NovelToon NovelToon
Dendam Dua Jiwa [Mafia Cantik Di Tubuh Gadis Lugu]

Dendam Dua Jiwa [Mafia Cantik Di Tubuh Gadis Lugu]

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Dendam dua jiwa.

Jiwa seorang mafia cantik berhati dingin, memiliki kehebatan dan kecerdasan yang tak tertandingi, namun akhirnya hancur dan berakhir dengan mengenaskan karena pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.

Jiwa yang satu adalah jiwa seorang gadis lugu yang lemah, yang rapuh, yang berlumur kesedihan dan penderitaan.

Hingga akhirnya juga mati dalam kesedihan dan keputus asaan dan rasa kecewa yang mendalam. Dia mati akibat kelicikan dan penindasan yang dilakukan oleh adik angkatnya.

Hingga akhirnya dua jiwa itu menyatu dalam satu tubuh lemah; jiwa yang penuh amarah dan kecewa, dan jiwa yang penuh kesedihan dan putus asa, sehingga melahirkan dendam membara. Dendam dua jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23. Pengadilan dan Penghakiman part. 1

Apa yang telah diprediksikan oleh Annabella tidak meleset. Nikita melaporkan perbuatannya yang menyiramnya dengan jus sewaktu di sekolah tadi kepada papa mama serta kakak-kakaknya.

Dan menambahkan bahwa Annabella juga menamparnya di depan orang banyak, setelah menyiram wajahnya dengan jus.

Tentu disertai bumbu penyedap agar laporannya semakin gurih. Agar keluarga Abraham Winata tercinta semakin membenci putri kandung mereka sendiri.

Keluarga Abraham Winata sudah berkumpul semua di ruang tengah, siap melakukan persidangan dan penghakiman terhadap kesalahan Annabella, sang putri kandung, demi membela Nikita, sang putri angkat, tapi anak yang paling tercinta dan disayangi dalam keluarga Winata.

Saat ini ular betina bermuka dua itu dalam belaian-dekapan manja sang ibu tercinta.

Sementara sang pesakitan belum juga muncul walau hari sudah malam begini, sedangkan mereka sudah cukup lama menunggu.

"Sebenarnya... ke mana saja anak itu hingga sudah malam begini belum pulang?" gumam Abraham Winata menggerutu kesal.

"Nindi, kamu biasanya yang memperhatikan adikmu itu," Nyonya Chalinda menatap anak ketiganya. "Apa sudah biasa Bella pulang sekolah jam segini?"

"Nggak biasanya Bella pulang sekolah jam segini, Ma," tutur Nindira memberi tahu apa adanya, tanpa dibuat-buat. "Dia baru begini semenjak sembuh dari penyakitnya."

"Anak itu semakin liar saja," dengus Abraham Winata semakin kesal.

"Mentang-mentang dia punya kepandaian sedikit," kata Arden bernada sinis, "dia sudah berbuat sesuka hatinya. Sok-sokan berani pulang malam-malam."

"Pa, kali ini papa harus menghukumnya dengan seberat-beratnya," lanjutnya dengan entengnya. "Dia sudah menyakiti Niki dan sudah mulai punya kebiasaan buruk baru sekarang."

"Apa... Kak Bella balapan liar lagi ya?" gumam Nikita yang masih berbaring manja di pangkuan Nyonya Chalinda seakan berbicara sendiri.

Gadis itu mulai lagi menciptakan drama baru. Tentu akan disertai kebohongan.

"Apa maksud ucapanmu, sayang?" tanya Nyonya Chalinda sedikit terkejut heran.

"Bella ikut balapan liar?" Nindira yang paling terkejut. Tentu saja dia khawatir adiknya itu kenapa-kenapa meski dia selalu bertingkah. Rasa takut langsung menyerangnya.

"Kamu tahu Bella ikut balapan liar?" tanya Abraham Winata bernada serius. Dalam pikirannya siap meledakkan amarahnya pada Annabella jika hal itu memang terjadi.

"Dari mana kamu tahu Bella ikut balapan liar, Niki?" kali ini Dareen yang sejak tadi cuma diam ikut bicara. Nada suaranya begitu khas.. , dingin.

Nikita bangkit dari pangkuan dan kemanjaan Nyonya Chalinda dengan sedikit cepat. Mengatur sedikit letak duduknya dengan mimiknya diekspresikan sedikit takut-takut.

"Pa, mama, kakak-kakak sekalian...," ucapnya sengaja ditahan dengan lagak takut-takut, seolah tidak tega mengatakan.

"Katakan saja, Niki, kamu tidak usah takut," pinta Abraham Winata bernada lembut. Istrinya juga ikut membujuk dengan ucapan yang senada.

"Tapi..., Pa, Ma, kalian jangan terlalu berat menghukum Kak Bella," ucap Nikita dengan nada memelas dan memohon. "Dia... dia... hanya sedikit meluapkan rasa senangnya karena punya motor bagus. Dia sedikit ugal-ugalan di jalan, aku rasa nggak pa-pa...."

"Kamu nggak usah membela anak sialan itu," dengus Arden bernada kesal. "Kalau memang dia ikut balapan liar, dia pantas mendapat hukuman.

"Coba kamu katakan yang jelas, Niki," kata Abraham Winata lagi, "apa benar Bella ikut balapan liar?"

"Sebenarnya... malam di mana Kak Bella membawa motornya ke rumah, waktu itu Kak Bella sehabis ikut balapan liar," tutur Nikita mencoba merekayasa fakta yang sebenarnya.

