NovelToon NovelToon
Wasiat Yang Menyakitkan

Wasiat Yang Menyakitkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Angst / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rani

Enam bulan pernikahan Anindia, badai besar datang menerpa biduk rumah tangganya. Kakak sang suami meninggalkan wasiat sebelum meninggal. Wasiat untuk menjaga anak dan juga istrinya dengan baik. Karena istri dari kakak sang suami adalah menantu kesayangan keluarga suaminya, wasiat itu mereka artikan dengan cara untuk menikahkan suami Nindi dengan si kakak ipar.

Apa yang akan terjadi dengan rumah tangga Nindi karena wasiat ini? Akankah Nindi rela membiarkan suaminya menikah lagi karena wasiat tersebut? Atau, malah memilih untuk melepaskan si suami? Ayok! Ikuti kisah Nindi di sini. Di, Wasiat yang Menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#26

"Ma. Afi pulang ke rumah tadi malam?" Desi dengan wajah gusar melontarkan pertanyaan pada Nisa.

Wanita itu langsung meletakkan gelas tehnya dengan cepat. "Tidak. Kenapa, Des? Dia gak pulang ke rumah lagi?"

Desi langsung mengangguk dengan cepat. "Iya, Ma. Dia gak pulang lagi. Dalam minggu ini, Afi cuma pulang satu kali saja. Aku pikir, dia pulang ke rumah mama."

"Apa? Dia hanya pulang satu kali dalam satu minggu?"

"Hm." Desi mengangguk dengan kesal.

"Anak itu sungguh sangat keterlaluan. Semakin lama, dia semakin menjadi-jadi."

"Kamu tenang saja. Mama akan bicara dengannya nanti."

Desi mengangguk pelan. Hatinya penuh harap. Mungkin, mama mertuanya bisa sedikit membuat Afi berubah. Karena sebelumnya, Afi juga cukup patuh. Pernikahan mereka juga karena kepatuhan Afi pada sang mama dan keluarganya itu.

'Yah. Semoga saja Hanafi masih bisa diajak bicara oleh mamanya. Jika tidak, aku tidak tahu lagi harus bertahan seperti apa. Karena aku sudah cukup lelah dengan pernikahan ini.' Desi bicara dalam hati dengan perasaan kesal.

Awalnya, dia sempat berpikir kalau Afi akan bisa dia taklukan. Terlebih lagi saat Afi dan Nindi sudah bercerai. Lah tapi, kenyataan malah sangat jauh berbeda dari apa yang dia harapkan. Jangankan bisa menaklukan pria itu, malahan, si pria malah semakin menunjukkan sikap ketidakpeduliannya secara terang-terangan.

*

Malam harinya, ternyata Afi juga tidak pulang ke rumah. Dia masih nyaman tinggal di kantor setelah bekerja. Nisa yang menunggu anaknya pulang, terlihat sangat kesal.

"Ma."

"Apa yang ada dalam pikiran kakak mu, Han? Kenapa hari ini juga dia tidak pulang?"

"Mungkin dia pulang ke rumah mbak Desi, Ma." Hana berucap tanpa menoleh. Maklum, dia sedang sangat fokus pada layar ponselnya sekarang.

"Tentu saja tidak, Hana. Mama sudah menghubungi mbak mu. Tapi katanya, Afi juga belum pulang."

"Kalau gitu, mungkin dia nginap di kantor lagi malam ini," jawab Hana enteng.

Jawaban yang langsung menambah rasa kesal dalam hati Nisa. Segera, dia rebut ponsel si anak dengan cepat.

Tentu saja Hana langsung terlihat sangat kesal. "Mama. Apa-apaan sih? Kembalikan!"

"Kamu yang apa-apaan, Hana. Mama bicara dengan mu tapi kamu malah sibuk dengan ponsel. Kamu gak menghargai mama lagi, hm?"

"Apaan sih, Ma? Siapa yang tidak menghargai mama. Aku tetap ngajak mama ngobrol walau sedang sibuk."

"Apa yang kamu sibukkan? Ngelayan sosial media?"

