Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Yakin di santet
"Ada yang menyantet ku, aku tidak mau pergi ke dokter!" teriak Karto saat pagi datang dan sudah berapa banyak nanah yang keluar.
Semua orang jadi saling pandang karena Karto malah bilang di santet olah seseorang, dokter juga melongo dan mereka pasti nya tidak percaya akan hal seperti itu karena mereka punya pengetahuan soal medis yang cukup kuat dan ampuh selama kerja di rumah sakit.
Malah sekarang pasien nya berteriak kena santet dan itu membuat suster yang ada di sana mendelik kaget, sebagian ada yang percaya karena ini masih kampung sehingga banyak orang yang menggunakan hal seperti itu saat sedang sakit hati atau ingin menyakiti orang tanpa harus menyentuh dengan tangan sendiri.
Respon anak anak pun berbeda karena lima orang sudah pasti dengan lima pemikiran pula, belum lagi dengan para menantu yang kadang kala malah hanya memperkeruh suasana saja. tipe seperti Selia yang hanya akan membuat rusuh keadaan, merasa dia paling benar dan tua sehingga adik adik yang lain harus tunduk pada dia.
Dengan Yuni yang paling tidak cocok karena sifat dingin adik ipar nya itu, apa lagi kan Selia dengan Maura akur lalu mereka kerap juga mengejek Yuni yang dulu naksir Amir tapi malah dapat Razi sehingga hal itu lah yang sering jadi bahan ejekan oleh mereka semua.
"Ridwan, dengarkan Bapak! Bapak tidak akan sembuh ada di sini, cari saja dukun yang bisa mengobati." Karto memanggil putra pertama nya.
"Pak, kita baru beberapa jam di rumah sakit dan hasil lab Bapak juga belum keluar." jelas Ridwan mendekati walau bau nya luar biasa.
"Aku tidak mungkin sembuh di sini, ada yang menyantet aku!" kekeh Karto yang tidak mau sabar.
"Siapa yang menyantet Bapak? Bapak sakit begini karena selalu selingkuh dan berhubungan dengan banyak wanita!" sengit Alan sudah naik darah.
"Coba saja Bapak setia dengan Ibu maka Bapak tidak akan kena penyakit mematikan begini." imbuh Malik juga membuat Jena yang ada di samping jadi terdiam.
Sebab Jena bisa di bilang salah satu selingkuhan nya Karto, jadi mungkin saja nanti Jena akan tertular penyakit yang amat mematikan ini. sebelum nya Jena tidak ada penyakit itu, sebab saat masih jadi wanita malah dia selalu rajin cek ke dokter sehingga kesehatan nya benar benar terjaga dengan baik.
Sudah jelas kalau yang menulari HIV bukan lah Jena, bisa jadi nanti Jena akan tertular dengan Karto. mungkin saja selama ini salah satu kekasih nya Karto sudah ada yang kena penyakit tersebut, sekarang malah Karto yang harus menderita dengan rasa sakit amat sangat luar biasa sekali.
"Aku tidak mau di sini, aku mau pulang saja!" teriak Karto dengan tangan terikat.
"Ya Allah, Pak. istigfar lah, memohon pada Allah agar di ringan kan sakit nya!" ujar Ridwan.
"Sakiiittt..aku mau kedukun saja, aku tidak mau di sini!" jerit Karto yang berusaha untuk berontak lepas.
"Bapak jangan seperti itu, nanti tenaga nya habis dan malah tambah sakit." Amir mengelus tangan Bapak nya.
"Tolong Bapak, Mir! mereka tidak mau pergi ke dukun, ayo lah tolong Bapak." Karto menatap putra kedua nya dengan harapan yang amat besar.
"Kau jangan sekali kali mau setuju ya, Bapak sakit tidak ada hubungan nya dengan dukun!" tegas Ridwan menatap adik nya.
