NovelToon NovelToon
Kalian Adalah Suamiku

Kalian Adalah Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romantis / Office Romance / Cinta Seiring Waktu / TimeTravel / Berondong
Popularitas:723
Nilai: 5
Nama Author: Arc Maulana

Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.

Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.

Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.

Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.

Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.

Jadi mari kita ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arya Marah?

"A-Apa maksudmu!?" Olivia panik.

"Masa kau tidak mengerti? Apa perlu aku praktekan sekarang?" Tangan Alia menyentuh area paha Olivia.

Brug!

Olivia langsung mundur ke belakang sampai punggungnya menabrak tembok.

"Kalau kau berani macam-macam, aku akan menyebarkan masa lalu mu ke semua orang!" ancamnya.

Alia tak terlihat takut. "Kalau itu terjadi, namaku memang bisa saja rusak. Tapi, di saat yang sama kakimu juga akan sama rusaknya."

"...."

Olivia berkeringat dingin. Alia di hadapannya sungguh berbeda dari yang biasa. Dulu, Alia tak pernah mau cari masalah, makanya dia selalu lebih memilih jalur damai. Lantas kenapa sekarang Alia jadi seperti ini?

"Aku peringatkan juga, jangan pernah berpikir macam-macam tentang Mas Arya! Dia itu pria yang bersih, kalau kau dekati, bisa-bisa dia malah terkena penyakit kelamin."

"...."

"Dan jangan sok-sokan bicara tentang masa lalu yang kelam! Kau sendiri dulu pas di kampus sempet tidur dengan seorang dosen kan?"

"Hah!? Dari mana kau tahu soal itu!?"

"Aku tahu dari dulu. Cuma karena tak mau memperkeruh masalah, aku lebih memilih diam. Tapi setelah didiamkan, kau ini malah makin ngelunjak."

"...."

"Sebaiknya gini aja, untuk kebaikan kita bersama, kau segeralah keluar dari perusahaan ini!"

"Apa!?" Olivia tak terima.

"Ini untuk kebaikanmu juga. Karena jika kita terlalu sering bertemu, emosiku jadi sulit stabil. Dan kalau emosiku tak terkendali, entah apa yang akan aku lakukan."

"...."

Olivia harus mengakui bahwa Alia begitu sangat menakutkan.

"Pikirkan baik-baik ya!"

Alia menepuk-nepuk bahu Olivia dengan kencang. Kemudian, dia pergi meninggalkan Olivia yang kakinya terasa lemas.

Olivia yang di awal datang penuh kepercayaan diri, sekarang begitu terlihat menyedihkan.

Dan sebenarnya, ancaman Alia ini tidak seratus persen serius. Tapi Olivia mungkin terlalu takut untuk mengambil resiko. Maka dari itu beberapa hari setelah kejadian tersebut, Olivia pun benar-benar resign dari perusahaan.

...****************...

"Kamu sakit!?" Alia kaget saat mendapat telepon dari Arya.

"Iya, tiba-tiba aja pas bangun tidur aku merasa demam," suara Arya dari speaker telepon terdengar serak.

"Kamu gak apa-apa kan?"

"Cuma demam biasa. Palingan setelah istirahat seharian juga bakal langsung sembuh."

"...."

"Besok ada meeting penting, aku harus mengistirahatkan diri untuk pertemuan besok. Jadi untuk hari ini, tolong kamu urus dulu semuanya! Tapi tentu kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk menelepon!" suara Arya makin lama makin tak terdengar jelas. Alia pun tak bisa menghentikan dirinya untuk merasa khawatir.

"Aku mengerti. Mas istirahat aja! Aku yang akan meng-handle perusahaan kita selama Mas gak ada. Membantu suami kan tugasnya seorang istri!"

Biasanya Arya akan langsung berkomentar saat Alia ngomong ngelantur, cuma kali ini dia tak punya tenaga.

Arya pun hanya bisa mengatakan dua kata secara pelan, "Terima kasih."

Hati Alia pun terenyuh.

...****************...

"Kau bilang kau akan meng-handle perusahaan? Terus kenapa kau sekarang malah ada di sini!?" Arya yang terbaring di ranjang, menatap tajam Alia yang duduk di sebelahnya.

Waktu telah memasuki sore hari. Tapi karena pekerjaan di hari ini tak sedikit, Arya memprediksi kalau Alia bakal pulang telat. Alia malah datang ke rumahnya di jam-jam segini, membuat Arya mengira kalau Alia telah menelantarkan pekerjaannya.

"Aku khawatir. Kamu kan tinggal di sini sendirian. Apa kamu udah makan? Bagaimana dengan obat? Apa kamu punya stock obat yang cukup?"

Kekhawatiran Alia bisa Arya apresiasi, namun tidak lantas itu berarti hal yang bagus. Arya takut perusahaan bakal kena masalah kalau Alia tak menyelesaikan pekerjaannya.

