Afnaya Danuarta mengalami suatu musibah kecelakaan hebat, hingga membuat salah satu pada kakinya harus mendapati sakit yang cukup serius. Disaat hari pernikahannya tinggal beberapa waktu lagi, dan calon suaminya membatalkan pernikahannya. Mau tidak mau, sang adik dari calon suami Afnaya harus menggantikan sang kakak.
Zayen Arganta, adalah lelaki yang akan menggantikan sang kakak yang bernama Seynan. Karena ketidak sempurnaan calon istrinya akibat kecelakaan, membuat Seyn untuk membatalkan pernikahannya.
Seynan dan juga sang ayahnya pun mengancam Zayen dan akan memenjarakannya jika tidak mau memenuhi permintaannya, yang tidak lain harus menikah dengan calon istrinya.
Akankah Zayen mau menerima permintaan sang Ayah dan kakaknya?
penasaran? ikutin kelanjutan ceritanya yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penasaran
Zayen tetap pada posisinya yang tenang dan juga santai, sedikitpun Zayen tidak terlihat cemas atau gelisah.
"Papa percaya sama kamu, Zayen. Bahwa adalah lelaki yang bertanggung jawab. Kalau begitu, papa titip Afna dan jagalah putri papa satu satunya. Jika kamu merasa bosan dengan pekerjaan kamu, masuklah ke perusahaan papa. Tidak ada syarat apapun untuk kamu masuk ke perusahaan."
"Terimakasih sebelumnya, Pa. Sebisa mungkin Zayen akan membuat Afna nyaman dan bahagia tentunya. Papa tidak perlu khawatir, Zayen bertanggung jawab atas semuanya.
"Baiklah, papa tidak akan memaksamu."
"Terimakasih, Pa." Jawabnya, Tuan Tirta pun mengangguk dan tersenyum. Setelah itu tuan Tirta segera bangkit dari tempat duduknya.
"Panggilkan mama, sepertinya papa harus cepat cepat untuk pulang. Karena masih ada pekerjaan yang tertunda."
"Iya, Pa. Sebentar, Zayen panggilkan mama."
Zayen pun segera memanggil ibu mertuanya yang sepertinya sedang berada di ruang santai, mana lagi kalau bukan ruang makan.
"Maaf Ma, diruang tamu papa menunggu."
"Papa, ooh iya. Afna, mama pulang dulu. Lain kali mama dan papa main ke rumah kalian. Nak Zayen, mama serahkan Afna semuanya pada kamu. Jangan lupa, sering seringlah main ke rumah. Dirumah tidak ada siapa siapa, terasa sepi."
"Iya, Ma. Lain kali jika ada waktu senggang Zayen akan mengajak Afna untuk main ke rumah." Jawabnya sebaik mungkin.
"Ya sudah kalau begitu, mama pulang."
"Hati hati, Ma." Ucap keduanya serempak, dan kemudian Nyonya Nessa segera ke ruangan tamu.
"Sudah selesai mengobrolnya?" tanya sang suami sambil berdiri tegak.
"Sudah, sayang. Ayo, kita pulang." Ajaknya.
"Papa dan mama pulang dulu ya, nak.. kalian berdua yang rukun. Jika ada perlu apa apa, jangan sungkan kabari mama dan papa."
"Iya Ma, mama dan papa perlu mengkhawatirkan kami berdua." Jawab Zayen.
Setelah berpamitan, tuan Tirta bersama sang istri segera pulang. Karena merasa tidak enak jika berlama lama di rumah menantunya. Ditambah lagi pengantin baru, rasanya seperti pengganggu.
Kedua orang tua Afna sudah tidak terlihat bayangan mobilnya. Afna dan Zayen kembali masuk kedalam rumah, Zayen langsung mengunci kembali pintunya.
Perasaan Afna kini bercampuraduk rasanya, ditambah lagi hanya berdua dengan sang suami. Membuat Afna serba salah tingkah, sedangkan Zayen tetap bersikap biasa biasa saja.
"Aku mau istirahat dan jangan bangunkan aku, siapapun itu yang datang ke rumah ini. Dan jangan buka pintunya, hari ini aku tidak mau menerima tamu."
"Baik, tapi...." ucapnya terpotong.
"Tapi? apaan."
"Apakah aku boleh meminjam laptop, kamu?" jawabnya sedikit takut dan juga gugup.
"Kamu adalah istriku, apa yang aku punya itu milikmu juga. Jadi kamu tidak perlu bertanya lagi denganku. Hanya saja, jangan membantah dengan apa yang aku tunjukkan kepada kamu."
"Terimakasih, setidaknya aku meminta izin kepada kamu."
"Kamu tunggu saja di sini, atau... duduklah di ruang tengah. Lebih aman, biar aku yang mengambilkan laptopnya." Zayen segera pergi ke kamar dan menyerahkan laptop kepada dang istri.
