Novel ini dalam revisi!
Cinta dalam perjodohan seorang dosen bernama Darren Nicholas dan mahasiswanya Kanaya Syabila.
Dosen muda dengan sejuta pesona tapi terkenal galak dan pelit nilai, menjunjung tinggi disiplin. Dipertemukan dengan Kanaya mahasiswanya yang cerewet, nyablak, seru, gaje. Dan disatukan dalam sebuah pernikahan dengan konflik cinta segitiga yang rumit. Akankah mereka bertahan dengan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput Kanaya
Sepulang dari rumah Ana, gue dan Vivi mampir ke kedai untuk makan, tadi belum sempat makan siang. Mereka berbincang-bincang seraya menyusun strategi cara menjelaskan ke Ana, setidaknya kali ini Naya tidak pusing sendiri karena sudah memberi tahu Vivi.
"Nay, gue masih nggak habis pikir sama Dimas, Ana itu kurang apa coba? udah cantik, tajir, baik dan pintar. Bakalan nyesel tu bocah.
"Apalagi gue, setahu gue itu ya Dimas pendiam, nggak mungkin lah itu bocah nglakuin hal nakal kaya gitu dan si Hana diam-diam menghanyutkan."
"Ya tapi kok bisa sih mereka dekat, dari mana coba?"
"DODOL... ya bisa lah mereka kan sefakultas, sekelas lagi... udah pasti sering ketemu."
"Emang mereka sekelas ya?" Naya mengangguk. "Terus lo sekarang mau pulang ke mana? Eits... kemarin kan lo nggak jadi pulang, nggak ke tempat gue apalagi ke rumah Ana, nggak mungkin kan... hayo ngaku lo tidur dimana?" Sarkas Vivi
tiba-tiba.
Mampus gue. Naya terdiam sejenak.
"Em..anu..gue... tidur di rumah tan te ya tante gue."
"Tante? emang lo punya tante di kota ini?"
"Ada saudara dari papa." Naya jawab cepat.
Ya kali gue musti jawab tante, masak jawab pak Darren? bisa pingsan dia.
"Malam ini lo mau nginep di sana lagi?"
Uhuk... uhuk...
Naya tersedak orange jus yang sedang di minum.
"Pelan-pelan Nay." Ucap Vivi khawatir
"Gue habis ini mau ngecek kost-kostan yang di sebrang jalan dekat kaffe kampus, kayaknya kemarin masih terima kost."
"Perlu di antar nggak?" Tawar Vivi tulus
"Nggak usah, eh tapi... boleh juga sih kalau nggak ngrepotin."
"Sebenarnya gue males, ya tapi demi sohib gue yang nyebelin ini apalah daya."
"Hu... sok baik lo."
"Sembarangan ngatain gue ya.... " Ckckckck....
"Udah ah ayo keburu sore, lagian gue mau langsung pindahan."
"Santuy beb masih sore, lagian besok kita libur kan santuy...."
Satu minggu ini libur kuliah, eh lebih tepat nya hari tenang sebelum semesteran. Tapi tenang apanya coba malah kaya di kejar deadline musti ngerjain tugas dari salah satu Dosen dan harus selesai menjelang ujian semester sebagai syarat mengikuti ujian semester. Ampun... deh emang Dosen rese'. Bukannya belajar dengan tenang malah pusing, tugas numpuk musti belajar buat semester juga, lengkap sudah.
"Santuy pala loe....Kayanya itu Dosen emang seneng deh buat mahasiswanya menderita, heran gue bukanya libur tu ya saatnya merilekskan fikiran biar bisa fokus dengan belajar, eh malah di kasih tugas banyak udah gitu harus selesai" Gerutu Naya kesal.
"Yaah... males banget ya, bener-bener Dosen nyebelin."
***
Setelah mencari tempat kost yang baru Vivi mengantar Naya ke kost yang lama untuk paking barang sekalian pamit kepada ibu kost, namun berhubung cukup menyita waktu, Vivi pulang duluan untuk membersihkan diri dan setelah urusannya beres Vivi akan kembali ke kosan Naya untuk membantu pindahanya.
Sesampainya di kost Naya tak mendapati Hana, Lagi-lagi anak itu tak di rumah padahal ingin sekali Naya menanyakan tentang hubungan gelapnya. Setelah selesai beres-beres Naya berpamitan dengan Bu Umi selaku yang punya kost, awalnya Bu Umi menyayangkan kepindahannya namun apa daya kenyamanan setiap penghuni paling utama. Naya tidak menjelaskan duduk permasalahan nya dia hanya mengatakan ingin tinggal di rumah saudara, katanya.
