NovelToon NovelToon
TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / CEO / Janda / Cerai / Obsesi / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:19.7k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Lucia Davidson hidup dalam ilusi pernikahan yang indah hingga enam bulan kemudian semua kebenaran runtuh. Samuel, pria yang ia percaya sebagai suami sekaligus cintanya, ternyata hanya menikahinya demi balas dendam pada ayah Lucia. Dalam sekejap, ayah Lucia dipenjara hingga mengakhiri hidupnya, ibunya hancur lalu pergi meninggalkan Lucia, dan seluruh harta keluarganya direbut.

Ketika hidupnya sudah luluh lantak, Samuel bahkan tega menggugat cerai. Lucia jatuh ke titik terendah, sendirian, tanpa keluarga dan tanpa harta. Namun di tengah kehancuran itu, takdir memertemukan Lucia dengan Evan Williams, mantan pacar Lucia saat kuliah dulu.

Saat Lucia mulai menata hidupnya, bayangan masa lalu kembali menghantuinya. Samuel, sang mantan suami yang pernah menghancurkan segalanya, justru ingin kembali dengan mengatakan kalau Samuel tidak bisa hidup tanpa Lucia.

Apakah Lucia akan kembali pada Samuel atau dia memilih cinta lama yang terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26. RIANG

Langit sore di atas atap rumah sakit berwarna jingga keemasan, seakan menurunkan doa bagi setiap pasien yang tengah berjuang melawan sakit. Di salah satu ruang rawat beraroma antiseptik yang lembut, Lucia terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya yang masih lemah pasca operasi. Napasnya teratur, wajahnya pucat namun perlahan mulai memperoleh rona segar kembali.

Evan duduk di sisi ranjang, matanya tak lepas dari wajah wanita itu. Ada semacam ketenangan sekaligus kegelisahan dalam tatapannya, tenang karena melihat Lucia melewati operasi dengan selamat, gelisah karena rasa takut kehilangan yang masih menghantui setiap tarikan napasnya.

Ia menggenggam tangan Lucia erat, seakan ingin memastikan kehadirannya nyata, bukan sekadar bayangan.

"Kalau kamu terus tidur begini, aku bisa jadi pasien baru karena terlalu cemas," kata Evan pelan, setengah bercanda, setengah serius.

Lucia membuka matanya perlahan, menoleh dengan senyum lemah. "Kalau begitu aku sebaiknya tetap tidur saja. Aku ingin lihat apakah benar Evan sang pengusaha yang Deren bilang galak bisa jadi pasien karena khawatir."

Evan tertawa kecil, meski jelas kelelahan terlihat di wajahnya. "Dasar perempuan keras kepala. Baru bangun dari operasi pun masih sempat menggoda."

Belum sempat Lucia membalas, suara riang terdengar dari pintu.

"Nah! Aku tahu, begitu kami datang, suasananya langsung berubah jadi romantis penuh rayuan." Clara masuk dengan senyum lebar, membawa kantong berisi buah dan bunga.

Di belakangnya, Deren ikut masuk sambil menenteng termos air panas. "Aku juga ikut, jangan sampai kalian bilang aku hanya numpang nama. Clara memaksa aku jadi kurir air panas untuk teh herbal."

Lucia tertawa kecil, wajahnya berbinar karena kedatangan mereka. "Aku merasa jauh lebih baik setiap kali kalian datang."

Clara langsung menghampiri, meletakkan buah di meja, lalu mendekati Lucia. "Tentu saja. Kamu pikir siapa yang bisa bikin suasana kamar rawat jadi mirip ruang tamu keluarga kalau bukan kami?"

Deren duduk di sofa dekat jendela, menyandarkan tubuhnya sambil melirik Evan. "Aku heran, Van. Kamu ini hampir tak pernah lepas dari sisi Lucia. Bahkan rapat besar pun sampai aku yang harus tarik paksa kamu ke kantor."

Evan hanya mengangkat bahu, matanya tetap ke Lucia. "Dia lebih penting daripada investor mana pun."

Clara spontan menepuk tangan, "Oh Tuhan, lihatlah! Si Evan Williams yang terkenal dingin dan tak peduli siapa pun kecuali angka, sekarang bisa bicara kalimat semanis itu. Dunia pasti sebentar lagi kiamat."

Lucia menahan tawa.

sementara Evan mendengus dan protes, "Kalian berdua memang sengaja datang bukan untuk menjenguk, tapi untuk mengolok-olokku."

Deren pura-pura serius, "Siapa bilang? Aku datang untuk memastikan kau tidak berubah jadi zombie karena begadang menjaga pasien."

