"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?
"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Masih Punya Hati
Benar saja apa yang di takutkan Deril terjadi. Meskipun bukan dengan benda, tapi Anna hampir memakan buah nanas muda yang sangat asam. Deril segera merebutnya dan membuangnya jauh.
Anna ketakutan melihat suaminya yang begitu marah padanya. "Kamu kenapa?" Tanya Anna dengan takut.
"Aku kan udah bilang jangan sakiti anak kita! Kalau kamu tidak menginginkan anak ini, tunggu sampai dia lahir. Aku akan membawanya jauh dari hadapan kamu." Ucap Deril yang membentak istrinya.
Air mata Anna jatuh di pipinya. Mamah Mona dan bibi segera menyusul Deril dan Anna di halaman belakang. "Ada apa Deril? Kenapa kamu marahin Anna?"
"Aku cuma mau makan rujak, yank. Ini bibi udah buatin bumbu rujaknya." Lirih Anna, ia mengambil mangkok yang berisi rujak dengan tangan bergetar.
DEG
Hati Deril mencelos, ia rupanya sudah salah paham pada istrinya. Ia takut jika Anna akan b*nuh diri atau semacamnya.
"Sa-sayang... Maafin aku! Aku_"
"Kamu jahat!" Teriak Anna, ia berlari ke kamar sambil menangis dan mengunci kamarnya. Deril bagai kilatan petir mengejar istrinya ini.
"Sayang buka pintunya!"
"Enggak mau!!! Kamu jahat... Aku cuma mau rujak kenapa kamu nuduh aku yang macam-macam! Aku masih punya hati." Teriak Anna dari dalam kamar.
Mamah Mona meminta Deril membiarkan Anna di dalam. Bibi juga menjelaskan soal rujak yang ingin di makan oleh Anna tadi. "Maafin bibi ya, den."
Deril mengangguk pelan, ia merasa bersalah karena sudah menuduh istrinya. Cukup lama ia menunggu di depan pintu kamar, hingga Anna keluar dengan menggeret kopernya.
"Yank, mau kemana? Jangan pergi sayang, aku minta maaf. Aku takut kamu_"
"Aku masih punya hati, aku juga masih takut dosa. Tapi kamu udah berlebihan, yank." Lirih Anna.
Tangan Deril segera menarik istrinya ke kamar dan menguncinya sebelum mamahnya melihat pertengkaran mereka.
Ia menyambar bibir istrinya dengan sedikit kasar. Tangan Anna memberontak hingga Deril melepaskan semua pakaian istrinya.
"Lepasin yank ahh.. Ja-jangan aaahh." Anna justru mendesah saat suaminya menyesap dua gundukkan putih yang semakin besar.
"Sampai kapan pun kamu enggak boleh pergi. Kamu hanya milik ku, sayang." Ucap Deril dengan suara paraunya di telinga istrinya, ia menggigit kecil kuping sang istri.
Mata Anna menatap lekat wajah suaminya. "Untuk apa, yank? Aku enggak di inginkan dimana-mana. Di rumah orang tuaku pun aku enggak dianggap! Lebih baik aku pergi menjauh." Lirih Anna dengan isak tangisnya.
Semenjak hamil hati dan perasaan Anna benar-benar rapuh. Sedikit saja ia di sentak, hatinya tercabik-cabik. Dunianya hancur lebur, baginya kehamilannya ini adalah mimpi buruk.
Deril menyudahi pagutannya dan membelai rahang istrinya. "Aku menginginkan mu sayang. Aku minta maaf, terlalu khawatir kamu akan melakukan hal konyol. Maaf sudah menghamili mu. Aku akan ada di sisi mu, kita jalani ini bersama." Kata Deril dengan menatap lembut sang istri yang masih menangis.
Kepala Anna mendongak melihat ke dalam bola mata suaminya. Ia mencari kebohongan namun yang ia lihat hanyalah ketulusan dari suaminya. Hati Anna kian mendesir ia memagut bibir suaminya pelan dengan air mata yang masih mengalir.
Mungkin Anna harus benar benar ikhlas soal kehamilannya. Ia akan mencoba menerima perubahan yang ada di dalam tubuhnya meskipun menurutnya, itu sangat menyiksanya luar dan dalam.
