NovelToon NovelToon
Menguasai Petir Dari Hogwarts

Menguasai Petir Dari Hogwarts

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Fantasi / Slice of Life / Action
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zikisri

Nama Ethan Cross dikenal di seluruh dunia sihir sebagai legenda hidup.

Profesor pelatihan taktis di Hogwarts, mantan juara Duel Sihir Internasional, dan penerima Medali Ksatria Merlin Kelas Satu — penyihir yang mampu mengendalikan petir hanya dengan satu gerakan tongkatnya.

Bagi para murid, ia bukan sekadar guru. Ethan adalah sosok yang menakutkan dan menginspirasi sekaligus, pria yang setiap tahun memimpin latihan perang di lapangan Hogwarts, mengajarkan arti kekuatan dan pengendalian diri.

Namun jauh sebelum menjadi legenda, Ethan hanyalah penyihir muda dari Godric’s Hollow yang ingin hidup damai di tengah dunia yang diliputi ketakutan. Hingga suatu malam, petir menjawab panggilannya — dan takdir pun mulai berputar.

“Aku tidak mencari pertempuran,” katanya menatap langit yang bergemuruh.

“Tapi jika harus bertarung… aku tidak akan kalah dari siapa pun.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zikisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 26 — Buku Teks Senior

“Ya Tuhan, pengalamanmu sungguh membuka mataku,” seru Profesor Flitwick sambil memegang tongkat kecilnya erat-erat, matanya bersinar penuh semangat. “Semakin aku yakin—tidak ada jalan pintas dalam dunia sihir! Latihan yang tekun dan kesabaran tetaplah kunci utama.”

Ia hampir melompat-lompat di atas tumpukan buku yang menjulang di meja profesor. Wajahnya tampak begitu hidup, penuh kekaguman tulus terhadap murid di hadapannya—Ethan Cross.

“Saya setuju dengan pandangan itu, Profesor,” ujar Ethan sopan, menahan senyum. “Sebenarnya saya belum puas dengan kemampuan saya sekarang. Saya ingin berkembang lebih jauh dan… semoga bisa belajar lebih banyak dari Anda.”

Nada suaranya tenang, namun tatapan matanya tajam, seolah setiap kata benar-benar lahir dari tekad.

Flitwick menatapnya lama, lalu tersenyum puas. Anak ini berbeda, pikirnya. “Rasa haus yang tak terpuaskan akan pengetahuan,” katanya lembut, “adalah anugerah terbesar bagi seorang penyihir sejati.”

Ia menepuk dadanya sendiri lalu menambahkan, “Jika kau ingin mempelajari mantra tingkat lanjut, pergilah ke ruang kelas Mantra tingkat atas. Di sana ada rak buku lama—peninggalan murid senior. Aku juga akan menuliskan daftar bacaan khusus untukmu agar bisa meminjam buku dari perpustakaan. Bila kau kesulitan, datanglah padaku langsung. Aku akan membantumu secara pribadi.”

Flitwick berhenti sejenak, memutar tongkatnya dengan pikiran yang sepertinya muncul tiba-tiba. “Oh! Aku ingin mengajakmu bergabung dengan Klub Belajar Mantraku. Biasanya aku tidak mengundang siswa tahun pertama, tapi… mungkin kau bisa mulai dengan mengamati dulu. Lily Evans dulu juga anggota klub itu—dan dia luar biasa.”

Nada suaranya hangat, seolah ia sedang berbicara kepada murid dari asramanya sendiri.

Ethan menundukkan kepala dengan tulus. “Terima kasih banyak, Profesor. Saya sangat menghargai kesempatan ini.”

Flitwick menatap pemuda itu dengan bangga. Dia bahkan lebih tinggi dariku hampir dua kali lipat, gumamnya dalam hati, tapi wajah kecilnya justru berseri-seri.

“Pertahankan semangatmu, Ethan! Selama kau tidak berhenti belajar, masa depanmu tak terbatas!” serunya penuh keyakinan.

Ethan meninggalkan ruang kelas dengan daftar bacaan dan undangan klub di tangan. Langkahnya ringan, tapi pikirannya sibuk. Hari pertama dan sudah seperti ini… Hogwarts memang tidak pernah berhenti memberi kejutan.

Setelah makan siang di Aula Besar, ia memutuskan untuk menjalankan saran Flitwick. “Langkah pertama, mencari buku teks senior,” gumamnya. “Langkah kecil dulu, bukan kesuksesan instan.”

Ia berjalan ke lantai atas, menuju kelas-kelas kosong yang biasa dipakai siswa tahun kelima ke atas. Pintu salah satu ruangan terkunci rapat.

Ethan mengangkat tongkatnya. “Alohomora,” ucapnya pelan—mantra pembuka kunci. Bunyi klik lembut terdengar, dan pintu berderit terbuka.

Udara dalam ruangan dipenuhi aroma debu dan perkamen tua. Rak-rak penuh buku tebal berdiri di dinding, beberapa di antaranya bersampul lusuh, bahkan ada yang hangus di tepiannya. Ethan mulai menelusuri satu per satu, jemarinya berhati-hati agar tidak merusak halaman rapuh.

Sebagian buku hilang beberapa lembar, mungkin disobek siswa nakal untuk membuat pesawat kertas. Namun beberapa lainnya dipenuhi catatan-catatan tebal dan margin penuh tulisan tangan yang tajam—komentar dan pemikiran mendalam tentang sihir tingkat lanjut.

