JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU
Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.
Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".
Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.
Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?
Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU II:
WARISAN SANG PENYEIMBANG
BAB 23: DUA DUNIA YANG BERTEMU DAN KEKUATAN 'KUTUKAN' BARU
1. Kecepatan Baja dan Keseimbangan Lambat
Putra Angin, dengan tenang, melangkah keluar dari portal teleportasi darurat di Benua Teknologi Barat. Ia ditemani oleh anak kucing oranye kecil, keturunan Jin, yang ia namai Rin (singkatan dari 'Resonansi Internal').
Berbeda dengan kakek buyutnya, Tuanku, yang merasa tertekan oleh ketiadaan Qi, Putra Angin merasa tertantang. Filosofi Keseimbangan mengajarkannya untuk beradaptasi, bukan melawan.
Ia disambut oleh Zeta Enam di landasan baja yang tinggi. Zeta Enam, dengan jubah teknisi yang elegan dan mata tajam, segera menyambutnya.
"Selamat datang, Pendekar Keseimbangan. Saya Zeta Enam. Kedatangan Anda disyukuri oleh seluruh Dewan Kristal. Cepatlah, retakan pada Jantung Kristal semakin dalam," kata Zeta Enam, berbicara dengan kecepatan khas Benua Barat.
"Terima kasih atas penerimaan Anda," jawab Putra Angin, suaranya lembut dan terukur, kontras dengan urgensi Zeta Enam. "Keseimbangan tidak dapat dipaksa, Nona Zeta. Kecepatan adalah manifestasi dari Yang yang tidak terkontrol. Kita harus bertindak dengan presisi."
Zeta Enam mengerutkan kening, tetapi mengangguk. Ia memimpin Putra Angin melalui lorong-lorong berkecepatan tinggi menuju Jantung Kristal.
Putra Angin menahan guncangan teknologi dengan mudah, menggunakan teknik pernapasan Keseimbangan untuk mengabaikan kebisingan. Ia mengamati dunia Barat: bangunan yang menjulang tinggi, kendaraan yang melayang—semua kemajuan yang dimungkinkan oleh Jantung Kristal yang kini terancam.
"Jantung Kristal adalah sumber energi yang sangat penting. Jika gagal, peradaban kami akan runtuh," jelas Zeta Enam, saat mereka mencapai gerbang menuju ruang Kristal. "Dewan telah mencoba menutup retakan itu dengan paduan nano-kristal, tetapi bahan itu menguap saat mendekati anomali."
"Karena masalahnya bukan material, melainkan metafisika," jawab Putra Angin. "Qi Qian Yu adalah Kemurnian Kosmis. Material fisik tidak dapat menahan entitas dimensional seperti itu."
2. Retakan Kosmis dan Solusi Sementara
Mereka memasuki ruang Kristal. Jantung Kristal yang masif itu berputar perlahan, memancarkan cahaya keemasan lembut, kini diwarnai dengan garis-garis ungu tua di sepanjang retakan.
"Tekanan dari dimensi Qian Yu menarik energi dari Jantung Kristal. Ini melemahkan segel Pedang Abadi di Xianwu, menciptakan umpan balik negatif," jelas Zeta Enam, menunjukkan data pada layar holografik.
Putra Angin meletakkan Tongkat Lin Kai-nya di lantai. Ia memejamkan mata, membiarkan Rin melompat ke bahunya. Ia mulai bermeditasi, menarik Qi Spiritual yang sangat kecil yang ada di udara, sisa-sisa dari penyaringan Tuanku.
"Saya akan mencoba mengikat retakan itu secara spiritual," kata Putra Angin. "Tongkat Lin Kai adalah saluran Keseimbangan yang kuat. Saya akan menggunakannya untuk menyalurkan Qi Yin dari Xianwu dan Qi Yang dari Rin ke dalam Kristal. Ini akan menjadi 'perban spiritual' sementara."
Zeta Enam ragu. "Saluran Qi? Itu terdengar primitif. Bisakah Qi yang lemah ini menahan tekanan dimensional?"
"Qi tidak diukur dari volume, melainkan dari stabilitas," jawab Putra Angin, tanpa membuka mata.
Ia mulai bekerja. Ia menancapkan ujung Tongkat Lin Kai ke Kristal, tepat di sebelah retakan. Ia menyalurkan Qi-nya. Rin, si kucing, mendesis dan memancarkan Qi Yang-nya ke bahu Putra Angin.
Teknik Resonansi Keseimbangan: Putra Angin membiarkan Qi-nya berputar, meniru Keseimbangan Yin-Yang Mutlak Tuanku. Ia menggunakan Qi yang sangat kecil untuk menciptakan medan resonansi di sekitar retakan.