"Cepat! Kembali ke kantor! Jangan pulang sebelum dokumen-dokumen yang ada di email-ku selesai diaudit!" bentak Arya. "Aku ini bukan anak kecil! Kau tidak perlu mencemaskanku seperti itu!"

Alia tak menggubris amarah Arya. Dia meletakan tangannya di kening si pria yang sedang sakit, lalu merasakan panas yang tak wajar.

"Demam kamu tinggi banget! Aku siapkan kompres dulu ya! Sekalian aku buatkan bubur. Aku yakin kamu belum makan sama sekali."

"ALIA!? DENGARKAN AKU!" teriak Arya menggunakan sisa staminanya. "KEMBALI KERJA SEKARANG JUGA! SELESAIKAN DOKUMEN-DOKUMEN ITU! SEMUA DOKUMEN TERSEBUT SANGATLAH PENTING UNTUK MEETING KITA BESOK!!!"

"...."

"JANGAN LUPA DIRI! KAU INI TETAPLAH BAWAHANKU! JANGAN NGELUNJAK HANYA KARENA SELAMA INI KAU KU BIARKAN!

Alia terdiam. Tak ada perubahan ekspresi sama sekali di wajahnya. Dengan yakin dan jelas, dia pun mengatakan, "Semuanya sudah selesai. Semua dokumen yang Bapak maksud sudah saya kerjakan tanpa terkecuali."

"...."

Arya pun tercengang. Dokumen-dokumen itu harusnya bukanlah sesuatu yang mudah dikerjakan.

Apa Alia mengerjakannya secara asal?

Arya curiga.

"Saya membawa semua filenya untuk Bapak cek lagi." Alia mengambil sebuah flashdisk dari tasnya.

Setelah flashdisk berpindah tangan, Alia pun beranjak berdiri.

"Selagi saya membuat bubur, Bapak bisa mengecek hasil pekerjaan saya." Tak lupa, Alia mengambil laptop dan diletakkan di atas ranjang.

"...."

Arya masih terdiam saat Alia sudah tak lagi ada di kamarnya. Dia masih diliputi rasa tak percaya. Setelah menyalakan laptop lalu mencolokan flashdisk, Arya mengecek file-file yang ada di dalamnya. Dia pun sontak terkejut saat mendapati semua dokumen telah selesai secara rapih dan baik.

Alia mengerjakan semua ini hanya dalam waktu beberapa jam?

Alia dapat kabar Arya sakit ketika jam 10-an, dan dia tiba di rumah ini saat waktu menunjukkan pukul 3 sore. Itu berarti Alia menyelesaikan semua pekerjaan ini hanya dalam waktu lima jam!?

Untuk pekerjaan sebanyak ini, waktu lima jam biasanya takkan cukup. Belum lagi jika diselangi waktu istirahat.

Apa jangan-jangan Alia sama sekali tak istirahat!?

Dia tanpa henti menyelesaikan semua ini sendirian selama lima jam!?

Arya pun tidak bodoh. Dia bisa menebak kalau alasan Alia ngotot menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, adalah agar ia bisa dengan cepat pula menjenguknya.

Alia sudah bekerja keras.

Tapi aku malah memarahi dia.

Arya menyesal telah membentak Alia seperti tadi.

...----------------...

Sekian puluh menit kemudian, Alia kembali membawa nampan berisi bubur hangat. Entah ada racikan apa di bubur tersebut sehingga mampu mengeluarkan aroma yang begitu menggiurkan.

"Makan dulu! Nanti setelah itu baru kamu tidur sambil dikompres." Alia duduk di ranjang.

Alia lalu menyendok bubur di mangkok dan meniup-niupnya.

"Aaaaa ...," Alia berniat menyuapi Arya.

"... Aku bisa makan sendiri." Arya memalingkan muka.

"Aku tahu. Tapi gak akan romantis kalau kamu makan sendiri sementara aku cuma diam ngeliatin."

Ditatap secara intens membuat Arya sulit menolak. Dia pun perlahan membuka mulutnya.

"Gimana? Enak?" Alia tersenyum manis.

"...." Arya tak menjawab, tapi dia tetap mengangguk kecil.

Di sela makan, Arya berkata, "Maaf, aku harusnya gak membentak kamu seperti tadi."

Alia di sisi lain juga tak terlihat sedikit pun marah. Malah, raut seperti menahan tawa terlihat di wajahnya.

"Kalau kamu merasa bersalah, tinggal nikahi aku aja, kan beres?"

"...."

1
zhouzhou_zz
Gak sabar nunggu lanjutannya!
✨Wyn한✨
Tidak hanya cerita, tetapi juga pengalaman hidup. 🤗
Abadon007
Gue ga bisa berhenti baca!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!