"Ih, nggak. Siapa yang sibuk dengan ... nggak. Maksudku aku, memang sibuk dengan sosial mediaku. Hanya saja, aku sibuk bukan tanpa alasan. Aku ini sudah dewasa, Ma. Sudah waktunya untuk punya pasangan. Mama gak mau, bukan? Anak mama diejek dengan sebutan perawan tua?"

Nisa langsung menatap Hana dengan tatapan serius. Maksud kamu? Kamu, punya pasangan sekarang?"

"Yaelah, Ma. Anak mama gak seburuk itu kali sampai harus gak punya pasangan di usia dewasa seperti sekarang. Tentu saja aku punya. Dan pasangan ku akan datang ke rumah bersama keluarga nya, besok malam."

"Besok malam?"

"Hm. Iya."

Senyum Nisa terkembang lebar. "Bagus kalau begitu. Mama akan siap-siap buat menyambut pasangan mu itu. Dan, ini juga berita bahagia yang akan menjadi alasan untuk bisa meminta kakak kamu pulang ke rumah."

*

Lalu, keesokan harinya. Nisa dengan penuh semangat mengabari Afi untuk menyampaikan berita tersebut. Tanggapan Hanafi tentu saja seperti biasa. Datar tanpa ekspresi.

Sekarang, Hanafi seolah hilang satu perasaan. Yaitu, perasaan bahagia. Dia seolah lupa bagaimana rasa bahagia sejak Nindi berpisah dengan dirinya.

"Afi."

"Iya. Aku pulang. Mama tenang saja. Aku akan pulang malam ini. Ya sudah, sepertinya panggilan harus aku akhiri. Aku sedang punya banyak pekerjaan."

"A-- "

Ucapan Nisa tertahankan. Karena Afi langsung memutuskan sambungan panggilan sesaat setelah selesai berucap. Nisa yang kesal hanya bisa menatap lekat ke arah layar ponselnya. Sungguh, anak tengahnya sangat amat jauh berbeda dari yang sebelumnya.

"Anak ini sungguh sangat mengesalkan. Semakin hari, dia semakin menjadi-jadi."

"Ah, tapi gak papa. Nanti malam, adalah malam yang sangat membahagiakan. Hana akan bawa calonnya ke rumah. Hm ... anak bungsuku sudah sangat dewasa ternyata. Sudah waktunya dia punya keluarga sendiri."

Mata Nisa tanpa sadar berkaca-kaca. Namun, tidak sampai menjatuhkan air mata karena rasa haru yang sedang menyapa hatinya itu.

"Ah, perasaan anak itu belum lama menjadi remaja. Tapi sekarang, malah sudah jadi dewasa. Waktu sangat cepat berlalu."

*

"Pak Roslan. Boleh ... aku ajak Nindi makan di luar malam ini?"

Orang tua itu langsung menghentikan gerak tangannya yang sedang mengisi tanah ke dalam pot bunga. Sesaat terdiam, ayah Nindi langsung menoleh ke samping. Tempat seorang pria yang sedang mengajaknya bicara.

"Mau ajak Anin makan di luar, Sadan?"

"I-- iya, Pak. Rencananya sih gitu kalau diizinkan," ucap Sadan dengan perasaan agak gugup karena takut langsung menerima penolakan dari si yang empunya anak.

Pak Roslan malah langsung mengalihkan pandangannya kembali dari Sadan. Setelahnya, barulah jawaban dia berikan. "Mm ... kenapa tanya aku? Yang ingin kamu ajak keluarkan bukan aku, Sadan."

"Ya ... ya .... " Sadan dengan wajah tidak enaknya terlihat semakin tak nyaman. Tak lupa, dia garuk-garuk kepala bagian belakangnya yang sama sekali tidak terasa gatal sedikitpun dengan satu tangan.

Ayah Nindi tersenyum kecil. Hatinya sedikit terasa geli akan apa yang baru saja Sadan perlihatkan. Wajah gugup yang terlihat dengan sangat jelas. Ternyata, pria konyol yang awalnya seperti tidak punya rasa malu atau tidak punya beban pikiran itu bisa bersikap gugup dan takut juga. Hal itulah yang membuat ayah Nindi merasa sedikit geli hati.