Pasturi ini melanjutkan kegiatan panas yang tertunda. Deril memanjakan istrinya di bawah kukungannya. Ia tidak ingin sampai menyakiti anak dan istrinya.
Di rasa sudah terlalu lama mereka bergelut di kasur, keduanya menyudahinya dan menutup tubuhnya dengan selimut yang tebal.
"Deril... Anna ini ada orang tua kamu sayang." Teriak mamah Mona dari luar kamar anak dan menantunya.
Deril menyuruh istrinya duluan ke kamar mandi, ia akan menemui mamahnya. Segera mungkin dirinya memakai celana panjang tanpa kaosnya.
CEKLEK "Iya mah nanti Deril sama Anna ke bawah, kita mandi dulu ya mah." Ucap Deril dengan polosnya.
Mamah Mona sedikit meledek anaknya ini, ia sudah bisa menebak jika Deril baru selesai bertempur. "Yang akur ya sayang, kasihan Anna. Kamu harus bersabar menghadapi ibu hamil. Apalagi ini bukan keinginannya. Mamah mengerti perasaannya." Lirih mamah Mona.
"Iya mah aku akan berada di sisi Anna. Nanti Deril ke bawah ya mah." Deril segera menutup pintu kamarnya dan menyusul istrinya yang sudah ada dibawah guyuran shower.
Mamah Mona kembali ke bawah menemui besan-nya. Ia memberi tahukan jika Deril dan Anna sedang mandi. Ia juga sempat menceritakan soal Anna yang mencoba menyakiti anaknya. Sungguh, ia sangat khawatir dengan keadaan Anna.
-
-
Deril memeluk istrinya dari belakang dan mengecup pundak polos yang menjadi candunya. "Yank, ngagetin aja deh." Gerutu Anna.
"Ayo sayang buruan mandinya, mertua aku ada di bawah." Kata Deril dengan lembut namun tangannya sudah menjalar kemana-mana.
"Ih kamu mah katanya suruh buru-buru. Tangannya diam sayang." Keluh Anna.
"Habis kamu s*ksi banget wangi... Kita gini aja terus yah sampai besok. Hihi."
"Enak aja... Aku kan lapar tahu, ayo cepat yank." Rengek Anna.
Deril tertawa kecil. Keduanya mandi bersama tanpa ada penyatuan lagi meskipun pusaka Deril sudah menegang di dekat istrinya. Anna mengulum senyumnya melihat suaminya yang merana.
"Ayo cepat, yank. Mamih papih ada di bawah."
"Huft... Oke deh, sabar ya dek kamu bobo lagi. Mamahnya nyebelin tapi cantik gimana donk." Keluh Deril sambil menepuk juniornya.
Setelah selesai dengan mandi dan dramanya, kini pasutri ini menemui orang tua Anna di bawah. Mamih Aleesya memeluk erat anaknya begitu juga papihnya.
"Sayang, mamih banyak bawa makanan. Sama baju hamil juga, tadi mamih beli dulu." Ucap mamih Aleesya dengan lembut.
"Makasih ya mih, tapi suapin ya mih." Rengek Anna.
Mertua dan suaminya Anna tersenyum hangat melihat kebersamaan Anna dan orang tuanya. Terlebih, papih Alarich sangat memanjakan anak bungsunya ini.
Mereka makan bersama sore itu sambil mengobrol santai di meja makan. Deril juga meminta ijin akan mengajak Anna untuk liburan di akhir minggu ini. Ia akan menjadwalkan ulang pekerjaannya.
Di depan mertuanya, Deril sangat perhatian pada Anna. Ia juga menyuapi istrinya dan mengecup pipi istrinya. Senyum Anna merekah menatap suaminya.
"Mamih senang kamu sekarang sudah bisa tersenyum nak. Maafin mamih ya sayang, waktu itu kami membiarkan kamu menyimpan beban ini sendirian." Gumam mamih Aleesya dalam hatinya, matanya pun sudah berkaca-kaca.
"Mih, nginap di sini yah. Boleh kan mah?" Tanya Anna pada mamah mertuanya.
"Boleh donk sayang, nanti bibi siapin kamarnya. Bu Aleesya disini dulu aja lagian masih hujan di luar. Kita bisa ngobrol dulu." Kata mamah Mona.
Orang tua Anna saling pandang, mereka berpikir sejenak. Akhirnya mereka memutuskan untuk menginap semalam saja demi Anna.