Shanum,, putri dari kekaisaran angin yang di buang oleh ayahnya kedalam jurang, hanya karena keputusan dari kebanyakan menteri.
Namun, dia tumbuh menjadi gadis yang tangguh. Dia memiliki misi untuk mencari identitasnya. Tapi, tak disangka misinya ternyata lebih besar dari yang ia kira,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adirbas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan-jalan
Tak,,,,,trinng,,,,Srek,,,,,,.
Suara ayunan pedang dan bambu saling bertabrakan. Baik Shanum maupun pemimpin sekte cahaya, sama-sama bisa menyerang dan menghadang serangan. Keduanya bertarung dalam ketangkasan masing-masing.
"Ini sudah cukup,,," batin Shanum sambil mengayunkan pedangnya ke arah kiri untuk menyerang. Namun, dia membalik arah ke kanan ketika pemimpin sekte cahaya ingin menghadang ke arah kiri.
Punggung pedang Shanum berhasil mengenai pinggang pemimpin sekte cahaya. Hal itu membuat semua pemimpin akademi tertarik kepada Shanum.
Prok,,,,, prok,,,, prok
"Hebat,,,,, sungguh putri kaisar angin sangat hebat,,,," tepuk tangan pemimpin semua akademi serempak.
"Jika yang mulia kaisar berkenan mengizinkan untuk mengirim tuan putri ke akademi, maka akademi kami siap menerima putri,,," ucap pemimpin sekte pedang sambil mengeluarkan kartu berwarna hijau yang artinya langsung di terima tanpa uji coba lainnya. Sedangkan rata-rata murid baru lainnya hanya mempunyai kartu merah.
" Kami juga siap untuk menerima tuan putri,,," kompak lainnya sambil mengeluarkan kartu tertinggi mereka.
"Kaisar ini sungguh merasa senang dan juga berterima kasih kepada semua pemimpin akademi karena telah menerima putri kaisar. Tapi, jawaban itu tidak ada di kaisar, tuan putri lah yang berhak memilih kemana dia akan belajar,,," balas kaisar.
" Yang mulia,,, bukankah usia putri saat ini masih di bawah umur,,,,?" tanya khawatir permaisuri.
"Apa daya kaisar ini permaisuriku,,, semuanya tergantung pada putri kita,,," jawab kaisar sambil melihat ke arah Shanum.
Semua mata kini juga tertuju ke arah Shanum. Shanum yang di tatap merasa biasa saja, dia bergerak meletakkan kembali pedang yang di tangannya.
"Yang mulia tuan putri, apakah kau bersedia masuk ke akademi,,,?" tanya kepala Kasim mewakili pertanyaan semua orang.
"Entahlah,,,baru tiga hari ini aku bertemu dengan ibunda permaisuri. Jadi, segala keputusan ada padanya,,," jawab Shanum.
"Jika kalian ingin merayu agar aku masuk ke akademi, maka rayulah ibunda. Setelah berhasil mendapatkan izin darinya agar aku masuk akademi. Maka, aku akan memilih akademi yang mana yang akan aku datangi. Namun, kalian harus ingat bahwa kedatangan ku tak sendirian, aku akan membawa mereka yang tadi ikut mengiringi penampilanku,,," lanjutnya, lalu berjalan kembali ke kursinya.
"Tapi putri, bagaimana bisa kami memberikan kartu hijau langsung pada mereka,,,?" tanya salah satu guru.
"Aku hanya membawa mereka, tapi segala prosedur harus sesuai seperti biasanya. Jika mereka mampu melewati setiap uji coba yang kalian berikan di akademi, maka mereka pasti memiliki kemampuan di diri mereka. Bukankah begitu,,,?" tanya Shanum.
"Benar sekali,,," kompak semua orang.