Baru saja selesai beberes sekitar jam setengah tujuh Naya seperti mendengar suara mobil yang masuk ke halaman kost dan parkir di sana, Naya segera melangkah keluar untuk melihat si empunya mobil, matanya membulat sempurna kala melihat siapa yang datang. Di tatapnya satu persatu wajah setiap orang yang keluar dari sana.
"Mama Alin, om Dahlan dan Pak Darren? mau ngapain mereka kesini?" Gumamnya masih penasaran.
"Mama Alin?" Naya menghampiri dan mencium punggung tangan ke dua orang tua Darren.
"Ada apa ya? kok tumben kesini barengan?" Tanya Naya heran.
"Sayang hari ini, malam ini kita akan pulang ke kota mu." Jawab Bu Alin lirih.
"Tapi kenapa ma, om? bukankah ini sudah malam."
"Ceritanya nanti aja ya, kamu siap-siap." Naya mengangguk tapi dia merasa ada suatu yang tidak beres telah terjadi.
Setelah masuk ke dalam mobil Naya duduk di jok belakang dengan bu Alin sementara Darren dan Om Dahlan di depan akan bergantian menyetir saat perjalanan. Naya hanya diam dia sibuk dengan ponselnya berusaha menghubungi rumah namun tak ada jawaban, dia semakin khawatir perasaan nya tidak menentu namun karena perjalanan malamnya Naya tertidur. Kurang lebih dua jam jarak tempuh dari kota Darren ke kota sebelah akhirnya mereka sampai tepat jam sepuluh malam di halaman rumah bu Ayu.
Naya langsung turun dari mobil begitu mobil terparkir sempurna. Bik sum langsung menyambut kedatangan kami begitu sampai di rumah. Bik Sum sudah beberapa hari ini menginap karena harus menjaga rumah sementara Bu Ayu dan Atta di rumah sakit menjaga Pak Faisyal yang tengah kritis di rumah sakit.
"Bik Sum kok sepi, Mama sama Papa mana?" Tanya Naya khawatir.
"Ibu dan Atta di rumah sakit mbak, Bapak sakit."
Deg
Tiba-tiba tubuhku lemes seketika. "Papa sakit apa bik, di rumah sakit mana? biar Naya kesana."
"Sayang kamu istirahat dulu besok kita bareng-bareng ke sana, lagian ini sudah malam jam besuk sudah tutup kita pasti tidak boleh masuk." Ucap Bu Alin menenangkan.
Akhirnya Naya pun menurut, benar kata Bu Alin rumah sakit punya aturan batas jam kunjungan.
Bik Sum mempersilahkan keluarga Darren istirahat di kamar yang telah di sediakan. Bu Alin dan Pak Dahlan di kamar tamu sementara Darren tidur di kamar Atta. Pagi menyambut begitu cepat setelah mereka siap-siap, sarapan dan mereka langsung menuju rumah sakit, tidak begitu jauh dari kediaman Naya sekitar lima belas menit sudah sampai di rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit, Naya langsung turun. Sebelumnya sudah di kasih tahu bik Sum di mana Pak Faisyal di rawat.
"Ma..." Pekik Naya berhambur menghampiri dan langsung memeluk Bu Ayu seraya terisak.
"Papa gimana ma?" Naya memandang wajah mamanya sembab.
"Papa masih di tangani Dokter sayang, tadi sempat drop." Hiks.. hiks... "Kemarin papa jatuh di kamar mandi, pingsan dan sempat kritis selama dua hari, alhamdulillah sudah lebih baik dan di pindah ke ruang perawatan tapi pagi tadi drop lagi mama takut Nay..." Hiks... hiks...
"Ma.. jangan nangis kita lewati sama- sama Papa pasti sembuh."
Ceklek
Pintu ruang rawat dibuka seorang Dokter, bu Ayu dan Naya langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri ke arah pintu.
"Dok bagaimana Papa saya, suami saya." Ibu dan anak bertanya kompak.
"Alhamdulillah sudah stabil namun beliau harus banyak istirahat."
"Apa bisa di jenguk Dok?"
"Boleh tapi bergantian." Ucap Dokter mempersilahkan lalu pergi.