Suasana kamar menjadi hangat, dipenuhi tawa ringan yang menepis rasa sakit dan lelah. Menyenangkan ketika berkumpul dengan teman baik seperti ini, seakan hal buruk yang telah lalu seolah tidak pernah ada kecuali tawa yanh terdengar saat ini.

Malam itu, lampu redup di kamar rawat menciptakan suasana hangat. Lucia yang masih terbaring berusaha mengangkat tubuhnya sedikit, namun Evan segera menahan dengan lembut.

"Jangan banyak bergerak," ucapnya pelan, menyelimutkan kembali tubuh Lucia. "Aku tak ingin perutmu sakit lagi."

Lucia tersenyum samar. "Kau memperlakukanku seperti boneka porselen yang rapuh sekali."

"Memang kau rapuh saat ini." Evan menatapnya serius. "Dan aku tidak akan mengambil risiko apa pun."

Clara yang duduk di kursi dekat ranjang terkekeh sambil mengupas apel. "Astaga, aku sungguh tak terbiasa melihat sisi ini dari Evan. Biasanya yang aku dengar cuma: laporan keuangan mana? target bulan ini tercapai atau tidak? Sekarang kalimatnya berubah jadi: jangan banyak bergerak, aku tidak mau kamu sakit."

Deren menambahkan sambil menyesap kopi yang ia buat dari termos, "Kalau investor mendengar kalimat itu, mereka mungkin langsung kabur. Bayangkan, pengusaha besar perusahaan tiba-tiba berubah jadi perawat pribadi."

"Bukankah itu akan jadi headline yang seru di Los Angeles?" canda Clara penuh ejekan untuk Evan.

Lucia tak kuasa menahan tawa, pundaknya berguncang. "Kalian berdua benar-benar tidak bisa serius ya. Aku sampai bingung ini kamar rawat pasien atau panggung komedi."

Evan menghela napas, namun sudut bibirnya terangkat samar. "Kalau kalian tidak bisa diam, aku bisa saja melarang kalian masuk besok."

"Jangan!" seru Clara cepat, membuat Lucia kembali tertawa. "Kami kan vitamin semangat untuk pasien. Bukankah benar, Lucia?"

Lucia mengangguk dengan senyum manis.

"Lihat?! Lucia saja mengakui hal itu," kata Clara penuh antusias yang menguar memenuhi ruangan.

Evan berdiri, mengambil mangkuk kecil, dan dengan telaten menyuapkan bubur hangat ke mulut Lucia. Ia bahkan meniup sendoknya agar tidak terlalu panas. Gerakan sederhana itu membuat Clara berdecak kagum.

"Ya ampun, lihatlah! Kalau aku merekam ini dan memutarnya di rapat direksi, pasti semua orang terperanjat. Evan yang selama ini selalu dingin seperti patung es, ternyata bisa ... apa ya ... begitu penuh perhatian," ujar Clara lagi dengan tawa kecilnya.

"Jarang sekali melihat sisi Evan seperti ini, 'kan? Setelah tahun-tahun panjang harus berhadapan dengan mode atasan yang galak. Akhirnya Evan bisa juga menjadi pria lembut," timpal Deren.

Evan hanya melemparkan kulit apel kepada Deren yang disambut tawa oleh pria itu.

Lucia memandang Evan dengan tatapan lembut, lalu berkata lirih, "Aku tidak menyangka kamu bisa sabar seperti ini," kata Lucia.

"Untukmu, aku bisa." Jawaban Evan sederhana, tapi membuat jantung Lucia bergetar.

Deren pura-pura batuk keras. "Ehem, ehem! Tolong, ada orang lain di sini. Jangan berani kalian mengabaikan kami."

Clara menepuk lengan Deren dengan ekspresi jahil. "Hei, jangan bilang kamu iri. Kalau mau, aku bisa carikan pasangan."

"Aku akan ingatkan jika kau lupa. Tapi aku tidak butuh pasangan karena kau adalah istriku. Dasar wanita nakal," gerutu Deren.

Lucia tertawa lagi, kali ini lebih lepas, membuat Evan ikut tersenyum lega melihatnya. Sejenak, kamar rawat itu terasa seperti ruang keluarga sederhana, penuh kehangatan dan canda tawa, melupakan sejenak rasa sakit yang baru saja dilalui Lucia.

Waktu bergulir, malam semakin larut. Clara akhirnya berdiri, merapikan barang bawaan. "Baiklah, aku dan Deren harus pulang. Kalau tidak, nanti perawat menyangka kita berkemah di sini."

"Besok kami datang lagi," tambah Deren sambil melirik Evan. "Jaga Lucia baik-baik, tapi jangan sampai kamu jatuh sakit sendiri."

