Felisha Rumi adalah seorang siswi SMA yang mendapatkan gelar ratu sekolah. Kecantikan yang kekayaan yang ia miliki sangat menunjang hidupnya menjadi yang paling dipuja. Namun sayang, Felisha merasa cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari kekasih dan teman-temannya adalah kepalsuan. Mereka hanya memandang kecantikan dan uangnya saja. Hingga suatu hari, sebuah insiden terjadi yang membuat hidup Felisha berakhir dengan kematian yang tragis.
Namun, sebuah keajaiban datang di ambang kematiannya. Ia tiba-tiba terikat dengan sebuah sistem yang dapat membuatnya memiliki kesempatan hidup kedua dengan cara masuk ke dalam dunia novel yang ia baca baru beberapa bab saja. Dirinya tiba-tiba terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis bernama Felyasha Arumi yang sering mendapatkan hinaan karena bobotnya yang gendut, kulit yang tak bersih, dan wajah yang banyak jerawat. Terlebih ... dirinya adalah antagonis paling tak tahu diri di novel itu.
Bagaimanakah Felisha menjalankan hidup barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monacim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAMUAN AJAIB
DING!
[Kamu mendapatkan hadiah berupa ramuan penghilang ingatan sebagian. Kami bisa memberikannya pada Dhea agar dia lupa dengan kejadian pertengkaran kalian. Ramuan tersebut ada di dalam ranselmu]
Felya yang berjalan sambil membawa plastik hitam berisi sampah pun tersenyum. Maka dengan begitu ia tak perlu khawatir lagi tentang dirinya yang akan diadukan oleh Dhea pada orang tuanya.
"Bagus deh. Mampus lo, Dhea! Lo bakal kebingungan sendiri kenapa muka lo bonyok padahal lo ngerasa nggak pernah berkelahi sama siapapun," cibir Felya pelan.
Usai mengumpulkan tugas hukumannya pada Pak Darhan, Felya bergabung dengan murid-murid lain yang tengah berkumpul di tanah lapang tak jauh dari tenda. Di depan sana ada para panitia yang menyampaikan tugas dan kegiatan untuk mereka selama acara camping ini.
Yokan yang ada di barisan nomor tiga, berpindah ke barisan terakhir agar ia bisa bersebelahan duduk dengan Felya saat ini.
"Eh, Bayi Dugong. Lo berantem lagi sama Dhea?"
Felya berdecih. "Yang salah pacar lo. Emang sinting tuh cewek datang-datang malah nantangin gue. Sok mau ngeroyok lagi berlima. Ya gue yang ditantang masa diem aja."
"Bagus deh kalau lo lawan."
Felya menoleh sambil mengeryitkan keningnya. "Lo tuh aneh tau nggak. Dhea kan pacar lo. Harusnya lo belain dia lah. Kok malah kek nggak ada peduli-pedulinya lo sama dia?"
"Ya karena gue nggak pernah cinta sama dia," sahut Yokan ringan. "Gue tuh pacaran sama dia cuma mau buktiin kalau gue bisa dapetin Dhea. Cewek populer di sekolah. Itu doang."
"Wah, parah banget lo ternyata. Itu sama aja lo permainin hati cewek. Ganteng sih ganteng, tapi lo busuk kalau kayak gitu. Gue sih mandangnya gitu sebagai cewek," ungkap Felya tanpa rasa takut.
Yokan menyunggingkan senyumannya. "Kek hati lo nggak busuk aja."
"Ya enggaklah. Gue mah aslinya baik, nggak kayak Felya--"
Felya langsung menutup mulutnya. Ia nyaris keceplosan di hadapan Yokan. Buru-buru ia menetralkan ekspresi gugupnya agar cowok itu tak curiga.
"Nggak kayak Felya? Elo yang asli?" tanya Yokan menatap dengan penuh selidik. "Lo bukan Felya yang asli?" tebaknya. Sontak membuat Felya melotot.
"Apaan sih! Jangan aneh deh lo. Terus gue siapa kalau bukan Felya yang asli? Muka aja sama kok. Jangan mikir yang macem-macem deh. Maksud gue tuh, gue nggak kayak Felya yang dulu. Gue kan sekarang udah sadar sejak diskors. Gue juga mau jadi orang yang lebih baik. Ya walau sering kelepasan kalau orang nantangin gue," pungkasnya.
Yokan mengangguk saja tanda ia percaya. Cowok itu kembali memperhatikan ke depan, di mana pembina acara camping itu menyampaikan beberapa hal lain yang tak disampaikan oleh panitia. Sementara Felya, ia mengelus dadanya merasa lega. Untung Yokan tak terlalu penasaran dengan apa yang ia ungkapkan tadi.
Acara seru-seruan itu berlangsung selama dua jam. Usai acara itu berakhir sementara, semua murid dipersilakan untuk istirahat selama dua jam untuk melakukan isoma. Masing-masing dari mereka mengambil konsumsi di atas meja yang dijaga oleh dua orang panitia bagian konsumsi. Felya pun turut mengambil satu.
