NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Serena menuruti perintah Nicholas. Dia masuk ke dalam mobil dengan langkah berat, wajahnya menunjukkan kekesalan yang tidak berusaha disembunyikan.

“Dasar brengsek tidak punya perasaan, tidak sabaran,” gumam Serena dengan nada rendah namun jelas terdengar.

Nicholas memiringkan tubuhnya mendekat. Tanpa berkata apa-apa, dia meraih sabuk pengaman dan mengaitkannya ke tubuh Serena. Gerakannya teratur, seolah hal itu sudah menjadi kebiasaannya.

“Haruskah seperti ini aku turun tangan?” tanya Nicholas tenang, meskipun matanya tidak menatap Serena.

“Hei, aku tidak meminta, ya! Kamu saja yang mau memakaikannya! Lagipula aku bukan anak kecil!” ujar Serena dengan ketus.

“Kalau marah-marah begini memang persis seperti anak kecil,” balas Nicholas sambil kembali mengambil posisi mengemudi. Tidak menunggu jawaban, dia langsung menekan pedal gas dan mobil melaju.

“Diam! Bisakah kamu tidak menyebalkan!” Serena memeluk tasnya dengan kesal.

“Tunggu. Aku akan menghukum kamu nanti.” Ucapan Nicholas melayang dengan ringan, tapi maknanya menekan dada Serena.

Serena mendengar ucapan Nicholas menjadi teringat tentang saat mereka di pesta, wajahnya kembali merah merona dan dia menoleh cepat, panik mulai terasa.  “Mau ke mana kita? Jangan macam-macam, ya. Kamu mau culik aku lagi?”

“Ke tempat sepi. Biar bisa fokus belajar,” jawab Nicholas tanpa jeda, nadanya terlalu biasa untuk hal yang menegangkan.

Serena tercekat. Ada rasa takut yang tidak bisa dihapus begitu saja. Kejadian malam itu masih seperti bayangan gelap yang melekat di ingatannya. Dirinya terlalu kecil untuk menantang Nicholas, baik secara fisik maupun mental.

Nicholas mengemudi tanpa suara tambahan. Namun dari caranya menggenggam setir, jelas terlihat bahwa pikirannya masih dipenuhi kecemburuan. Adegan Serena tertawa dan makan bersama Gabriel seolah terus terulang di kepalanya.

Beberapa menit kemudian, mobil berhenti kembali di basement yang sama. Nicholas turun lebih dulu. Serena mengikutinya pelan, tapi langkahnya terhenti ketika menatap mobil itu lebih saksama.

“Mobil ini .…” Serena memicingkan mata, mencoba mengingat. “Seperti tidak asing.”

“Mobil ini banyak yang punya. Jadi tidak usah berlebihan.” Nicholas berjalan tanpa menunggu.

Serena tetap menatap mobil dua pintu berwarna hitam itu. Ada sesuatu yang terus berputar di dalam pikirannya, sebuah potongan ingatan yang perlahan menjadi jelas.

“Aku ingat .…” Serena segera menyusul. “Nicholas! Tunggu!”

Nicholas berhenti di depan lift, namun tidak menoleh.

“Kamu kemarin mengikuti aku dan Gabriel ke pantai, ya?” Serena berdiri tepat di sampingnya, menatap samping wajah Nicholas.

Nicholas tidak menunjukkan reaksi yang berarti. “Kalau mau menuduh, yang masuk akal sedikit. Aku tidak ada waktu untuk mengurus kalian. Kurang kerjaan sekali.”

Serena terdiam. Kalimat itu terdengar logis. Nicholas memang pria sibuk, terpandang, dan memiliki banyak urusan besar. Untuk apa dia membuang waktu mengikuti pasangan yang sedang berkencan di pinggir pantai?

Tetapi ada aksesori gantungan kecil di spion tengah mobil itu, bentuknya unik—sebuah salib perak yang sama persis dengan yang dilihat Serena di mobil yang berhenti jauh di belakang mobil Gabriel hari itu.

Apa yang dikatakan Nicholas memang masuk akal. Untuk apa dia mengikuti mereka? Tetapi ada beberapa aksesori mobil yang Serena ingat, itu sama persis dengan mobil yang mengikutinya di pantai.

​Akan tetapi, Serena kembali mengingat ucapan Nicholas, orang sepenting dan sesibuk Nicholas kenapa harus juga mengikuti dirinya ke pantai?

