Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Karena keluguanmu.
Sunyi senyap meratapi perasaan Letnan Harley R. A. Navec. Mentari pagi menyinari wajahnya yang sedang duduk termenung di beranda rumah. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu, saat wanita yang dicintainya, Ciara melarikan diri tepat sesudah akad nikah. Sakit hati marah, malu dan kecewa bercampur menjadi satu.
"Kenapa Ciara tega melakukan ini padaku?" gumamnya pilu.
Di tengah kesedihannya, Bang Harley melirik gadis yang masih terisak kesakitan di atas ranjang, di dalam kamar rumah kontrakan nya, mungkin menahan rasa sakit. Gadis yang selama ini dianggapnya sebagai adik. Gita.. adik dari sahabatnya, Letnan Eijaz, yang selalu ada untuknya dalam suka maupun duka. Namun, Harley tidak pernah melihat Bian lebih dari seorang adik.
"Harley, kamu harus bisa menghadapi situasi ini dengan kepala dingin." suara Bang Herliz membuyarkan lamunannya. Secepatnya Bang Harley menutup pintu kamarnya.
"Kira-kira kau, donk. Sudah ada perempuan di rumah ini." Tegur keras Bang Harley.
"Sorry, aku lupa."
"Aturan siapa yang mengharuskannya??? Mama yang selalu kau sayang, kau puja-puja??" Ucap Bang Harley masih menahan rasa emosi.
"Jaga bicaramu..!! Mama selalu menginginkan apapun yang terbaik untuk anak-anaknya." Kata Bang Herliz.
"Kalau terbaik, seharusnya dia tidak merebut ibuku sampai meninggal."
"Papa sudah menceritakan seluruhnya sama kamu. Tidak ada yang Papa tutupi lagi, kenapa kamu masih belum bisa menerimanya????"
"Saya harus menerima saja??? Kalau saja laki-laki itu menikahi ibuku, mungkin ibuku masih ada."
"Lantas apa Mamaku yang harus meninggal sedangkan Mama Nadine datang saat Papa sudah menikah dengan Mama." Bang Herliz membentak Abangnya.
"Cukup.. Diam semua..!!!!" Suara bentakan yang lebih tinggi terdekat dari mulut Bang Heldar. "Mau apapun itu, kita adalah saudara..!!!!"
Akhirnya mereka semua duduk dengan wajah suram.
"Sekarang kita urus masalah ini. Kalau keluarga Om Decky tau, kita bisa tertimpa masalah." Kata Bang Herliz membuka suara.
"Kalau begitu jujur saja, kau salah tindih anak gadis orang." Ujar Bang Heldar.
"Lalu apa??? Saya harus menikahi Aira juga????? Saya ini nggak cinta sama Gita, dia cuma anak kecil dun*u yang bisa di bohongi Ciara.
"Jangan sepenuhnya salahkan Gita, kau juga b*doh nggak ketulungan. Kenapa nggak buka 'cadar'?????? Siapa juga yang suruh kau minum obat penambah 'tenaga'??? Tidak percaya diri dengan kemampuanmu????" Omel Bang Herliz.
Bang Harley semakin mengacak rambutnya. Pikirannya berantakan. "Ini bagaimana???? Nama pihak perempuan sudah benar tapi orangnya yang nggak benar."
"Balik lah kau ke 'barak'. Jangan tinggal disini, kalau kau khilaf lagi, habis sudah." Saran Bang Heldar.
...
Tangis Gita membuat Bang Harley semakin pusing tujuh keliling. "Kau ini bisa diam atau tidak, saya pusing dengarnya..!!"
"Biarkan Gita pulang saja, Bang. Kalau Gita tidak pulang, Papa pasti cari Gita."
"Nggak usah nangis. Kau mau pulang setelah semua ini terjadi???? Bukannya kamu nge-kost di luar sama Ciara??" Jawab Bang Harley dengan nada muak.
Gita mengangguk bingung dan takut. "Iya, Gita satu kamar dengan Ciara. Gita hanya malu, semalam kita.........."
"Ya mau bagaimana?? Salah sendiri kamu tidak bilang dari awal. Seharusnya kamu berontak saat saya mendekatimu." Omel Bang Harley.
"Tapi.. Tapi.. Gita tidak bisa berbuat apapun, setelah minum obat, Gita pusing, badan Gita terasa panas." Kata Gita.