"Ini laptopnya, gunakan dengan sebaik mungkin. Handari berhubungan dengan orang lain, aku tidak menyukainya."
"Terimakasih. Tenang saja, aku hanya ingin mencari pembelajaran tentang memasak dan membuat kueh, itu saja." Jawabnya sambil menerima laptop dari sang suami.
"Bagus, kamu harus banyak belajar tentang menjadi istri yang baik. Agar kamu tahu apa tugas dan kewajiban seorang istri kepada suaminya. Semoga laptop itu membantumu untuk mendapatkan jawabannya." Ucapnya langsung pergi meninggalkan Afna yang masih bengong.
Zayen segera masuk ke kamar, kemudian dirinya langsung menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Sedangkan Afna sedang sibuk dengan laptopnya.
'Tugas seorang istri, kewajiban seorang istri. Apa aku harus melayani suamiku yang terlihat seram begitu. Aaah mana aku bisa, yang ada aku menangis dan ketakutan. Mana brewokan, gondrong lagi. Tampan sih dari dekat, tapi.. bergidik ngeri aku.' Gumamnya sambil menyalakan laptop.
Tiba tiba Afna penasaran dengan isi laptopnya, Afna mencoba untuk mencari sesuatu yang penting. Siapa tahu saja ada yang penting, pikirnya.
Berkali kali Afna mencari sesuatu yang dianggap suaminya itu penting, nemu tetap saja Afna tidak menemukannya.
'Dia misterius sekali, kenapa hanya ada CCTV? aaah bodohnya aku. Ya iya lah, yang jelas cuman ada CCTV. Mana ada hal penting dengan mudahnya menyerahkannya padaku. Untuk apa coba, rumah kecil seperti ini dipasang CCTV disetiap sudut ruangan. Sedangkan didalam rumah ini saja tidak ada barang mewah, lalu kenapa dipasang CCTV?' gumamnya yang masih tidak percaya.
Karena merasa prustasi tidak mendapatkan sesuatu yang carinya, Afna langsung membuka youtube untuk mencari tata cara belajar memasak dan membuat kueh.
"Kalau tidak dicatat, bagaimana aku bisa belajar." Gerutunya, kemudian Afna segera mencari buku dan pena disekitar ruangan.
'Tidak ada buku, tidak mungkin aku tanya sama Zayen, sedangkan dia masih tidur, pasti akan marah jika aku bangunkan. Aaah, belajar memasaknya ditunda dulu. Lebih baik aku ganti chanelnya saja, tadi dia menyuruhku belajar menjadi istri yang baik. Baiklah akan aku coba, sepertinya akan memakan waktu lama untuk mendengarkannya. Sambil menunggu Zayen bangun dari tidurnya, aku sibukkan untuk belajar menjadi istri yang baik.' Gumamnya lagi sambil berfikir untuk mencari video yang baik didengarkannya.
Dengan serius, Afna mendengarkan nasehat nasehat untuk para istri yang lumayan cukup lama. Tanpa Afna sadari sudah banyak video yang ditonton. Seketika itu juga hati Afna tersentuh, dirinya merasa belum menjadi istri yang sempurna. Meski tidak ada rasa cinta terhadap suaminya, Afna akan berusaha untuk tetap hormat. Tetapi terkadang hatinya masih teringat akan rasa sakit dari Seyn, kakak dari suaminya sendiri.
Afna teringat rayuan mautnya, hingga membuat Afna sangat mempercayainya. Namun pada kenyataannya, Seyn telah menghamili sahabatnya. Afna merasa telah dikhianati yang begitu menyakitkan oleh mantan kekasihnya dan yang kedua oleh sahabatnya sendiri.
Tiba tiba bulir air matanya telah jatuh dan membasahi pipi mulus milik Afna.
"Kamu kenapa menangis? kamu menyesal menikah denganku? Katakan saja, sebelum aku menyentuhmu. Jugaan pernikahan kita masih seumuran tanam jagung, kamu masih memiliki kebebasan untuk memilih. Aku tidak mau keterpaksaan, karena aku lelaki normal yang kapan saja aku dapat melakukannya. Jika kamu sudah aku sentuh, maka kamu tidak akan pernah memiliki kebebasan."
Deg!!! jantung Afna terasa mau copot, saat mendengar ucapan Zayen yang terakhir. Zayen masih membungkukkan badannya dibelakang Afna yang sedang duduk di sofa.
Afna masih bingung untuk menjawabnya, dirinya seakan dalam posisi yang sangat sulit. Apa yang dikatakan Zayen semuanya adalah benar, namun jika dirinya hanya mengikuti kemauannya sendiri belum tentu akan sesuai yang diharapkan. Afna masih menimbang nimbang pertanyaan dari Zayen. Berusaha menyusun kalimat yang pas untuk dilontarkannya.
semoga tidak ada pembullyan lagi di berbagai sekolah yg berefek tidak baik