Lalu dia menuturkan dengan sedikit rekayasa bahwa malam itu Rangga dan Reinald sebenarnya sedang tanding adu balapan. Kemudian Annabella datang dengan memaksa ikut bertanding. Sehingga perbuatannya itu membuat balapan menjadi kacau.

"Aku baru tahu kejadian itu tadi di sekolah," lanjutnya semakin asyik mengarang cerita.

Padahal dia salah seorang yang menonton balapan malam itu. Dia meminta ijin kepada keluarga Winata kalau dia hendak belajar di rumah temannya.

Tapi ternyata itu cuma bohongan, untuk menutupi maksud sebenarnya dia keluar malam itu. Yaitu ingin melihat sang idola balapan motor.

Dan sayangnya Abraham Winata serta istri dan semua anaknya percaya saja apa yang dikatakan Nikita, sang anak tersayang. Karena mereka tidak bercuriga kalau Nikita berbohong.

Jadi, persidangan dan penghakiman terhadap Annabella kali ini dengan dua kesalahan fatal; menganiaya Nikita dan ikut balapan liar. Itu yang sudah dinyatakan oleh Abraham Winata.

★☆★☆

Sementara itu malam sudah rata membungkus mayapada ketika Annabella sampai di kediaman keluarga Abraham Winata.

Motor sportnya bergerak perlahan memasuki areal kediaman yang luas itu, lalu berhenti di parkiran. Lebih tepatnya suatu tempat yang dijadikan tempat parkir motornya, karena dia tak diluaskan memarkir motornya di tempat parkir khusus.

Maklum saja semua keluarga Abraham Winata masing mengira jika motor mewah itu adalah motor curian. Jadi motor curian tidak boleh parkir di parkiran khusus.

Setelah merapikan dan mengamankan motornya, Annabella bergegas masuk ke dalam rumah. Langkahnya ringan, namum sedikit cepat.

Tak lama kemudian, Annabella sudah berada di dalam rumah, menyusuri ruang tamu yang luas menuju ruang tengah.

"Keluarga Abraham Winata tengah berkumpul di ruang tengah, siap-siap mengadili kita," bisik jiwa Annabella dalam pikiran jiwa Fiorella.

"Bagus," sambut jiwa Fiorella. "Berarti Nikita sudah mengadu kepada keluarga tercintanya tentang kejadian di sekolah tadi."

"Tentu dengan bumbu kebohongannya," tambah Annabella.

"Bukan cuma itu perkara yang akan diangkat dalam persidangan nanti," bisik jiwa Annabella memberi tahu. "Kita dituduh ikut balapan liar bersama Rangga dan Reinald."

"Bagaimana dia bisa mengatakan hal itu?" tanya jiwa Fiorella seolah belum mengerti.

"Masuk saja cepat! Nanti juga kakak tahu...."

Annabella alias Fiorella terus melangkah dengan sedikit cepat. Begitu sudah masuk area ruang tengah, sudah terlihat olehnya keluarga Abraham Winata yang tengah duduk di sofa.

Dan saat wujudnya sudah nampak di ruang tengah, semua orang itu memandangnya dengan ekspresi yang berbeda-beda.

Sedangkan Nindira, begitu melihat adiknya tak kurang suatu apa, tentu saja dia senang. Namun ketika melihat perlakuan buruk Annabella, wajah senangnya berubah menjadi sedih dan kecewa.

Sementara Annabella terus saja melangkah seolah hendak menuju kamarnya dengan cepat. Tapi dia tahu kalau sebentar lagi langkah akan ditahan.

Benar saja, tak lama kemudian....

"Bella, kemari kamu!" seru Abraham Winata dengan cukup keras dan kasar seraya menatap Annabella dengan tajam penuh kemarahan.

"Oh, Tuan Abraham memanggilku?!" tanggap Annabella bernada kalem dan tenang.

"Nggak usah berlagak di situ!" bentak Arden dengan kasar penuh penghinaan. "Cepat ke mari!"

"Apakah Tuan Abraham memanggilku?" Annabella mengulang pertanyaannya tetap kalem, sebagai bentuk ketidak perduliannya terhadap panggilan Arden yang kasar.

Menyaksikan panggilannya tidak digubris oleh Annabella, bukain main geramnya Arden. Baru saja dia hendak mendamprat Annabella, keburu Tuan Annabella sudah berkata.

"Iya!" sahut Abraham Winata masih kasar. "Cepat ke mari!"

Annabella mematuhi tanpa membantah. Dia melangkah santai dan ringan menuju ruang sofa. Lalu berhenti sekitar 3-4 meter di depan keluarga Abraham Winata.

Semua orang yang ada di situ masih menatapnya, dengan ekspresi masing-masing. Sedangkan Nikita menyembunyikan tatapan liciknya di balik ekspresi sedih bercampur takut.

Arden semakin menatap muak, benci, dan penuh perendahan kepada Annabella. Dareen menatap Annabella dengan tajam dan dingin. Di sebalik tatapan dinginnya itu, berkobar kemarahan yang seakan hendak melahap Annabella.

Sedangkan Abraham Winata semakin memandang benci, murka, serta geram terhadap Annabella. Tak jauh beda ekspresi yang ditunjukkan oleh istrinya.

Sementara Nindira menatap adiknya itu dengan ekspresi sedih, tatap. Dia semakin tidak mengerti --dengan pikiran naifnya-- kenapa Annabella semakin berbuat tak terkendali begitu.

"Maaf, Tuan Abraham, kalau boleh tahu ada apa Anda memanggilku?"

★☆★☆★

1
Aretha Shanum
kenapa harus bertahan disitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!