NovelToon NovelToon
Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: secretwriter25

Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.

Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.

Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Penculikan

Ponsel Selina berdering, membuat gadis itu menatap sekelilingnya dengan waspada. Setelah memastikan tidak ada orang, ia mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan mengangkat panggilan yang masuk.

“Sudah siap?” tanya Selina tanpa berbasa-basi..

“Kita mulai sekarang?” tanya seseorang di seberang sana.

Selina menatap ke arah villa, sudut bibirnya terangkat perlahan. “Sekarang.”

“Baik.”

“Aku harap kau menikmati hadiah selanjutnya, Sera…” ujarnya lirih, lalu tertawa kecil. “Dasar bodoh.”

— DI DALAM VILLA —

Sera berjalan di jalan setapak yang teduh, dikelilingi taman kecil dengan pepohonan cemara yang rapi. Villa-villa yang berjajar di area resor itu tampak tenang, elegan, dan sepi. Angin sore yang lembut mengayunkan dedaunan, menciptakan suara lirih seperti bisikan.

Villa-villa itu terletak di sebelah taman bermain. Biasanya pengunjung dari luar kota akan menginap di sana.

Ia membuka pintu villanya.

KLIK.

Sera melangkah gontai. “Aku capek banget…” gumamnya sambil meletakkan tas di sofa.

Ia menuju kamar, menyalakan lampu yang temaram. Cahaya kuning lembut menyinari ruangan, membuatnya terasa hangat. Sera duduk, menghela napas panjang, dan membiarkan tubuhnya jatuh ke kasur..

Ia memejamkan mata, merasakan tubuhnya relaks. Secara perlahan rasa lelah sepanjang hari mulai menguap. Ia tersenyum tipis. Hari ini terasa baik—setidaknya hingga saat ini. Selina manis sekali hari ini. Selina banyak tersenyum. Selina bahkan memeluknya beberapa kali.

Ia ingin percaya. Ia ingin, sekali saja, merasakan seperti apa punya saudara yang mencintainya.

Sera menghela napas. “Mungkin Selina beneran berubah…”

Pikirannya mulai melayang-layang. Kantuk pelan-pelan menyergap. Sampai sebuah suara membuat Sera terperanjat kaget.

— BRAK.

Sera langsung membuka mata.

Suara pintu?

Ia bangkit perlahan. Jantungnya berdetak pelan namun cepat. Ia menelan ludah. “Selina?”

Tidak ada jawaban.

Mungkin itu cuma angin? Atau housekeeping yang salah masuk?

Ia menunggu beberapa detik.

Sunyi.

Sera berdiri, mengambil langkah pelan keluar kamar. Tepat ketika ia melewati lorong kecil menuju ruang tamu, sesuatu terasa… aneh.

Lampu ruang tamu redup, tapi Sera bisa melihat siluet seseorang di dekat pintu villa. Seseorang bertubuh besar dan tinggi. Menggunakan jaket hitam dan berdiri membelakanginya.

Sera langsung berhenti.

“S-siapa?” suaranya bergetar.

Siluet itu tidak bergerak. Tidak menjawab.

“Maaf… apa kau pelayan villa…" Sera tidak sempat melanjutkan kalimatnya saat melihat sosok itu menoleh.

Wajahnya di tutupi openg hitam dengan mata gelap tak bernyawa. Saat itu juga, seluruh tubuh Sera membeku.

“A—”

Sebelum ia sempat berteriak, satu tangan besar menutup mulutnya keras dari belakang.

“Diam.”

Sera menjerit, tetapi suara itu teredam di telapak tangan yang kasar dan dingin. Tubuhnya ditarik kuat ke belakang. Ia membanting-bantingkan kaki, berusaha menendang apa pun yang bisa ia sentuh.

“Jangan ribut, gadis kecil,” bisik suara berat di telinganya.

Sera kesakitan. Napasnya tercekik. Ia menggigit tangan yang menutup mulutnya, tetapi itu tidak membuat penculik itu goyah.

Sera semakin meronta saat melihat dua orang lagi muncul dari balik pintu kamar mandi. Mereka semua memakai topeng yang sama.

Sera menjerit histeris di balik cengkeraman itu. Ia mencoba meraih gagang meja, lampu, apa pun—tetapi seseorang memegangi lengannya dari depan, menekannya kuat ke belakang.

“Bawa,” kata salah satu penculik.

“Dia ngelawan,” jawab lainnya.

“Terserah. Tutup mulutnya.”

Sera meronta, matanya membesar karena panik. “MMMFF! MMMM!!!”