"Yang ingin kamu ajak jalankan anakku. Jadi, bertanyalah langsung padanya. Jika ia ingin pergi, maka aku tentu saja akan mengizinkannya," ucap ayah Nindi pada akhirnya.

Ucapan yang langsung membuat wajah Sadan terlihat cerah seketika. Manik mata bahagia langsung terlihat. "Benarkah, Pak?"

"Iya. Tentu saja."

"Wah. Terima kasih banyak, pak Ros. Saya akan bertanya langsung."

Sadan langsung bangun dari jongkoknya. Dengan langkah bahagia, dia berjalan menuju taman belakang. Tempat di mana Nindi sedang menyibukkan diri dengan tanaman hias yang ada di taman kecil milik ayahnya.

"Yuhu. Yes." Sikap kekanak-kanakan Sadan langsung muncul seketika. Ayah Nindi hanya bisa tersenyum kecil lagi sambil melihat sekilas punggung kurus milik Sadan yang berjalan semakin menjauh meninggalkan dia.

Sadan langsung memperlambat langkah kakinya ketika dia sudah tiba ke taman belakang rumah Nindi. Sesaat kemudian, kakinya berhenti melangkah. Dia tiba-tiba merasa gugup yang membuatnya harus menarik napas perlahan selama beberapa kali.

"Aish. Kenapa dengan hatiku ini?"

"Sadan."

"Astaga!" Sadan malah langsung terkejut karena panggilan dari Nindi barusan.

"Lho? Kaget? Kenapa?"

"Ah, ng-- nggak kok. Tidak. Bukan kaget. Hanya .... "

"Hanya terkejut maksudnya?"

"Iya ... iya .... "

"Sama aja kali, tuan muda. Kaget dengan terkejut kan artinya sama saja."

"Eh ... nggak kok. Eh, tapi iya. Sama."

Nindi langsung tersenyum geli sambil menggelengkan kepalanya pelan. Sungguh, yang sedang dia hadapi sepertinya bukan orang dewasa. Melainkan, anak-anak.

1
yuni ati
Mantap/Good/
Jumiah
bs jd itu lain anakx ali suamix ..
anak selingkuhan desy..
Jumiah
ntt desy selingkuh hamil baru tau rasa mm x afi...
Jumiah
nindi ajukan sdh gugat ceremu ...
kmu pasti bisa melewatix ,ad x
dukungan ayah mu nin...
sdh gk layak dipertahan kan rmh tangga mu nin...
Jumiah
anin pergilah sejauh mungkin ...
tinggalkan afi .sdh gk ad yg pantas
pertahan kan ,jangan paksakan untuk
melewati kerikil2 itu ...
Jumiah
nindi kmu hrus tegas jangau mau di dua kan ..
Jumiah
gk usag banyak gaya afi klo memang mau nikah lg cerekan dulu nindi...
semoga pd menyesal ntt x setelah pisah sma nindi...biar tau rasa
Patrick Khan
.emak km sukses bikin mental afi down... desi km gk sadar afi gk doyan km😏😏😏
Lee Mbaa Young
Semoga cpt cerai, kl pun hanafi gk bisa balik lagi ma mantan semoga dpt wanita yg baik gk kayak Desi.
Lee Mbaa Young
Lah pelakor merusak rumah tangga orang kok mau bhgia. mimpi saja kau.
itu karma mu.desi enak kan, dah rahim rusak gk bisa punya anak pelakor lagi. iuhh amit amit.
mnikah diatas derita wanita lain kok mau bhgia, nyadar lah kau itu pelakor.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
.akhir nya nenek lampir ketauan jg kan😏😏belom tau busuk nya desi km nek lampir..
Lee Mbaa Young
eh laporkan dokter nya ke polisi krn mau mmbuat laporan palsu.
Lee Mbaa Young
Semoga nnti beneran sakit parah tu tua bangka.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
aku suka😍😍😍
Patrick Khan
.kak anin apa nindi si.. typo ya.. 🙏😁😁anindia kadang anin kadang nindi ..
Patrick Khan: ayo up lg aja kak..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!