"Sendrio mana ya ... gue harus ngajak dia ke perpus nih setelah ini," gumam Felya menelisik sekitar. Ternyata Sendrio sedang duduk bersama Citra, Melly, dan Rani. Buru-buru Felya mendekat membawa kotak makanannya.
Mereka yang melihat Felya mendekat, langsung antisipasi. Melly dan Rani terlihat membicarakannya. Tapi Felya tak peduli itu. Tujuannya bukan untuk mereka, tetapi untuk Sendrio.
"Halo, gue boleh gabung, nggak?"
Sendrio menatap tiga cewek di hadapannya, ternyata pada ragu untuk menjawab. Tapi akhirnya Citra yang menyahuti pertanyaan dari Felya tersebut.
"Boleh aja. Masih ada tempat kok," sahut Citra menunjuk tempat di samping Sendrio. Walau raut wajahnya sedikit tak rela menunjukkan tempat itu.
"Thank you, Cit," sahut Felya seraya duduk di samping Sendrio.
Posisi mereka saat ini ada di bawah pohon dengan beralaskan sebuah karpet. Felya pun memulai acara makannya tanpa mempedulikan pandangan dua sahabat Citra yang terus tertuju padanya.
"F-Felya," panggil Melly.
Felya mendongak, menatap orang yang menyebut namanya.
"Gue ... boleh tanya nggak?"
"Tanya saja kali."
"Lo pakai apa jadi bisa secantik ini? Badan lo langsing banget, terus muka lo juga mulus banget. Kalau boleh, lo bisa spill nggak minuman diet apa dan skincare apa yang lo pakek?"
Felya terdiam mendengar pertanyaan itu. Bagaimana caranya ia menjawab pertanyaan itu? Kalau dia tak ingin memberitahu, rasanya tak enak. Dia juga akan dipandang buruk oleh Sendrio yang sekarang bergabung dengan mereka. Tapi tak mungkin juga ia jujur dengan mengatakan semua ini berkat hadiah dari sistem.
"Oh, ini. Gue susah nyebut nama produknya. Lidah gue nggak nyampe rasanya, belibet banget. Tapi ntar kalo lo mau ... mungkin bisa gue fotoin aja kali ya pas udah sampai rumah," ucap Felya.
"Beneran, Fel?!" tanya Melly antusias.
"Ya. Lo catet deh nomor hp lo nih," sahut Felya seraya menyerahkan ponselnya pada Melly. Maka dengan semangat Melly menyambutnya. Hal tersebut tak luput dari penglihatan Citra.
Felya menoleh pada Sendrio yang sedari tadi fokus dengan makanannya. "Sen, lo jadi temenin gue ke perpus kuno itu, kan?"
"Kapan?"
"Setelah ini. Mau, ya? Bentar doang kok. Paling setengah jam kalau lama. Gue mau foto isinya aja. Jadi kalau ada lo kan bisalah ngelindungin gue yang foto isi bukunya."
"Lo ngajak gue jadi partner kejahatan nih ceritanya?"
"Yaelah partner kejahatan apa sih. Perkara foto buku doang. Gue nggak nyebarin isi bukunya kok. Cuma mau baca doang abis tuh gue hapus. Kan lo bilang nggak boleh dipinjem bukunya."
"Oke. Abis makan ini."
"Yeay! Thank you, ya," ucap Felya tersenyum lebar.
Rani mendekatkan dirinya ke arah Citra untuk membisikkan sesuatu setelah mendengarkan percakapan antara Sendrio dan Felya. "Cit, kamu nggak cemburu apa mereka jadi deket gitu? Sejak kapan sih mereka jadi sedekat itu?"
Citra menggeleng. "Aku juga nggak yakin sejak kapan. Tapi aku juga nggak punya hak, kan? Biar deh asal jangan berlebihan. Aku nggak ada daya buat larang, Ran. Kamu tahu sendiri posisinya, kan? Aku bukan siapa-siapa Sendrio," sahutnya dengan nada berbisik juga.
"Ya tetap aja harusnya nggak kayak gitu."
Usai kegiatan makan mereka selesai, Sendiro dan Felya berdiri lebih dulu untuk berpamitan pergi bersama.
"Gue sama Felya mau ke perpus dulu, ya. Gue tadi udah janji mau temenin bentar," ucap Sendrio menatap ke arah tiga cewek itu.
"Gapapa kok, Sen," sahut Citra.
Rani dan Melly ikut mengangguk setuju. Akhirnya Felya dan Sendrio pun menjauh dari mereka. Barulah pembicaraan mereka bertiga terjadi.
"Tuh Felya kok jadi ganjen gitu sih ke Sendrio? Apa karena dia sudah merasa cantik gitu juga pede deketin Sendrio lagi," celetuk Melly.
"Tau. Kayaknya iya deh. Sendrio juga adem-adem aja dideketin Felya, ya. Padahal kan Sendrio tahu sendiri gimana jahatnya Felya ke Citra. DIa juga marah banget waktu tahu kelakuan jahat Felya ke Citra. Tapi kok Sendrio sekarang berubah," celoteh Rani.
Citra terdiam menatap Sendrio dan Felya yang saling bercanda sambil berjalan berdampingan. "Mungkin nggak ya Sendrio akhirnya suka sama Felya ketimbang sama gue?"