Penculik di belakangnya meraih sesuatu dari saku—sehelai kain. Saat melihat kain itu, Sera spontan menggila, menendang keras-keras ke arah dada penculik yang berada di depannya.

“Anak sialan!”

Tamparan keras mendarat di pipinya.

Sera terhuyung, saat merasakan tamoaran itu. Rasanya jauh lebih sakit daripada tamparan Seluna. Tubuh Sera masih mencoba bergerak lemah. Air matanya jatuh tanpa ia sadari.

Ia ketakutan. Sangat ketakutan.

“Ayo sekarang. Jangan bikin aku ulang dua kali,” ujar penculik itu sambil menutup hidung dan mulut Sera dengan kain.

Aroma kimia yang menyengat masuk ke hidungnya. Sera menjerit dalam hati, mencoba menahan napas, tetapi penculik itu menekannya lebih keras.

“Kami butuh dia hidup, bodoh. Jangan keras-keras!”

“Aku nggak akan bunuh dia. Cuma bikin dia tidur.”

Sera merasakan dunianya berputar. Tubuhnya melemah. Pandangannya buram. Suara para penculik terdengar jauh, seolah berasal dari ruangan lain.

Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, pikiran terakhir yang berkelebat di kepalanya adalah:

“Selina… kenapa kamu belum datang?”

— DI LUAR VILLA —

Sebuah van hitam berhenti tepat di depan villa. Para penculik menyeret tubuh Sera keluar, membungkusnya dengan selimut agar tidak terlihat. Mereka bergerak cepat, profesional, seolah sudah melakukannya puluhan kali.

Salah satu dari mereka menghubungi seseorang.

“Barang sudah diambil.”

Di seberang, suara perempuan terdengar ringan, tenang… hampir bahagia.

“Bagus. Pastikan dia tetap hidup. Jangan lukai tubuhnya, itu tidak enak dipakai saat terluka," ujarnya.

“Seperti yang diminta.”

Perempuan itu tertawa kecil.

“Terlalu mudah ya? Dia memang bodoh.”

“Kalau begitu, kita bawa dia ke tempat biasa?”

“Terserah kalian. Aku tidak peduli di mana kalian simpan. Besok pagi aku akan datang ke sana.”

“Tunggu kabar nanti malam.”

Telepon ditutup.

Penculik itu menatap villa sebentar.

“Anak kecil ini… beneran percaya dengan saudarinya itu, ya?”

Yang lain tertawa sambil menutup pintu van. “Kalau tidak percaya, mana mungkin bisa kita bawa secepat ini?”

Van itu melaju keluar area villa.

Meninggalkan Sera yang tak berdaya… menuju sesuatu yang lebih gelap dari mimpinya yang paling buruk.

— 20 MENIT KEMUDIAN —

Selina akhirnya datang ke villa. Ia membuka pintu dengan santai.

“Kemana—”

Namun sebelum melanjutkan, ia melihat satu sandal kecil milik Sera tergeletak terbalik di lantai ruang tamu.

Selina menatap sandal itu dengan tatapan kosong. Beberapa detik kemudian dia tersenyum puas. Seolah semuanya berjalan sempurna.

“Bagus…” gumamnya.

Ia duduk di sofa, menyilangkan kaki, dan membuka ponsel seolah hari itu adalah hari biasa. Tidak ada kepanikan. Tidak ada rasa bersalah. Tidak ada kekhawatiran.

Ia meraih ponselnya lalu menghubungi beberapa pelayan villa.

“Seraphina tidak ada di kamar,” ucapnya pelan, suaranya pecah. “Cepat cari dia sekarang!” ujarnya disertai dengan isakan.

Setelah memerintahkan beberapa orang mencari Sera, ia bergegas menghubungi ibu dan ayahnya. "Apa yang harus aku katakan pada mereka agar mereka mempercayaiku?" batin Selina.

Selina tertawa kecil lalu menatap postingan Instagram yang di upload beberapa saat lalu. Ia sengaja memposting foto-fotonya bersama Seraphina.

"Aku akan bilang foto-foto ini membuat mereka tau lokasi keberadaanku dan mencoba menculik kami!" ujarnya lalu tertawa.

"Sera… jangan bersedih. Kau akan senang karena akan menikmati beberapa pria. Alih-alih hanya dengan Orion—aku akan memberimu banyak laki-laki!" ujarnya lalu kembali tertawa—seperti orang gila.

🍁🍁🍁

Bersambung…

1
Puji Lestari Putri
Makin ngerti hidup. 🤔
KnuckleBreaker
Beneran, deh, cerita ini bikin aku susah move on. Ayo bertahan dan segera keluarkan lanjutannya, thor!
Victorfann1dehange
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!