Ia menemukan tujuh buku yang tampak berharga. Dua di antaranya dari kelas tahun keenam—penuh catatan rinci tentang variasi mantra pelindung dan analisis efek sihir kompleks.

Saat membuka salah satu buku dari rak bawah, matanya tertumbuk pada nama yang tergores halus di halaman pertama:

“Lily Evans.”

Ethan terdiam sejenak. Catatan di dalamnya rapi, padat, dan dipenuhi pemikiran mendalam tentang sihir pertahanan. Di margin bawah ada sketsa samar bentuk seekor rusa perak. Mungkin Lily sudah memikirkan Patronus sejak masa itu, pikir Ethan kagum. Ia menutup buku itu dengan hormat.

Dari balik pintu, suara langkah mendekat. Seorang siswa Ravenclaw yang lewat—mungkin penasaran. “Hei, kau ngapain di ruang kelas senior?” bisiknya.

Ethan menoleh sekilas, tersenyum kecil. “Belajar sedikit lebih cepat dari jadwal.”

Anak itu melongo sejenak lalu tertawa kecil, “Kau gila, Cross. Tapi keren juga.”

Beberapa jam kemudian, dengan tumpukan buku di pelukannya, Ethan menuju kelas Sejarah Sihir.

Ruangannya berbeda dari kelas lain—lebih suram, tapi dinginnya entah kenapa terasa lembut. Di depan, seorang profesor hantu melayang santai sambil menulis di udara menggunakan tongkat transparan.

“Profesor Binns,” bisik Agnes di sebelahnya. “Katanya beliau dulu ketiduran di depan perapian, lalu lupa bangun… maksudku, lupa membawa tubuhnya waktu ke kelas.”

Ethan menoleh sekilas. “Dan dia tetap mengajar setelah mati?”

Agnes mengangguk penuh keyakinan. “Konon, beliau bahkan tidak sadar bahwa beliau sudah meninggal.”

Ethan menatap ke depan, memandangi sosok pucat yang melayang-layang memberi kuliah panjang lebar tentang sejarah Goblin Wars. Bahkan setelah kematian, dedikasinya tak hilang… tapi tetap saja membosankan.

Ia bisa melihat sebagian besar murid di bawah sudah mengantuk berat.

Flitwick, yang kebetulan lewat di koridor luar, menatap jendela kaca kelas Binns dan menggeleng kecil. Kasihan mereka. Tapi mungkin Cross sedang membaca lagi di tengah kebosanan itu.

Dan benar saja—Ethan diam-diam membuka buku teks tahun kedua yang baru ditemukannya dan membaca dengan serius, menyalin beberapa catatan penting di pinggir perkamen.

Sore hari, setelah kelas selesai, ia berjalan ke perpustakaan untuk menukar daftar bacaan dari Flitwick. Madam Pince memandangnya curiga saat ia meminjam enam buku sekaligus. “Kau yakin akan membaca semuanya?” tanyanya tajam.

Ethan tersenyum kecil. “Tentu saja, Madam. Saya tidak bisa tidur kalau belum mencoba sesuatu yang baru.”

Ia pulang ke kamarnya dengan kedua tangannya penuh buku. Tujuh buku teks lama di satu sisi, enam buku rekomendasi di sisi lain—sebuah perpustakaan kecil pribadi.

Di meja batu di dekat jendela, ia menumpuk semuanya, menyalakan lilin, dan mulai membaca.

Buku teks tingkat tiga hingga enam berisi begitu banyak variasi mantra, teori pengendalian energi, dan perbandingan antar-inti tongkat. Sedangkan buku kelas tujuh… hanya sedikit, namun kedalaman materinya membuat Ethan mengernyit.

Ada bagian tentang Apparition, transposisi instan jarak jauh—mantra yang bahkan belum boleh diajarkan secara resmi di bawah umur tujuh belas. Tapi teori dasarnya memikat pikirannya.

Dua hari berlalu seperti itu. Ia hampir tidak keluar kamar kecuali untuk kelas wajib.

Setiap kali menatap jendela malam Hogwarts, ia merasa dunia sihir terbuka sedikit lebih luas dari kemarin.

Tidak ada jalan pintas dalam sihir, kata Flitwick. Ethan tersenyum tipis.

Mungkin benar. Tapi kalau aku tahu jalannya lebih dulu, aku bisa berjalan lebih cepat.

1
Mike Shrye❀∂я
wiiih tulisan nya rapi..... semangat
Zikisri: makasih atas penyemangat nya kk🤭
total 1 replies
Opety Quot's
di tunggu chapter selanjutnya thor
Sertia
Mantap/Good/ lanjutkan
Iqsan Maulana
lumayan bagus ni😁
Iqsan Maulana
next Thor
Hani Andini
next..
king_s1mbaaa s1mbaa
tambahin chapter nya thor...
Reyhan Ramdhan
lanjut thor👍
Zikisri: siap💪
total 1 replies
Reyhan Ramdhan
Bagus, Sangat Rekomen/Good/
Zikisri: thanks 👍
total 1 replies
I Fine
lebih banyak chapter nya thor/Shy/
I Fine
next chapter nya thor💪
Zikisri: Oke 👍
total 1 replies
Niat Pemulihan
nice
Evan Setyawan
Lanjutannya thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!