°°°°°°°°°°°°°°°°
Acara pemilihan akademi telah selesai sampai sore hari. Desas desus Shanum menunjukan kebolehannya dalam bermain pedang telah menyebar ke seluruh wilayah secepat angin berhembus. Bagi orang-orang yang tidak datang ke pesta ulang tahun putri merasa penasaran tentang kemampuannya.
Ketika tengah malam saat semua orang tertidur, Shanum bangun dari tidurnya untuk pergi ke luar istana. Dia keluar istana karena dia merasa sangat bosan. Jadi, dia ingin berjalan-jalan keluar istana tanpa menggunakan kekuatannya dan hanya memakai pakaian yang tertutup seluruh tubuhnya. Dia juga meminta agar tak ada satupun binatang ilahinya yang mengikutinya. Jika memang terjadi sesuatu yang bahaya padanya, mereka pasti juga akan terhubung langsung ketika Shanum mengizinkannya.
Shanum telah berjalan cukup lama hingga dia berjalan melewati jalan dan hutan hingga langkahnya terjebak di hutan labirin.
"Ini dimana,,,?" bingungnya ketika dia terus berputar-putar di tempat semula.
"Ck,,,, masa iya labirin ini bisa menghalangiku,, aku tidak akan memanggil mereka hanya untuk keluar dari labirin ini,,aku pasti bisa melewatinya,,," yakin Shanum sambil terus berjalan.
Shanum terus melangkahkan kakinya ke arah kanan dan ke kiri sesuai dengan yang dia yakini itu jalan yang benar. Namun dia selalu terjebak di tempat-tempat yang sama.
"Aduh,,,,menyebalkan sekali,,," geram Shanum sambil sedikit menaikkan suaranya dengan di iringi hentakan kaki karena dia sedang kesal.
Husssss,,,,,suing,,,,suin,,,suing,,,
Sebuah kupu-kupu indah berwarna putih bercahaya terang terbang ke arah depan wajah Shanum. Dengan refleks Shanum mengikutinya karena terpesona.
Kupu-kupu itu berhasil menuntun Shanum keluar dari labirin, hingga Shanum berada di sebuah tangga yang di ujung tangga itu terdapat sebuah paviliun yang sangat indah namun gelap. Kupu-kupu itu hanya berdiri diam di samping tembok.
"Apakah aku harus naik,,,,?" tanya Shanum.
Dia berpikir sebentar tentang haruskah dia menaiki tangga itu atau tidak. Akhirnya Shanum naik ke atas karena rasa penasaran di dalam dirinya.
Tanpa Shanum sadari, setiap kali dia telah menapaki satu tangga. Tangga itu akan mengeluarkan sedikit cahaya.
"Aduh,,,,apa ini? kenapa bisa berdarah,,,?" tanyanya sambil melihat arah kakinya yang mengeluarkan darah.
Shanum tidak memperdulikan telapak kakinya yang berdarah, dia terus berjalan ke arah pintu paviliun. Dia bisa merasakan bahwa disana ada seseorang.
Shanum membuka sebuah kamar yang begitu gelap dengan kain yang menutupi setiap celah yang ada di dinding.
"Siapa kau,,,,?"
"Aduh,,,,jantungku,,," kaget Shanum sambil memegang jantungnya, lalu dia menjentikkan jarinya membuat cahaya keluar dari tubuhnya, membuat seseorang kembali marah.
"Matikan,,,tidak,,,cepat matikan,,," ucapnya meracau.
"Apa kau takut cahaya,,,?" tanya Shanum sambil memadamkan cahaya dari tubuhnya. Shanum berjalan ke arah seorang anak yang tadi sekilas dia lihat saat mengeluarkan cahaya ke seluruh ruangan.
"Akhhhh,,,,, sialan kau, aku berniat baik malah kau gigit,,," kesal Shanum sambil memegang lehernya yang di gigit oleh anak itu.
"Agrhhhh,,,," teriak keduanya saat mereka merasakan tubuh mereka kesakitan, lalu keduanya jatuh pingsan.