NovelToon NovelToon
Lesson After Class

Lesson After Class

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gadis nakal / Dosen / Diam-Diam Cinta / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: SweetMoon2025

Yurika Hana Amèra (Yuri), mahasiswi akhir semester dua yang mencari tempat tinggal aman, tergiur tawaran kosan "murah dan bagus". Ia terkejut, lokasi itu bukan kosan biasa, melainkan rumah mewah di tengah sawah.

Tanpa disadari Yuri, rumah itu milik keluarga Kenan Bara Adhikara, dosen muda tampan yang berkarisma dan diidolakan seantero kampus. Kenan sendiri tidak tahu bahwa mahasiswinya kini ngekos di paviliun belakang rumahnya.

Seiring berjalannya waktu, Yuri mulai melihat sisi asli sang dosen. Pria yang dielu-elukan kampus itu ternyata jauh dari kata bersih—ia sangat mesum. Apalagi ketika Kenan mulai berani bermain api, meski sudah memiliki pacar: Lalitha.

Di tengah kekacauan itu, hadir Ezra—mahasiswa semester empat yang diam-diam menaruh hati pada Yuri sejak awal. Perlahan, Ezra menjadi sosok yang hadir dengan cara berbeda, pelan-pelan mengisi celah yang sempat Yuri rindukan.

Antara dunia kampus, cinta, dan rahasia. Yuri belajar bahwa tidak semua yang berkilau itu sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SweetMoon2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Honey, Bukan Hana Lagi

Sore itu sesi belajar ala tutor kakak tingkat dadakan dimulai di rumah Ezra. Sebagai tuan rumah, dia biasanya sok cool, tapi dalam sekejap berubah jadi “Tutor Tampan” yang bisa membuat gagal fokus muridnya.

Ezra membuka lembaran kertas HVS yang dibawanya dari kamar, mengambil bolpoin, lalu menuliskan konsep-konsep inti dengan tulisan yang rapi. Dia juga membantu menjawab soal-soal lainnya yang Widya perlihatkan contoh soalnya.

“Nah, bagian ini yang sering ngejebak. Kalian harus fokus, jangan sampai salah teori. Soal ujian Bu Eva gampang kok, cuma harus teliti,” ujarnya sambil menatap, hanya pada Yuri lama-lama.

“Ehem.” Widya kikuk sendiri di sebelah Yuri.

Yuri langsung salah tingkah. Yaelah, siapa yang bisa fokus kalau ditatap begitu? umpatnya dalam hati.

Widya sejak tadi cuma senyum-senyum. “Bang Ezra serius banget kalau ngajar, ya,” katanya sambil mengagumi Ezra tanpa kedip.

Yuri menyentil dahi Widya.

“Aw!” Widya meringis, sadar dirinya menatap pacar sahabatnya terlalu lama.

“Sorry,” lirihnya sambil mengedip sebelah mata.

Ezra cuma menggeleng pelan dengan tingkah keduanya, lalu lanjut menggambar diagram alur. Penjelasannya runtut, pelan, dan mudah dipahami.

Bimbo yang melihat mereka hanya tersenyum kecil, lalu ikut nimbrung menambahkan bagian yang ia tahu karena materinya masih bersinggungan dengan jurusan mereka.

Keduanya—Ezra dan Bimbo—seperti duet tutor dadakan: ganteng, pintar, dan kompak. Yuri dan Widya mengangguk-angguk kepala tanda paham setiap kali keduanya menjelaskan.

“Gila… baru kali ini gue ngerti,” desis Widya.

“Gue juga,” sahut Yuri lirih. Tapi matanya… bukan cuma kagum. Dia luluh. Jatuh pada pesona Ezra.

Tiga jam berlalu tanpa terasa.

***

Widya mendadak menerima telepon dari tantenya yang menyuruhnya segera pulang. Di waktu hampir bersamaan, ponsel Bimbo juga bergetar — Ryan tetap meminta dia datang ke rumahnya malam itu.