Evan hanya mengangguk, namun sorot matanya jelas berkata: aku tidak akan melepaskan tanggung jawab ini.

Saat Clara dan Deren pamit, Lucia berbisik pelan pada Evan. "Mereka benar, kau juga harus istirahat."

"Aku bisa istirahat di sini." Evan menarik kursi, duduk di sisi ranjang, dan menggenggam tangannya lagi. "Selama kau ada, di sinilah tempatku."

Lucia menatapnya lama, lalu menghela napas lembut. "Kau keras kepala ... tapi entah kenapa aku bersyukur."

Evan hanya tersenyum dan menggenggam erat tangan Lucia.

1
Endang Sulistia
bagus Thor..
Archiemorarty: terima kasih kak udah baca ceritanya semoga menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Endang Sulistia
fix...Samuel jadi Samsul ya...🤣🤣🤣
Endang Sulistia
deg deg an..
Endang Sulistia
bikin darting..
Endang Sulistia
auto liat sinopsisnya lagi ..😂😂😂
Miss Typo
huaaaaaa aku terharu ikut merasakan kebahagiaan Lucia dan semua yg sayang padanya 😭
belum rela pisah dah tamat aja, dan bacanya telat lagi 🥹

terimakasih thor,,,selalu semangat dgn karya-karyanya di novel 💪
Archiemorarty: terima kasih kembali 🥰
total 1 replies
Miss Typo
nikah deh nikah biar lebih leluasa mau ngapain aja 😁
Miss Typo
terharu huaaaaaa 😭
Miss Typo
kok deg2an bacanya
Miss Typo
semangat semangat semangat Lucia, kamu hebat bisa melawan si Samsul itu
Ir
tapi kalo jadi Evan aku oga nerima investor yg kemarin nyabut Dana seenak udel nya untuk gabung sama samsul, giliran si samsul bangkrut gabung lagi sama Evan dihh ga like
Ir: hahaha pundung dia 🤣🤣🤣
total 4 replies
Jelita S
terimakasih Thor buat cerita indahnya,,sukses terus dalam berkarya Daan semoga cerita2 baru menyusul lagi
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya, maap kalau kurang memuaskan. ditunggu cerita selanjutnya yang lebih uwahhh ya 🥰
total 1 replies
Miss Typo
kapan Lucia akan kuat tahan banting berani melawan si Samsul
Miss Typo: dan ku tunggu saatnya itu datang
total 2 replies
Miss Typo
semangat Ervan Deren Clara dan Lucia, kalian pasti bisa menghadapi badai dan mengalahkan si Samsul
Miss Typo
apa sih sebenarnya maunya si Samsul itu, apa tujuan sebenarnya mendekati Lucia lagi, bikin geram aja tuh orang.
aku berharap Lucia lebih kuat lebih berani menghadapi si Samsul itu
Miss Typo: suruh nulis sendiri aja kalau gak sesuai dengannya 🫢
total 4 replies
Ir
woyyy samsul meskipun kalo di posisi Lucia gua juga ogah balikan sama lu, tapi setidaknya bersaing secara sehat, minta maaf yg tulus dan nyesel bener² nyesel, bukan malah pake kekerasan tulul, yg dengan cara tulus aja belum tentu mau balikan apa lagi pake emosi
Archiemorarty: Hooh, padahal mau dikasih alur yang boom itu bentar lagi. karena ya pada bilang mau to the point, ku akhirin aja. 🤣
total 3 replies
Ir
padahal kemarin aku cuma minta speakup ehh malah di ajak live streaming 😆
Archiemorarty: Kan dah kubilang on proses, soalnya bukan balas dendam temanya. ntar cerita selanjutnya kubuatin yang tema balas dendam, biar pada tahu balas dendam yang slay itu gimana... /Slight/
total 1 replies
Miss Typo
wah gila dasar tuh kapsul manusia serakah gak tau diri, dulu membuat Lucia menderita skrg gak mau melepaskan, bikin geram aja tuh manusia satu itu 😤
semangat Evan Deren, semoga kalau an bisa mengalahkan Samsul itu

baru bisa baca lagi 🥹
Ir
kak dia hari yg lalu kaka update seperti biasanya kan yaa 3bab nah di aku tuh ga muncul lho seharian, tau update kemarin pagi sekitar jam set 11an langsung 4bab gitu, satu bab nya yg update jam 9 pagi
Archiemorarty: Iya dari Minggu agak-agak app nya emang.
total 3 replies
Aretha Shanum
ko aku nyesel y bca, kirain setelah cerai ketemu Evan akan lebih unggul dari David, dan tidak mudah
ditindas, lah ko jadi balik ke awal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!