Seketika, retakan ungu itu berkedip. Tekanan kosmis yang bocor mulai mereda, seolah-olah ditahan oleh jaring tak terlihat.
"Anomali berkurang 60 persen! Resonansi kembali normal!" seru Zeta Enam.
"Ini hanya sementara," kata Putra Angin, menarik Tongkat Lin Kai. "Tongkat ini hanya bisa menahan, tidak bisa menyegel. Kita butuh Qi Yin Murni yang setara dengan Kutukan Jiwa Tuanku untuk menutupnya secara permanen."
4. Pencarian 'Kutukan' Baru dan Misteri Keturunan
Putra Angin menjelaskan bahwa misi selanjutnya harus fokus pada pencarian dua elemen: Cangkang Naga (Pengganti Air Mata Naga) dan Qi Yin Murni Baru (Pengganti Kutukan Jiwa).
"Kunci untuk memperkuat segel ini ada di Xianwu. Kita perlu menemukan residu Qi Yin Mutlak yang ditinggalkan Tuanku," kata Putra Angin.
Saat itu, sebuah transmisi darurat datang dari Xianwu. Wajah seorang wanita muda muncul di layar holografik—Putri Keseimbangan, pewaris klan Fatimah dan Liandra.
"Putra Angin! Kami menemukan sesuatu! Residu Qi Yin Mutlak tidak hilang dari Xianwu!" seru Putri Keseimbangan. "Kami melacaknya ke garis keturunan Tuanku. Setelah ia menyatukan jiwanya dan Batu Giok hancur, Qi itu tidak lenyap; ia bereinkarnasi."
"Bereinkarnasi?" tanya Putra Angin, terkejut.
"Ya. Qi Yin Mutlak yang sangat murni itu menyatu dengan DNA keluarga. Residu Qi itu tidak lagi menjadi kutukan, melainkan sebuah bakat tersembunyi yang diwariskan secara genetik."
"Siapa yang memilikinya?"
"Saya," jawab Putri Keseimbangan. "Saya merasakan Qi Yin yang sangat dingin dan tidak terduga dalam diri saya. Tapi bukan hanya saya. Ada satu lagi. Keturunan paling jauh dari garis keturunan Pangeran Sultan Sati—garis darah yang seharusnya lenyap."
"Siapa dia?"
"Dia hidup di pengasingan, di wilayah Naga Hitam yang lama. Namanya Raja Bayangan. Dia adalah seorang anak muda yang hidup dalam ketakutan karena ia secara tidak sengaja dapat menghancurkan Qi di sekitarnya. Dia adalah manifestasi Qi Yin Murni yang paling baru dan paling tidak stabil. Dia adalah 'Kutukan Jiwa' yang terlahir kembali."
5. Raja Bayangan dan Konflik Filosfis
Putra Angin mengerti. Untuk menutup segel Qian Yu, ia harus mengulangi sejarah: menggunakan Qi Yin Murni yang tidak stabil, menyeimbangkannya dengan Qi Yang, dan menyalurkannya ke segel.
"Maka misi saya berikutnya jelas," kata Putra Angin. "Saya harus kembali ke Xianwu. Saya harus menemukan Raja Bayangan dan membawanya ke Benua Barat."
Zeta Enam melihat profil Raja Bayangan. "Dia terdengar seperti senjata yang tidak stabil. Bisakah Anda mengendalikannya?"
"Tuanku mengajarkan bahwa Kutukan tidak perlu dikendalikan, melainkan dipahami," jawab Putra Angin. "Raja Bayangan hanya perlu Penyeimbang."
Ia menatap Rin, si kucing oranye. Rin mengeong, seolah menerima takdirnya.
"Putri Keseimbangan, persiapkan Raja Bayangan. Saya akan segera tiba. Kita harus mengajarkan Raja Bayangan ini untuk menerima 'Kutukannya' dan menggunakannya untuk menyelamatkan dunia."
Zeta Enam menatap Putra Angin, yang melangkah dengan tenang ke portal. Ia melihat perbedaan mendasar: Tuanku harus menemukan keseimbangan dalam konflik; Putra Angin harus menerapkan keseimbangan dalam kedamaian.
Era baru telah dimulai. Konflik kali ini bukan antara klan dan kekuasaan, melainkan antara Warisan dan Kebaruan, antara Qi Yin Murni yang lahir kembali dan Keseimbangan yang harus ia ciptakan. Putra Angin, Sang Penyeimbang, harus meyakinkan pewaris kutukan untuk menjadi pahlawan.