“Ayo bareng gue, sekalian kita kan searah,” kata Bimbo.

“Hah? Nggak usah, Bang,” Widya sok nolak padahal jantungnya ribut sendiri. Dia jelas mau.

Bimbo hanya tersenyum miring. “Sudah, ayo.”

Ezra dan Yuri mengantar keduanya sampai teras. Udara malam terasa dingin sisa hujan sore tadi, tapi hati mereka semua hangat dengan perasaan masing-masing yang bergejolak.

“Hati-hati di jalan!” kata Yuri. Widya memakai cardigan Yuri karena tadi dia datang cuma pakai payung pink terburu-buru.

Widya melambai sok dramatis. “Iya, bye~”

Begitu keduanya menghilang di balik pagar, sunyi langsung turun menghinggapi rumah Ezra. Kini tinggal mereka berdua— Ezra dan Yuri.

Berdua. Di rumah yang tiba-tiba terasa terlalu hening.

Saat mereka melangkah masuk, keduanya sama-sama kikuk. Hampir berebut masuk di pintu. Ezra menggaruk tengkuknya salah tingkah, Yuri sendiri buru-buru sibuk merapikan kertas sisa dari belajar bersama tadi.

Mereka tahu… malam ini semua sudah berbeda.

***

Ezra mengambil jaket putih yang terlipat rapi di dalam paperbag—jaket yang dulu pernah ia berikan, dan Yuri kembalikan tadi pagi dalam keadaan wangi dan terlipat sempurna.

Ia mendekat.

“Hana,” panggilnya lembut.

Yuri menoleh. “Hm?”

“Nih, pakai ini. Di luar, malam makin dingin,” ucap Ezra sambil memakaikan jaket itu ke tubuh Yuri.

“Makasih… Abang.” Tatapannya intens, melihat wajah tampan pacarnya dari dekat.

Ezra maju selangkah lagi. “Sama-sama.”

Yuri terpaku saat Ezra berdiri tepat di depannya dengan senyum hangat. Tangan Ezra merapikan kerah jaket perlahan, seolah memperlambat waktu.

Yuri otomatis mendongak, berkedip polos. Ekspresi itu membuat Ezra gemas.

“Honey, aku—”

“Heh?” Yuri refleks melotot.

“Aku panggil Honey, ya,” ucap Ezra sambil mengelus pipi Yuri. “Bukan Hana lagi.”

Pipi Yuri langsung panas. “Te-terserah…” jawabnya cepat.

Ezra terkekeh. “Gugup, ya?”

“Nggak!” bantah Yuri lirih, walau kupingnya sudah ikut memerah.

“Ayo, aku antar pulang.”

Ezra merangkul bahu Yuri sambil mengambil tasnya. Manis sekali.

Di luar, udara dingin masih menggantung. Ezra memastikan jaket Yuri tertutup rapat sebelum membukakan pintu mobil. Yuri salah tingkah lagi.

Begitu masuk mobil, suasana hening.

Hening… tapi nyaman.

Yuri akhirnya bersuara, “Em…”

Ezra melirik. “Hm?”

“Aku panggil Bang Ez apa sekarang?” tanyanya malu-malu, dengan nada aku-kamu yang baru pertama ia pakai.

“Panggil apa pun yang bikin kamu nyaman,” jawab Ezra lembut. “Sayang.”

Yuri spontan menatap jendela untuk menyembunyikan pipinya yang memanas.

Beberapa menit kemudian, Ezra melihat tangan Yuri kedinginan. Tanpa banyak bicara, ia meraih lalu menggenggamnya.

Yuri kaget… tapi nggak menolak.

“Gini lebih enak,” ucap Ezra sambil membawa tangan mereka ke pangkuannya.

Sepanjang perjalanan mereka nggak banyak bicara, tapi rasanya sudah cukup.

