Update Every day
Qing Lou tak tahu kenapa, ia terjebak di dunia entah apa ini. Dan di paksa melakukan hubungan dengan pria asing, yang katanya akan menikahinya.
mengira itu omong kosong seorang pria, siapa sangka pria itu membawanya..tidak, tidak...lebih tepat menculiknya.
dan ya...
cari sendiri kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NINI(LENI), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Lian Zhen berdiri di ruang kerjanya—ruangan besar penuh lembar kertas, peta perang, tinta hitam, dan tumpukan gulungan kitab. Lampu minyak kuning temaram, memantulkan bayangan panjang di dinding.
Ia mengerutkan kening.
Kenapa aku… di sini? bukannya tadi diranjang? kenapa bisa disini?
Sebelum sempat berpikir lebih jauh, sebuah suara lembut terdengar di belakangnya.
"Zhen…" Jantungnya seakan berhenti, mencari sumber suara.
Ia berbalik pelan.
Di sana—berdiri memandangnya dengan senyum samar yang hanya dimiliki oleh satu orang di seluruh dunia, yang selalu mengisi hatinya adalah Qing Lou. Rambutnya terurai, gaunnya sedikit longgar seolah baru selesai mengganti pakaian. Pipi yang biasanya dingin kini memerah tipis.
"Qing… Lou?" kagetnya, menatap tak percaya.
Wanita itu mendekat tanpa suara, langkahnya ringan seolah melayang.
Ketika ia menatap Lian Zhen, pancaran matanya seperti menyedot seluruh dunia masuk ke dalam dirinya.
"Kau memanggilku… bukan?" Qing Lou bertanya dengan suara nyaris berbisik.
Lian Zhen tidak menjawab.
Tidak bisa.
Ia hanya memandangi wajah yang begitu dirindukannya hingga tubuhnya nyaris bergetar.
Qing Lou menyentuh dada Lian Zhen dengan ujung jarinya, bergerak memutar mutar. Satu sentuhan yang cukup sudah lama sekali ia rindukan.
Aura gelap yang biasanya liar tiba-tiba mereda.
Semua menjadi sunyi—kecuali detak jantungnya sendiri.
Wanita itu tersenyum singkat, lalu tiba-tiba mendorong tubuh Lian Zhen hingga punggungnya menabrak tepi meja kerjanya.
Tumpukan kitab dan kuas tinta berserakan dan jatuh ke lantai.
Lian Zhen senang dengan sikap Qing Lou yang agresif padanya, tapi itu juga membuatnya bimbing. apakah nyata, atau sebuah mimpi belaka?
"Sejak kapan…" Qing Lou menarik wajahnya semakin dekat, napasnya menyentuh bibir Lian Zhen. "…kau belajar menggodaku?"
Urat di rahang Lian Zhen menegang. Ia menahan diri mati-matian, agar tak melewati batas kali ini.
"Jangan menggodaku," katanya pelan, parau. "Aku… tidak sedang dalam kondisi—"
"Tapi aku ingin." Qing Lou langsung mendekapnya.
Jemarinya naik ke leher Lian Zhen, lalu ke garis rahangnya, menurun ke kerah pakaiannya… dan menariknya hingga terbuka.
Tarikan itu kasar, bahkan terkesan terburu- buru. Ini Bukan Qing Lou.
Dada Lian Zhen terekspos.
Nafasnya tersengal.
Qing Lou menyapu bibirnya di sepanjang bahu Lian Zhen, lalu naik ke lehernya. Sentuhan itu membuat tubuhnya tersentak, yang biasanya yang menjadi dominan kini dia berbeda.
Ia kehilangan kendali.
Tangannya mencengkeram pinggang wanita itu, mengangkatnya dan mendudukannya di atas meja berantakan. Qing Lou menahan dengan kedua tangannya, mendorong tubuh Lian Zhen agar menempel.
Ketika napas mereka bersentuhan, Lian Zhen akhirnya meraih wajahnya dan mencium bibirnya—dalam, rakus, penuh rasa kehilangan bertahun-tahun.
padahal hanya dipisahkan beberapa bulan, tapi itu sudah cukup membuatnya gila.
Qing Lou menanggapi tanpa ragu.
Tangannya bergerak ke belakang leher Lian Zhen, menariknya semakin dekat. Baju bagian atasnya sudah terlepas ketika Lian Zhen mengangkat Qing Lou menuju ranjang.
Namun tepat saat ia hendak meletakkan wanita itu di atas kasur…
Tangan Qing Lou berubah menjadi asap.
Lalu lengannya, paha, dada dan akhirnya wajah manis itu menghilang di depan matanya lagi.
"Tidak—Qing Lou!!!" Lian Zhen berteriak, mencoba memeluknya lagi. Tubuhnya memudar seperti kabut diterjang angin.
Hingga di ranjang yang kosong, hanya ada jejak cahaya tipis yang segera menghilang, matanya bergetar saat sekian kalinya orang disayang menghilang di depan matanya.
sedangkan dunia nyata...
Lian Zhen tersentak bangun.
Nafasnya memburu. Tubuhnya berkeringat, rambut menempel di dahi, dan aura hitam pecah dari tubuhnya seperti badai mengamuk.
Jiang Yu di luar ruangan terpelanting ke belakang, nyaris pingsan karena tekanan energi.
Terlalu tiba-tiba.
Di dalam, mata Lian Zhen berubah gelap—lebih pekat dari sebelumnya, sangat jelas. membenci apa yang dilihatnya tadi.
Irisnya memerah, garis hitam di keningnya berdenyut kuat seperti luka hidup.
Ia merasa, ada seseorang ingin memutus hubungan meraka.
"Siapa yang… berani menghapus ingatannya dariku," Lian Zhen berbisik, yang disambut gemuruh petir diluar sana.
Tanda hitam di keningnya berdenyut sangat keras, memercik cahaya gelap.
"Aku bersumpah! akan membunuh siapa pun yang melakukannya." Tangannya mengepal.
"Qing Lou… siapa yang mencuri dirimu dariku?" lirihnya kembali dengan sendu dan diaambut hujan langsung turun dengan lebat.
sekan cuaca itu tergantung dengan perasaan Lian Zhen.
..._BERSAMBUNG_...