IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 36 (lamaran dadakan 2)
Syafira kembali ke rumah setelah maghrib. Ia terkejut melihat halaman dan teras rumahnya yang sudah di sulap sedemikian rupa untuk acara nanti.
"Eh apa aku salah rumah ya? Tapi kayaknya benar ini rumahku," gumamnya melihat kanan kiri. Ia semakin yakin jika itu rumahnya ketika melihat uwa, paman dan keluarganya sudah menunggunya di teras rumah.
"Uwa, paman, semuanya, maaf Fira baru pulang. Kalian sudah lama sampai?" tanya Syafira sambil menyalami anggota keluarga dari ayahnya tersebut satu persatu.
"Belum ada lima belas menit kok kita menunggu. Kenapa acaranya mendadak seperti ini Fir? Kemarin kamu menelepon, mendadak bilang mau menikah, sekarang mau lamaran juga dadakan. Urutannya juga seharusnya lamaran dulu baru menikah kan?" tanya bibi Syafira kebingungan.
"Tadinya emang mau langsung menikah bi, tapi bu Lidya tiba-tiba tadi mau melamar, katanya biar umum teman-temannya, tidak ujug-ujug langsung menikah," jelas Syafira.
"Bu Lidya?"
"Iya paman, beliau ibu mertua om, eh mas Bara tapi sudah seperti ibu kandung mas Bara. Ya, anggaplah calon mertua Syafira,"
"Oh begitu, tapi serba mendadak, keluarga di kampung pada menanyakan, ada juga yang bergunjing. Karena usiamu yang masih muda fan masih kuliah tiba-tiba mau menikah. Tapi kamu tidak..."
"Tidak wak, Syafira tidak seperti itu. Memang semua mendadak tapi bukan berarti Fira hamil duluan," jelas Syafira, ia tak mungkin menceritakan jika ia terpaksa menikah karena masalah hutangnya yang di bayar oleh Bara. Biarlah itu menjadi rahasianya tanpa melibatkan keluarganya.
"Syukurlah kalau begitu Fir, uwa lega dengarnya. Jika kamu nakal, kasihan almarhum ayahmu di sana,"
"Iya wa, Fira ngerti. Ngomong-ngomong, siapa yang nyiapin semua itu wak?" Syafira menanyakan perihal dekorasi dan catering di halaman rumahnya.
"Uwa juga nggak tahu Fir, uwa pikir kamu. Yang jelas tadi kami tiba sudah begini," jelas uwa Syafira.
"Fira kira uwa atau paman,"
"Enggaklah Fir, sayang uangnya buat seperti itu, mending masak sendiri dekor sendiri. Lagian pasti mahal, mana ada uang sebanyak itu kami," ucap bibi.
Syafira tersenyum, ia berpikir jika ini adalah kerjaan bu Lidya pasti.
"Kok malah senyum? Kami nggak di suruh masuk nih?"
"Iya kak Fira, kita capek nungguin dari tadi," imbuh adik sepupu Syafira.
"Oh iya lupa, ayo masuk. Kita siap-siap dulu sebelum mereka datang," ajak Syafira mengambil kunci dari tasnya dan membuka pintu.
"Kalian bisa istirahat dulu sebentar, lalu siap-sia, Syafira mau mandi dan juga siap-siap," ucap Syafira.
Sampai di kamar, Syafira mengirim pesan kepda Mia dan Shinta yang katanya mau membantunya siap-siap.
"Iya Fira, bentar lagi kita sampai, ini udah di dekat rumah kamu," balas Mia.
Syafira mengambil handuk dan bergegas mandi.
🌼🌼🌼
Rombongan keluarga Bara pun datang dengan membawa banyak seserahan untuk Syafira. Membuat keluarga Syafira melongo.
"Pa, sepertinya calon suami Fira orang kaya ya. Lihat itu barang-barang yang mereka bawa branded semua," bisik bibi Syafira.
"Ssstt diam ma, nanti mereka dengar. Lagian kayak mama tahu barang branded aja," sahut suaminya.
Bibi Syafira hanya mencebik.
Syafira terlihat cantik meskipun hanya memakai dress sederhana dengan sedikit polesan make up di wajahnya. Sedangkan Bara tak banyak persiapan juga, ia memakai setelan jas seperti biasanya namun teta terlihat tampan.