***

Sampai di depan rumah kos, hujan sudah berhenti. Ezra mematikan mesin mobil tapi mereka nggak langsung turun.

“Bang Ez…” panggil Yuri pelan.

Ezra menoleh, sedikit mendekat. “Ya?”

“Makasih untuk hari ini.”

Ezra mengusap pipi Yuri. “Aku yang makasih. Kamu bikin sore ini sempurna.”

Yuri nyaris meleleh mendengar kata-kata manis.

Ezra mendekat sepenuhnya, perlahan, memberi ruang. Yuri jelas nggak mundur.

Keduanya menutup mata… dan bibir mereka bertemu.

Ciuman pertama setelah resmi pacaran.

Lembut, hangat, manis. Nggak tergesa.

Saat mereka melepaskan diri, Yuri menunduk dengan napas pendek.

“Ayo, aku antar sampai pagar,” kata Ezra.

Setelah turun, Ezra mendekat dan mengecup kening Yuri. Hangat. Intim.

“Kakinya sudah nggak apa-apa kan?”

“Nggak apa-apa…” jawab Yuri malu.

“Selamat malam, sayang,” bisik Ezra.

Yuri mengangguk lalu masuk ke rumah kos.

Tanpa mereka sadari…

Di lantai dua rumah utama, tirai sedikit bergeser.

Kenan melihat adegan barusan.

Keningnya berkerut. Pandangannya tajam.

Yuri masuk tanpa menoleh. Ezra menatap punggung Yuri sampai menghilang.

Baru kemudian ia masuk mobil sambil tersenyum sendirian.

Malam ini, Yuri bukan cuma pacar barunya—

tapi rumah kecil yang akhirnya berhasil ia jemput hatinya, setelah satu tahun penuh keraguan.

***

Begitu tirai kembali menutup, Pak Kenan berdiri beberapa detik tanpa bergerak. Air dari rambutnya masih menetes ke pundak setelah mandi, tapi pikirannya jauh lebih riuh daripada suara sisa tetesan hujan yang sudah mereda. Ia menghela napas panjang, duduk di tepi ranjang, dan mengusap wajahnya keras-keras.

Jadi rumor di Lambe Kampus sore tadi… benar?

Ia teringat suara-suara mahasiswa yang ia dengar saat lewat halaman kampus:

"Katanya Yuri udah resmi jadian sama Bang Ezra."

"Serasi banget, sumpah."

Waktu itu ia hanya mengernyit, menganggapnya gosip murahan. Tapi sekarang? Ia sendiri melihatnya—ciuman kening, pelukan, dan tatapan yang terlalu… intim.

Kenan mengetukkan jemarinya ke lutut, ia gelisah. “Yurika…” gumamnya, suaranya dingin. Ada sesuatu di dadanya yang menegang. Cemburu—entahlah.

Kenan menghela napas lagi, lebih berat.

“Sial,” desisnya.

Ia memandang tirai yang barusan bergeser. Pandangannya gelap, pikirannya penuh rencana. Malam itu, Kenan sadar satu hal: Ia nggak akan membiarkan hubungan itu berjalan semudah itu.

1
Tinta Kental
hm....... menarik....
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: ditunggu komen-komen lainnya 🤗😘
total 3 replies
Siti Musyarofah
jiwa misquenku meronta😭
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: sabar ya kak. yang nulis pun sama 🤣🤭
total 1 replies
Bengkoang Studio
Anjaaay, 'Pesona dozen muda.' 😌
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: anda berisik ya... kasih hadiahnya kaka 🤣🤣🤣
total 1 replies
Vanilla Ice Creamm
hola.... nice see you again 😍
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Hallo Miss Ice Cream 🥰❤️
total 1 replies
WidBy
waduh, jangan macem2 Ez
WidBy
Lanjut thor
WidBy
wih muncul cwo baru nih
WidBy
siapa ya?
WidBy
Hayoloh, Pak Kenan
WidBy
lanjut...
WidBy
seru
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Makasih ya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!