“Loh, kita di mana?” tanya Serena pelan tadi, tepat ketika mereka baru tiba di halaman gedung. Sejak turun dari mobil, pikirannya sedang tidak fokus.

“Di apartemenku, kita belajar di dalam, ada banyak buku untuk memberikan materi kepadamu.” Jawaban Nicholas sederhana, tetapi langkah Serena terhenti ketika ia menyadari tempat ini bukan tempat asing. Ia pernah berada di sini sebelumnya. Ia pernah takut di tempat ini.

Serena menelan ludah. “Kamu tidak akan berbuat macam-macam, kan? Istrimu?”

Nicholas sempat menoleh sambil tersenyum tipis. “Kelihatannya ide bagus. Kebetulan istriku tidak ada, jadi kita bebas melakukan apa saja.”

Serena memukul punggungnya dengan cepat. “Jangan berbicara sembarangan!”

Namun, Serena tetap mengikuti Nicholas masuk meski ada keraguan yang bergerak di dalam dadanya, tetapi langkahnya tidak berhenti. 

Begitu mereka masuk ke dalam lift, rasa canggung melanda mereka berdua, Serena menundukkan kepalanya sedangkan Nicholas sibuk dengan ponselnya.

“Kamu di mana? Kamu tidak ke kantor? Apakah kamu masih marah padaku?” Pesan Isabella.

Nicholas mengabaikanya, dia mengirim pesan pada asistennya Deo. “Jangan biarkan siapapun datang ke apartemen!”

Setelah memasukan ponselnya ke dalam saku, Nicholas menengok ke samping di mana Serena langsung memalingkan wajahnya.

Nicholas tersenyum sampai pintu lift terbuka, mereka kembali berjalan menuju pintu apartemennya, tombol ditekan dan pintu terbuka.

“Kata sandinya tanggal malam pertama kita,” ucap Nicholas pada Serena yang diam-diam melirik kata sandi.

Serena hanya terdiam, dia melihat pria melangkah masuk ke dalam. Dengan ragu, dia pun ikut melangkah kembali masuk ke dalam apartemen di mana kejadian malam itu terjadi.

“Duduklah dulu!” ujar Nicholas dan Serena hanya mematung menatap sekelilingnya sambil menarik napas.

Sementara itu, Nicholas masuk ke kamar, mencari buku, meninggalkan Serena sendiri. Pendingin ruangan baru saja menyala, udara masih hangat, membuat suasana terasa tidak nyaman.

Nicholas kembali membawa beberapa buku dengan memakai pakaian dengan kaos dan celana Jogger panjang berwarna hitam. Tanpa mengatakan apa pun, ia meletakkannya di meja, lalu melepas kaos begitu saja. “Pelajari bagian ini. Sebentar lagi aku akan memberikan soal.”

Serena mendadak mendongak, matanya membesar. Tubuh Nicholas terlihat jelas, warna kulitnya yang putih struktur dadanya yang kokoh, dan garis ototnya yang begitu tegas, seolah sengaja dipamerkan di depan matanya. 

Serena berdehem, mencoba memalingkan pandangan, meskipun matanya sempat tertangkap menatap.

“Nicholas. Mengapa kamu melepas bajumu?” tanya Serena terdengar berusaha tenang.

“Sengaja. Supaya kamu tertarik.”

Nada itu tenang, namun menyimpan provokasi.

Serena mengangkat wajah dengan tegas. “Maaf, tetapi aku hanya tertarik pada Gabriel.”

Kata itu membuat Nicholas berhenti bergerak. Senyuman kecil di wajahnya lenyap dalam sekejap. Seperti tali yang ditarik terlalu kencang hingga hampir putus. Nicholas mendekat pelan, tanpa suara, tanpa ragu. Jari telunjuknya terangkat, mengangkat dagu Serena agar menatap langsung ke dalam kedua matanya.

“Jangan pernah menyebut namanya, apa kau paham?” ucap Nicholas  dengan suara kendur namun jelas.

Serena mengernyit. “Apa maksudmu?”

Nicholas menatapnya tanpa berkedip. “Serena Salvatierra. Aku memperingatkan. Sekali lagi aku mendengar kamu menyebut nama lelaki itu ketika bersamaku, aku tidak akan tinggal diam. Dan satu hal lagi, aku tidak suka melihat kamu bermesraan dengannya!”

