menakis tombak itu. Dia memejamkan matanya ketika ujung tombak akan menghujam dadanya.
Namun tiba-tiba dari tubuh Sudawira mengeluarkan cahaya putih terang membuat semua orang yang melihatnya silau hingga mereka menutupi mata dengan jari tangan.
Tong Bajil merasakan ada kekuatan yang sangat kuat menekan tubuhnya sehingga dirinya kaku tidak bisa bergerak.
Sudawira juga merasakan ada kekuatan besar ditubuhnya tenaganya nampak seperti sediakala bahkan lebih besar.
"Baiklah, akan aku tunjukkan kekuatan yang sebenarnya"
Sudawira mundur beberapa langkah. Dia mengalirkan tenaga dalamnya ke pedang seketika pedang itu mengeluarkan cahaya putih.
Sudawira berteriak,
"Jurus Rajawali Pemusnah"
Tidak lama tubuhnya menghilang dan sudah berdiri dibelakang Tong Bajil.
Duarrrrrrrr
Suaranya ledakan ketika pedangnya menembus punggung hingga keperut.Tong Bajil hancur menjadi abu.
Asap putih memenuhi pertarungan keduanya.
Perlahan-lahan asap tersebut mulai menipis dan akhirnya menghilang terlihat seorang pemuda telungkup diatas abu yang berserakan.
Sudawira sudah tidak sadarkan diri bahkan topeng yang ia kenakan sudah hancur terdapat beberapa luka luar, tidak jauh dari tumpukan abu.
Semua Pendekar bergidik ngeri dengan kejadian itu.
Pendekar Perguruan Iblis Merah yang tersisa segera memanfaatkan situasi tersebut untuk melarikan diri.
Pramudya lebih dulu loncat kedalam semak-semak. Disusul beberapa orang yang tersisa.
Maheswara yang tersadar dia segera berlari mendekati Sudawira. Ia mencoba memanggil-manggil tak kunjung ada jawaban.
"Biar aku memeriksanya"sahut Adiwangsa.
Maheswara mundur dan Adiwangsa mulai memeriksa tubuh dan denyut nadi Sudawira. terdengar "Luar biasa" gumamnya.
"Apa yang luar biasa" Tanya Maheswara.
"Dia hanya tidak sadarkan diri karena sudah menggunakan seluruh tenaga dalamnya" Jawabnya.
"Dia terlalu memaksakan jurus terlarang itu, jurus yang sangat berbahaya." Maheswara menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Jurus Rajawali Pemusnah sangat mengerikan" Ucap Prabu Surasesa.
"Pertanyaan kenapa dia tidak mendapatkan luka dalam" Tanya Adiwangsa.
Mereka saling menoleh, mereka juga memiliki pertanyaan yang sama.
"Sudahlah, yang penting dia harus ditolong, Kalau tubuhnya terus menumpahkan darah dia akan kehilangan nyawa" Ucap Lestari.
"Ah, bener apa yang dikatakan nona" Maheswara segera membalut beberapa luka sayatan untuk menghentikan pendarahan.
"Kita harus cepat ke markas, jiwanya harus ditolong"Ucap Maheswara.
Semua menganggukan kepala menyetujui.