Apa jadinya kalau CEO dan asistennya selalu bertengkar hanya karena hal sepele?
Andrian yang selalu saja ribut dengan Jasmine asistennya dalam segala kesempatan. Tiada hari tanpa keributan antara mereka, dari saling mengejek dan menggoda jadi aktifitas mereka disela kegiatan kantor.
Seiring kebersamaan dan langkah mereka yang sering ribut justru menimbulkan perasaan nyaman antara keduanya. Namun gengsi seakan menahan perasaan keduanya untuk tidak terucap.
Mampukah mereka saling jujur akan perasaan masing-masing? atau justru terus terperangkap pada gengsi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penculik 2
Mata Andrian melotot tidak percaya akan apa yang dilihatnya itu. Bagaimana akan percaya yang dilihatnya itu hanya no ponsel saja.
"Apa penyakit Hendri menular padamu?" tanya Andrian kesal juga karena sudah serius tapi yang didapatnya hanya seperti itu.
"Apa maksudmu? ini kan sudah jel.. eh sory salah" kata Aan nyengir kembali menunjukkan sesuatu setelah mengutak atik ponselnya lagi.
"APA?" teriak Andrian kuat.
"Jangan teriak nanti Jasmine bangun bisa sulit kita menjelaskan padanya" ucap Hendri melemparkan bantal sofa pada Andrian.
Satu sama pikir Hendri.
"Kalian yakin dia orangnya? kelihatannya mereka tidak pernah melakukan hal yang berlebihan!" heran Andrian kurang yakin dan tidak menghiraukan lemparan Hendri.
"Nanti kau akan tahu kalau eksekusi kita sudah selesai, kau hanya perlu mengikuti rencana kami saja" ucap Andri yakin.
Melihat keyakinan teman-temannya yang serius juga mereka tidak pernah berbohong padanya membuat Andrian setuju akan usul teman-temannya.
"Baiklah aku serahkan pada kalian saja, yang penting jangan sampai melukai Jasmine" ucap Andrian lalu berlalu pergi ke arah dapur.
Ketiga temannya yang lain bertatapan kemudian tersenyum bahagia.
"Apa teman kita itu jatuh lope lope pada Jasmine? wah aku tidak percaya hal ini" ucap Hendri dramatis.
"Lebay" ucap Aan pergi menyusul Andrian.
"Alay" sambung Andri ikut pergi.
Tinggallah Hendri sendiri di sana yang menatap kedua pria itu kesal karena ucapan mereka memang ditujukan padanya.
"Ck kurang ajar sekali mereka" gerutu Hendri ikut pergi kedapur.
Tiba di dapur sudah terlihat banyak makanan terhidang.
"Hello pria-pria kaku yang tidak laku-laku, pria tampan is sini" teriak Hendri dengan kocaknya.
Sedangkan ketiga pria yang sudah duduk untuk makan itu tidak ada yang perduli, karena kalau kekocakan Hendri di ladeni bisa-bisa mereka menyianyiakan makanan yang ada hanya untuk mendengar dan melihat tingkah Hendri yang konyol.
"Cih aku seperti menyapa patung" kesal Hendri ikut duduk di kursi kosong samping Aan dan mengambil makanannya.
sampai beberapa saat kemudian mereka mendengar suara yang begitu menggema dan memekakkan telinga.
ANDRIAAAN
Sontak saja para pemuda yang sedang makan itu tersedak, terutama Andrian yang namanya di teriakkan.
Sementara di kamar lantai dua.
Jasmine yang merasa tidurnya sangat enak membuka matanya perlahan dan melihat ada horden putih yang tertiup angin pelan dan membawa hawa sejuk hingga kedalam walau sudah sejuk dari AC.
Tanpa berpikir apapun lagi Jasmine yang mengira sedang di rumah orang tuanya langsung masuk kamar mandi.
Setelah mandi dan berpakaian Jasmine duduk di kursi meja rias. Dilihatnya ada yang berbeda dengan keadaan kamarnya.
Jasmine memang terlahir dari kalangan orang berada namun karena ia lebih merasa nyaman saat tinggal jauh dari orang tua, jadilah Jasmine selalu hidup sederhana dan tidak terlihat sebagai orang berada.
"Kok kamarku warnanya jadi putih! kamarku kan warnanya pink aksen biru, apa papa rombak kamarku?" herannya melihat sekeliling.
Dibilang bukan tapi pakaiannya ada didalam lemari semua, di bilang ia tapi yang ini terlihat lebih luas.
Akhirnya Jasmine memutuskan untuk keluar kamar agar mendapat jawaban dari kebingungannya. Mungkin bertanya pada orang tuanya akan membuatnya tahu pikirnya.
Saat menuruni tangga sembari melihat-lihat, selintas ingatan tentang ia makan siang dengan Andrian teringat dan itu membuat matanya melotot.
Apa lagi ketika ingat kalau tadi dia sempat tertidur di mobil Andrian.
"Jadi? ANDRIAAAN!" teriak Jasmine kuat dengan emosinya.
Langkah kaki Jasmine menghentak marah, hingga tiba di akhir undakan tangga datanglah 4 pria dengan tergesa-gesa dan yang terdepan tentu saja Andrian.
Dengan wajahnya yang panik juga khawatir, Andrian berlari tergesa-gesa sampai hampir tersungkur.