Setelah acara basa-basi, inti dari diadakannya acara tersebut pun di mulai. Bu Lidya sendiri yang secara resmi melamarkan Syafira untuk Bara dan juga kedua cucunya.
"Baiklah, langsung kepada inti acara malam ini. Saya selaku ibu dari Bara ingin melamar Syafira untuk menjadi istri dari anak saya Bara dan juga menjadi ibu dari kedua cucu kesayangan saya, Nathan dan Nala. Apakah sekiranya Bapak menerima lamaran saya? Tentu saja, kami akan senang sekali jika Bapk dan ibu selaku wali dari Syafira menerima lamaran kami," ucap Bu Lidya dengan penuh wibawa.
"Mama bisa juga serius," bisik Varel kepada Bara. Tentu saja Bara hanya diam tak menanggapi.
"Begini nyonya, kami memang Wali dari Syafira, tapi semua keputusan kami serahkan kepada dia. Karena nantinya dia yang akan menjalaninya, bukan begitu?" sahut uwa Syafira.
"Iya pak, betul sekali. Terus gimana dengan kamu Fira? apakah kamu menerima lamaran Saya?" mengalihkan pandangan kepada Syafira.
"Dengan bismillah, saya terima lamaran ibu untuk om, eh mas Bara," jawab Syafira yang lagi-lagi keceplosan menyebut Bara Om.
"Alhamdulillah kalau Syafira menerima. Saya minta maaf ya pak buk, karena acara ini saya adakan mendadak sekali. Karena rencananya mereka memang akan langsung menikah. Tapi, saya ini sudah menganggap Syafira seperti anak saya sendiri jadi saya ingin Syafira merasa seperti perempuan pada umumnya pak buk," ucap bu Lidya.
"Tidak apa-apa nyonya, saya senang dan tenang karena Syafira di sini di kelilingi orang-orang baik seperti nyonya," Sahut bib Syafira yang kagum kepada bu Lidya. Tak hanya cantik, namun juga dengan besar hati dan ikhlas melamar Syafira untuk menggantikan posisi anak kandungnya sendiri. Tentu hal yang tidak mudah di lakukan oleh semua orang.
Meskipun ini hanya sebagai formalitas, Bara tetap menghela napas leganya yang sejak tadi terlihat ada ketegangan di wajahnya.
"Ini apa-apaan sih? bukannya udah fix mau nikah? Kenapa di pertanyakan lagi? Enggak ngerti deh," bisik Shinta yang duduk di belakang Syafira berjejer dengan Mia.
"Sssst diam mbul, ini namanya formalitas. Masa nggak paham sih. Kalau nggak begitu buat acara lamaran ini. Makan belum sih mbul? Kok nggak peka," cibir Mia lirih.
"Maklumlah Mi, kan aku belum pernah di lamar,Hihi," ujar Shinta.
Acara pun di lanjutkan dengan acara santai dan juga makan-makan di halaman rumah Syafira. Dengan telaten Syafira mengambilkan dan menyuapi si kembar bergantian. Sesekali Bara melirik ke arah Syafira dan si kembar.
🌼🌼🌼
Setelah acara selesai dan rombongan keluarga Bara pulang. Pun dengan Mia dan Shinta yang langsung ikut pamit pulang. Syafira bergegas masuk ke dalam kamarnya karena lelah.
Syafira duduk di tepi ranjang, di bukanya laci nakas dan diambilnya photonya bersama ayah dan adiknya yang di masukkan dalam sebuah bingkai berwarna putih.
Syafira mengambil photo yang ada di belakang photo tersebut, yaitu photonya waktu berumur sekita tiga atau empat tahun bersama ayah, ibu dan juga adiknya. Di dalam photo tersebut terlihat senyum bahagia di antara mereka. Seperti sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia.
Diusapnya photo tersebut. Tanpa terasa air matanya jatuh menetes di atas photo tersebut.
Syafira segera mengusap air matanya lalu kembali meletakkan photo itu di balik photonya bersama ayah fan adiknya, lalu ia masukkan kembali ke laci.
Syafira membaringkan tubuhnya tanpa mengganti dressnya terlebih dahulu.
"Esok harus lebih baik dan lebih bahagia!" gumamnya sebelum akhirnya matanya terpejam.
🌼🌼🌼
💠 Selamat membaca 🤗🤗 jangan lupa like, komen dan vote seikhlasnya ya ...terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 🤗❤️❤️💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.