"Obat apa??" Tanya Bang Harley.
"Ini." Gita menunjukan obat tersebut pada Bang Harley. Tangisnya masih terdengar terisak-isak.
"B******k, Ciara b******n..!!!!!" Umpat Bang Harley.
Kepala Bang Harley sampai berdenyut kencang memikirkan semuanya. Untung saja dirinya langsung pamit kembali ke tempat dinasnya. Sebab kalau tidak, mungkin Papanya akan tau kalau wanita pilihannya benar-benar rusak.
'Aku nggak mungkin bilang kalau Ciara kabur. Bisa-bisa si Dena merasa menang, laki-laki itu akan membelanya habis-habisan'.
"Diam, Gita..!!!! Kamu bisa diam atau tidak???" Bentak Bang Harley.
Gita yang ketakutan akhirnya diam, tapi menahan tangis juga membuat dadanya begitu sesak.
"Maaf.. Gita tidak bermaksud menyusahkan Abang." Ujar Gita.
"Keb*d*hanmu sudah membuat saya susah. Entah kenapa pikiranmu bisa buntu, tidak seperti Abang-abangmu." Bang Harley menepak pot bunga.
Tanpa sadar pot bunga itu menghantam pelipis Gita hingga terluka. Barulah saat itu tangis Gita semakin pecah. Ia meraih ponselnya dan berusaha menghubungi Ciara namun tidak ada jawaban.
"Kamu dimana sih, Ciaraaa??? Bang Harley marah besar. Kenapa kamu bohong sama aku??" Gumam Gita mulai kebingungan.
Gita beranjak dari posisinya meskipun tubuhnya masih terasa nyeri, ia bergegas merapikan bukunya menuju kampus.
-_-_-_-_-
Sesampainya di kampus, yang di dapatkan Gita hanya kenyataan pahit, Ciara tidak ada di kampus. Gita pun melangkah gontai, hatinya terasa hampa, pikiran juga ikut kosong.
Gita keluar dari kampus dan mencari sebuah cafe. Disana ia duduk kemudian menunduk tertelungkup dan menangis sendirian.
"Ada order minum, Mbak??"
"Apa saja, yang penting bisa mabuk." Jawab Gita.
"Apa ya mbak? Disini banyak jenisnya." Tanya bartender itu lagi.
"Es kopyor." Jawab Gita.
Pria yang duduk di sebelahnya menggeleng seraya tersenyum geli. "Kamu biasa kesini??"
Gita menatap pria tersebut dengan wajah curiga tapi sikapnya masih tetap santai.
"Sering lah. Memangnya kenapa??" Jawabnya ketus.
"Ooh.. Penasaran saja dengan pesananmu. Jarang ada yang mabuk pakai jeruk keprok." Ujar pria tersebut.
"Hhhh.. Dasar laki-laki amatir, sok tau amat." Celetuk Gita ketus.
Pria tersebut masih menahan senyum gelinya, agaknya ada pemandangan berbeda menyentuh hatinya, ia merasa gadis di hadapannya ini tidak seperti gadis kebanyakan.
"Kamu mau mabuk, kan. Saya ada rekomendasi minuman yang enak, di jamin masalahmu hilang seketika?" Katanya.
"Apa, minuman yang ada di depan Om itu?" Tanya Gita.
Pria itu menyingkirkan gelasnya. "Bukan, ini minuman galak."
Bartender itu masih terpaku menunggu kedua costumer di hadapannya berbincang tipis.
"Mau coba?"
"Boleh, apa itu?" Tanya Gita.
"Mas, tolong buat es jeruk keprok."
Bartender tersebut ikut menahan senyum tapi tetap meladeni costumer uniknya.
"Ngomong-ngomong, kita belum kenalan. Saya... Panggil saja saya, black. Siapa namamu?"
"Mau tau saja, Gita tidak berkenalan dengan sembarang pria." Gita pun memalingkan wajah.
Om Black menunduk menyembunyikan tawa. "Gitu ya, maaf ya Gita."
Seketika Gita menoleh, wajahnya jelas begitu terkejut. "Darimana Om tau???? Nama Om saja sudah Black. Pasti penganut ilmu Hitam." Tuduh Gita penuh rasa curiga.
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