Serena tertawa kecil — bukan karena lucu, melainkan tidak percaya. “Nicholas, apa ini? Aneh sekali. Dia adalah kekasihku. Kamu tidak berhak melarang aku, karena kamu bukan siapa-siapa aku!”

Kata-kata Serena pelan namun tegas, bahkan dia tidak memanggil Nicholas dengan sebutan Tuan lagi, karena sepertinya dia tidak perlu lagi memanggil pria itu dengan sebutan Tuan.

Nicholas tidak bergeming. “Tentu saja aku berhak. Karena kamu adalah milikku.”

Ucapan itu tidak terucap dengan nada keras, tetapi justru karena tenang, ia terasa menekan. Serena merasa seolah ruangan itu mengecil. Ia menggeleng, berusaha mengusir perasaan terkurung.

“Sejak kapan aku menjadi milikmu? Kamu tidak memiliki hak mengatur hidupku. Aku bebas menentukan siapa yang ingin aku cintai.”

Serena bangkit, mengambil tasnya, melangkah menuju pintu. Namun suara Nicholas menghentikan langkahnya.

“Selangkah kamu keluar dari pintu itu,” ucap Nichola perlahan, “aku akan semakin menggila, Serena.”

"Kamu memang sudah gila, Nicholas! Tidak seharusnya kamu mencampuri hal pribadi aku." Serena mantap meneruskan langkahnya dan membuka pintu dengan kasar tanpa menutupnya kembali.

“Sh**!”  Nicholas pun menyusul Serena sampai di koridor lalu menggendong wanita itu di bahunya.

"Nicholas, lepaskan!" Serena terus memukuli tubuh Nicholas, perasaan takutnya pun muncul kembali.

"Aku tidak akan membiarkan kamu pergi, paham!" tegas Nicholas usai menaruh wanita itu duduk kembali di sofa.

Di dalam ruangan, Serena kembali duduk dengan perasaan benci dan marah pada Nicholas yang seenaknya mengatur. Rasa takut menghantui dirinya.

"Serena, kamu perlu tahu. Aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja dariku setelah apa yang terjadi malam itu. Kita sama-sama melakukannya! Jadi, tak semudah itu kamu lepas dariku."

"Berapa kali aku bilang, jangan ungkit hal itu lagi! Tidak segampang itu kamu bisa mendapatkan aku, Nicholas! Aku mau pergi. Awas!" pekik Serena.

 Nicholas mendekat dan duduk tanpa berjarak dengan Serena. "Oh ya? Bukankah di pesta itu tubuhmu memilihku?” 

Serena menjadi malu sendiri, dia menunduk karena ucapan Nicholas benar. Tubuhnya seperti mendambakan pria itu, apalagi saat ini jantungnya berdebar entah  karena apa, tapi yang jelas, Serena tidak mau sampai dia mengkhianati Gabriel lagi.

“Aku tidak suka kamu mengumbar kemesraan di kampus. Aku sangat benci melihatnya. Aku minta, kamu tidak melakukan hal itu lagi, atau ...."

"Atau apa, hah? Kamu mau mengancam aku?" Serena menatap mata Nicholas dengan penuh tekat.

"Atau semua orang akan tahu kalau kita sudah pernah menikmati malam panas. Termasuk kekasih tercintamu itu, dia yang akan tahu pertama kali."

"Apa maksudmu ...?" Serena terpaku, dia tidak mengerti sama sekali apa yang Nicholas katakan. "Kamu saja belum bisa membuktikan kalau kamu tidak bersalah!"

Nicholas mengambil ponselnya yang ada di saku celana, lalu membuka galeri video yang ingin ditunjukkan pada Serena. "Coba kamu lihat."

Serena nampak terpaku, melihat beberapa bukti jika dirinya dijual oleh orang lain dan dibeli oleh pria tua, tetapi beruntung dia salah masuk ke dalam kamar Nicholas malam itu. "Nicholas, kamu...?"

To Be continued

1
noname
bagus dan sangat menarik ceritanya..ayo lanjut thor..yang banyak 💪
Macrina Catharina
Cerita yg sangat bagus. lanjut nya di tunggu yaaa 👍👍👍
Macrina Catharina
dibalik semua kejadian ada yg anehh antara sahabat ttp musuh...
noname
lanjut
Macrina Catharina
Suka banget ceritanya, tentang cinta dn seru...
Macrina Catharina
Novelnya bagus semkin penasaran.
Amelia Kesya
ap kah gebie musuh dlm selimut?
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
Belle: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!