"Ada apa Jasmine?" tanyanya setelah berdiri di hadapan gadis yang justru terlihat marah.
"Iya Jasmine kenapa? apa ada hantu? atau ada penjahat?" tanya Hendri ikut panik.
"Apa ada penculik lagi? dimana katakan?" tanya Aan juga bahkan kepalanya melihat kesana kemari.
Wajah Jasmine memerah marah pada keempat pemuda itu yang malah bertanya aneh-aneh.
"Ya ada penculik di sini!" ucap Jasmine penuh penekanan.
Sontak saja kehebohan terjadi di rumah Andrian, tiga pemuda berlari menuju lantai atas memeriksa sedangkan Andrian menyembunyikan tubuh Jasmine di belakang tubuh kekarnya sampai tertutup.
Sedangkan para sekuriti di depan sudah berkeliling runah bersama pekerja pria lainnya sesuai perintah Andrian. Pekerja wanita ketakutan di belakang Jasmine.
Tentu saja hal itu membuat Jasmine sakit kepala, apa-apaan mereka ini gumamnya dalam hati tidak habis pikir.
Tanpa perduli dengan kehebohan yang terjadi di rumah mewah itu, Jasmine justru memilih untuk duduk di sofa dekat tangga itu demi meredam amarahnya.
Tidak lama kemudian turunlah tiga pria rempong yang dengan hebohnya menghampirinya bersama Andrian.
"Jasmine dimana kau melihat penculiknya?" tanya Andrian setelah mendengar ucapan temannya yang tidak melihat seorangpun diatas.
Mata Jasmine menajam menatap Andrian sangat kesal.
"Untuk apa kau mencari penculiknya?" tanya Jasmine berusaha santai sebelum meledak amarahnya.
Keempat pria itu saling pandang heran.
"Apa maksudmu? tentu saja aku harus mencari penculiknya kalau tidak kau akan dalam bahaya" celoteh Andrian panik.
Mata Jasmine terpejam sejenak sembari gadis itu berdiri, dan hal tidak terduga terjadi.
"Kaulah penculik itu Andrian, kau yang menculikku kerumahmu ini, kau membawaku ke sini tanpa seijin dariku itu artinya kau menculikku" teriak Jasmine sembari menarik telinga Andrian kuat.
"Aduh-aduh akh sakit Jasmine apa yang kau lakukan?" teriak histeris Andrian kesakita karena tarikan Jasmine tidak main-main di telinganya.
"Kau yang apa-apaan hah! membawaku kerumahmu seenaknya kau pikir aku gadis apaan hah!" ucap Jasmine tak kalah berteriak dan semakin menarik telinga Andrian kuat.
"Ampun akh, sakit-sakit akan aku jelaskan tapi lepas dulu" teriak Andrian berjingkat-jingkat kesakitan sembari berusaha menarik tangan Jasmine lepas yang malah terasa semakin sakit di telinganya.
"Kau harus di beri pelajaran supaya tidak berbuat semaumu sendiri saja" marah Jasmine melotot pada Andrian.
Orang lain yang ada di sekitar mereka hanya bisa menunduk takut dan menutup telinga mereka karena suara teriakan dua orang itu sangat kuat.
Kalau saja rumah mewah itu tidak berjarak jauh dengan yang lain sudah bisa di pastikan kalau para tetangga akan berdatangan kesana.
Bahkan teman-teman Andrian pun tidak ada yang berani menghentikan Jasmine karena takut kena marah juga. Jasmine terlihat begitu mengerikan saat marah seperti ini.
HEH
Jasmine melepaskan telinga Andrian setelah merasa puas menyakiti telinga pemuda itu.
"Pelajaran hari ini cukup untukmu, sekarang antar aku pulang" ketus Jasmine melipat tangannya di dada menatap kesal Andrian.
Mendengar hal itu tentu saja Andrian langsung berhenti meringis dan menatap Jasmine protes.
"Tidak! kau tidak boleh pergi dari sini, bagaimana kalau nanti teman-teman penculik itu datang lagi dan menyakitimu" ucap Andrian duduk disamping Jasmine.
"Pulang" Jasmine membuang pandangan ke arah lain.
"Sebaiknya kamu memang harus tinggal disini saja Jasmine, karena biar bagaimanapun teman-teman penculik itu pasti akan balas dendam padamu" ucap Aan meyakinkan dan diangguki antusias oleh Andrian.
"Tetaplah disini Jasmine sampai kami bisa menangkap pelaku sebenarnya" kata Andri.
"Benar Jasmine kamu disini saja, tapi hati-hati dengan si Andrian ya kalau dia macam-macam adaw" teriak Hendri di akhir kalimatnya karena pukulan dari Aan di lengannya.
Memang mulut Hendri sepertinya perlu baut baru agar tidak asal bicara, usaha mereka akan sia-sia meyakinkan Jasmine agar tinggal bersama Andrian kalau Hendri tidak bisa mengontrol bibirnya saat ini.
"Memangnya siapa yang menculikku? bukankah sudah tertangkap orangnya, apa dia punya banyak teman lagi?" heran Jasmine menatap satu persatu pemuda itu.
"Tetaplah disini sampai kita mengetahui semuanya secara pasti Jasmine, disini kamu aman sedangkan di rumah kamu sendiri kita tidak tahu apa yang akan terjadi denganmu yang tinggal sendiri disana" ucap Andrian lembut namun penuh kekhawatiran.