Dendy Saputra, seorang reporter yang menyewa rumah tua jauh dari kota. Bermula muncul hal gaib dan misterius dari rumah itu. Hingga ia menyadari jika dirinya adalah seorang Indigo.
Mata batinnya pernah ditutup lantaran pernah memiliki musibah yang hampir merenggut nyawanya akibat kelebihannya itu.
Lama-kelamaan dia pun terbiasa berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata.
Dapatkah Dendy menguak tabir misteri kematian orang-orang yang meninggal secara misterius?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Virus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harta Pesugihan Lenyap
Key melihat pohon rindang di depannya. Pohon itu terlihat biasa. Namun jika di terawang dengan mata batin. Pohon tersebut meminta tumbal pesugihan. Seorang anak yang masih berada dalam kandungan karena jiwanya masih murni.
Seketika Key dan Dendy merinding. Setega itu membunuh anak yang tak berdosa bahkan belum lahir ke Dunia. Keduanya tidak tahu siapa yang menumbalkan. Apakah Suaminya? Atau Istrinya atau malah keduanya.
Krek
Terdengar suara ranting yang terinjak oleh kaki, langkahnya tak bersuara mengejutkan Key yang berada di belakang Dendy.
Wanita itu menoleh serta membalikkan badannya. Kedua matanya membelalak besar seperti hendak keluar dari rongga matanya. Ia melihat sang pemilik rumah membawa celurit dan siap di ayunkan ke arah Key yang berdiri beberapa meter darinya.
Syuut
Key dengan cepat memundurkan dirinya, untung saja ia segera mundur karena lima centi lagi celurit itu bisa menebas tenggorokannya.
Dendy yang melihatnya segera menghampiri pemilik rumah tersebut yang tak lain adalah Pak Aksara.
Dendy menghajar pria itu karena ingin mencelakai istrinya. Ia menendang tangan mantan Bosnya itu hingga celurit terlepas dari genggamannya.
Dengan kasar reporter Indigo itu menonjok wajah Pak Aksara bertubi-tubi hingga hidungnya berdarah. Dendy tidak sadar ketika meninju mukanya. Tetapi setelah beberapa menit Dendy mulai merasakan sakit pada tangannya. Ia pun membuka lebar jemarinya dan menggerakkannya buka dan tutup lalu ia kepalkan lagi tangannya bersiap memukul.
"Lancang kalian! Untuk apa kalian kemari hah?" sahut Pak Aksara yang berdiri sedikit sempoyongan sambil mengusap darah yang mengalir dari hidungnya.
"Astaghfirullah, ini ada apa?!" Pekik Ibu Aksara yang berjalan menghampiri keributan di halaman belakang rumahnya. Ibu itu berjalan pelan karena seperti membawa beban yang amat berat.
Seorang anak kecil gundul tak berpakaian dan memakai popok. Berlari masuk ke dalam ruangan yang tadi sempat Key tunjuk. Tuyul sebutan anak kecil itu, yang selalu di gendong kemana-mana. Bukan Mbah Surip loh ya. Tapi Pak Aksara.
Key mengerjapkan matanya ketika tak sengaja melihat sosok lain yang masuk ke dalam ruangan panas itu. Ia dapat melihatnya dari halaman belakang namun tak jelas.
"Maaf Pak, jika kedatangan kami mengganggu. Kami tak sengaja bertemu dengan Istri bapak dan mengantarkannya pulang ke rumah. Tetapi Beliau memaksa kami untuk singgah sebentar kemari. Dan kami berada di halaman ini karena dituntun oleh arwah anak-anak bapak yang tidak sempat lahir ke dunia. Mereka mengadu dan menangis karena pohon itu... Pohon tersebut telah dijadikan media penumbalan anak Bapak sendiri," ucap Key dengan berani
Bahkan Dendy sendiri tak menyangka, perempuan yang sangat dicintainya itu sangat berani melawan setelah mendapatkan indera ke enamnya.
Dendy mengulurkan tangannya mencegah Key untuk mengontrol apa yang baru saja ia bicarakan. Akan tidak baik untuk kesehatan Ibu Aksara yang sedang mengandung.
"Apa! Tumbal? Siapa yang....," Ibu itu melihat ke arah suaminya dengan tatapan nyalang.
Seketika memorinya muncul di kepalanya. Setiap tahun mengandung, gugur dan mengandung lagi kemudian gugur lagi hingga tujuh kali banyaknya dan kini ia tengah mengandung yang ke delapan kalinya.
"Anakku!!! Kau bunuh mereka dengan sadisss!" pekik Ibu Aksara dengan marah, matanya masih menatap nyalang bedanya kini mata itu mulai memerah menggenangkan air mata kesedihan.
Plak
Dengan penuh emosi istrinya menampar pria dihadapannya itu, hingga pipinya membekas merah karena pukulan keras.
Hancur hatinya
Pedih rasanya
Buah hati yang sekian lama istrinya nantikan dibunuh sia-sia oleh suaminya sendiri demi harta yang tak dibawa mati.
"Kenapa kau tak bunuh saja aku!!!!!" teriak Ibu Aksara
Sementara Pak Aksara diam membisu.
Key dan Dendy ikut terhanyut dalam kesedihan istri pak Aksara.
Sang istri menangis setelah puas memarahi suaminya. Tidak, sebenarnya ia tak puas namun pedihnya mengalahkan emosinya. Pak Aksara geram akan mulut Key yang terlalu ikut campur. Ia mengambil celurit yang sempat terjatuh dan kemudian mengayunkannya ke arah Key
Syuuut
Dendy berada didepan Key sebagai tameng. Tapi yang terjadi hanya gagang celurit itu yang terbang ke arah Key. Lalu kemana mata celurit nya?
"Argghhh!" teriak Istri Pak Aksara.
Semua orang melihat ke asal suara teriakan. Wanita hamil itu berdiri beberapa meter di belakang Pak Aksara mengerang kesakitan. Mata Celurit yang terlepas dari gagangnya itu tertusuk mengenai kepala Ibu Aksara.
Darah mengucur deras dari atas kepala istrinya. Key menganga lebar dan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
Pak Aksara menghampiri istrinya dan menangis keras.
.
.
.
Aksara Ilham, seorang pemilik perusahaan berita menumbalkan tujuh anaknya, saat masih dalam usia kandungan tujuh bulan. Aksinya diketahui oleh kedua mantan reporternya yang memiliki kelebihan spiritual. Keduanya seorang indigo yang tak sengaja bertamu ke rumahnya.
Kini pohon yang menjadi tempat mediasi penumbalan dan ruangan yang kerap dijadikan tempat ritual hitamnya telah di hancurkan. Semua harta yang didapatkan dari pesugihan, perusahaan serta rumahnya telah habis terbakar.
Nara sumber wartawan Key.
Sebuah surat kabar menerbitkan informasi berita terbaru yang ditulis oleh Key. Wanita itu saat ini menjadi wartawan di salah satu perusahaan penerbit surat kabar di Jakarta. Sementara Dendy tetap menjadi reporter di perusahaan lain.
Semoga manusia yang gelap mata karena harta, cepat insaf dan tersadar. Ingat harta tidak dibawa mati. Tetapi amalan-amalan perbuatan baik kitalah yang akan menjadi bekal di akhirat.