Amir mengangguk pelan karena dia juga tidak mungkin mau asal bawa saja tanpa persetujuan dari saudara yang lain, nanti yang ada malah dia kena amuk juga sehingga bahaya untuk diri nya. toh sudah jelas ini memang HIV, jadi mana mungkin mau berobat nya ke dukun.
Selia bangun menarik tangan Jena untuk keluar dulu dari rumah sakit, sebisa mungkin Jena mengikuti nya karena sebentar lagi dia juga mau pulang. tadi sudah gagal mau pulang karena Karto yang teriak histeris sehingga mau tak mau Malik kembali berjaga, karena tidak tega mau meninggalkan Bapak nya.
"Kau yang punya penyakit itu kan? Bapak pasti tertular kau!" tuding Selia saat mereka berdua di taman.
"Tidak, Mbak! aku sudah cek semua nya dan aku sehat." elak Jena.
"Mana mungkin lah tidak, kau saja mantan pelacur dan sekarang mertua mu juga kau embat." Selia tetap tidak percaya.
"Kalau Mbak tidak percaya, maka saat pulang nanti akan ku tunjukan riwayat medis ku." tantang Jena.
"Oh ya, tapi fakta nya Bapak langsung sakit usai tidur dengan mu! bagai mana kalau sampai ku katakan pada semua yang ada di sana?" tawar Selia menyeringai sehingga Jena ketakutan.
"Mbak tolong lah jangan begini, aku terpaksa melakukan itu semua agar bisa pindah dari rumah seperti Julia." Jena memelas pada Selia.
"Apa kau menuduh Julia melakukan hal yang sama dengan mu?" alis Selia mencuat keatas.
"Aku tidak tau kalau soal itu, tapi Mbak merasa aneh tidak saat dia tiba tiba saja bisa pindah dari rumah dan itu Bapak yang menyuruh nya." Jena berusaha membuat Selia curiga dengan Julia.
Dengan begitu dia akan aman dan untuk sementara Selia akan fokus dulu mencari tau soal fakta itu, walau belum tentu benar tapi rasa nya Jena yakin sekali bahwa Karto pasti mencicipi Julia juga untuk memuaskan nafsu nya. tidak mungkin dia secara suka rela mau menyuruh Julia pergi, sedangkan dia saja harus di tunggangi sebanyak lima kali.
"Jena, ayo kita pulang dulu." Malik keluar dari ruangan dan menemui istri nya di taman.
"Iya, Mas. Saka sudah pasti menangis lah ini." Jena ingat anak nya.
"Sudah tidak usah di bahas begitu, nanti Ibu malah marah." Malik tidak ingin mereka bertengkar.
"Ah memang selama ini kau bisa nya menyuruh aku diam saja, mau orang lain menginjak kepala ku pun pasti aku kau suruh diam!" ketus Jena.
"Lalu kamu bisa mengatasi nya bila semua sudah runyam, pikirkan aku juga yang harus ada di tengah tengah kalian." Malik malah terbawa emosi.
Jena membuang muka karena rasa nya memang cuma dia saja yang di salahkan bila ada apa apa, Amir sama sekali tidak peduli dan dia memang selalu di suruh mengalah. mengalah dari mertua dan juga Kakak ipar nya, sedih juga hati wanita ini.
"Ya sudah lah mau bagai mana lagi, suami ku juga tidak bisa bersikap tegas." ujar Jena lirih.
Malik menarik nafas panjang dan cuma diam saja tanpa menjawab ucapan Jena lagi, nanti yang ada mereka akan terus bertengkar satu sama lain dan ujung ujung nya tidak sapaan. sedangkan saat ini kondisi sedang tidak baik baik saja, mana mungkin mereka malah mau ribut.
Selamat pagi, mari mengawali hari dengan baca cerita Novita Jungkook ya. mohon kalau yang punya apk lain, misal nya ada melihat cerita yang sama tolong kasih tau othor ya.
lanjut thor
lanjut thor 🙏