NovelToon NovelToon
Mantan Terindah

Mantan Terindah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:30.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Menikah sekali seumur hidup hingga sesurga menjadi impian untuk setiap orang. Tapi karena berawal dari perjodohan, semua itu hanya sebatas impian bagi Maryam.
Di hari pertama pernikahannya, Maryam dan Ibrahim telah sepakat untuk menjalani pernikahan ini selama setahun. Bukan tanpa alasan Maryam mengajukan hal itu, dia sadar diri jika kehadirannya sebagai istri bagi seorang Ibrahim jauh dari kata dikehendaki.
Maryam dapat melihat ketidaknyamanan yang dialami Ibrahim menikah dengannya. Oleh karena itu, sebelum semuanya lebih jauh, Inayah mengajukan agar mereka bertahan untuk satu tahun ke depan dalam pernikahan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka selanjutnya?
Ikuti kisah Maryam dan Ibra di novel terbaru "Mantan Terindah".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ujian Cinta

Senin ketiga, tepat pukul lima sore, langit masih menggantung mendung. Hujan baru reda, menyisakan aroma tanah dan rintik yang menempel di kaca-kaca gedung yang berdiri megah itu.

Ibra berdiri menunggu seperti biasa, tanpa harap yang tinggi, tapi dengan keyakinan yang tak ia bawa ketika masih bersamanya dulu.

Lalu, langkah itu terdengar. Pelan, ringan, tapi cukup membuat detak jantungnya berpacu lebih cepat.

Maryam datang. Tanpa senyum, tanpa salam. Hanya suara tenang yang menyayat.

"Lima menit. Gunakan dengan bijak." Ibra menarik napas, lalu menatap mata itu. Mata yang pernah menangis karenanya. Suasana sore itu tidak terlalu ramai, hingga keberadaan mereka berdua tidak terlalu

"Aku tahu aku nggak punya hak lagi untuk berdiri di hadapanmu. Tapi aku datang bukan untuk menuntut. Aku hanya ingin bilang, semua hal yang kamu tinggalkan... masih tinggal di aku." Ibra langsung pada tujuan utama, mengungkapkan apa yang mengganjal di hatinya selama ini. Dia tidak mau menyia-nyiakan waktu lima menit berharganya.

Maryam tetap tenang.

"Sudah berapa banyak kata maaf kamu sampaikan?" aku dan kamu kini menjadi sapaan yang yang digunakan Maryam teehadap Ibra.

"Banyak. Tapi belum ada yang sampai padamu. Makanya aku berdiri di sini sekarang." lirih, suara yang mengandung penyesalan yang mendalam.

Maryam menunduk sejenak.

"Aku bukan perempuan yang sama seperti dulu. Aku sudah cukup luka. Kamu tahu, sakitnya bukan karena kamu melepaskanku begitu saja, tapi karena kamu tidak pernah benar-benar hadir saat aku masih bertahan."

Ibra menelan ludah, menahan getir.

"Itu kesalahan terbesarku. Dan aku nggak akan minta kamu percaya dengan kata-kata. Tapi beri aku kesempatan untuk membuktikan semuanya." Ibra tidak menyerah, selama sisa waktu yang tersedia dia akan berusaha meyakinkan mantan istrinya itu.

Maryam menatap jam tangannya.

"Waktu kamu habis."

Tanpa menunggu balasan Ibra, ia berbalik. Tapi sebelum benar-benar pergi, ia berkata pelan, "Kalau kamu yakin cinta itu masih ada… buktikan, bukan hanya ke aku. Tapi ke dirimu sendiri, kalau kamu layak." tegas Maryam, tak ada senyum, ekspresi wajahnya datar namun kalimat itu berhasil membuat dada Ibra berbunga seketika. Ada harapan, batinnya

Hari-hari berikutnya, Ibra makin giat. Ia menyusun kembali hidupnya dari dasar. Bisnisnya ditata ulang. Ia mulai mendanai program pelatihan gratis untuk perempuan muda yang ingin berwirausaha, terinspirasi dari perjuangan Maryam. Ia turun langsung, bukan lagi dari balik nama perusahaan.

Setiap kegiatan selalu mengusung nilai mandiri, bermartabat, dan jujur. Nilai yang dulu dia remehkan saat Maryam memperjuangkan rumah tangga mereka.

Dan suatu sore, Maryam menghubunginya lewat email singkat.

“Jika kamu yakin masih mencintaiku, aku punya satu syarat. Satu ujian. Jika kamu lulus, kita bisa bicara lebih dari lima menit.”

Sebuah senyuman terukir di wajah tampannya, Ibra optimis, tidak ada usaha yang sia-sia selama dia bersungguh-sungguh.

Ujian itu datang dalam bentuk yang tidak sederhana. Maryam memintanya mengikuti program pengembangan komunitas wirausaha perempuan di pelosok selama dua bulan, tanpa fasilitas khusus, tanpa bantuan tim. Dia harus menjadi bagian dari masyarakat—hidup sederhana, mengajar, dan mendengar.

Ibra tidak mundur. Dia antusias menerima tantangan mantan istrinya itu. Sahabat-sahabatnya bahkan sampai geleng-geleng kepala melihat semangat Ibra menyiapkan segala hal untuk persiapan mengikuti kegiatan itu.

Dua bulan penuh ia habiskan di desa kecil di daerah Sulawesi. Ia tidur di rumah panggung, makan seadanya, dan berinteraksi dengan ibu-ibu muda yang ingin mandiri. Ia mengajar cara mengelola bisnis kecil, membantu membuka akses pemasaran digital, bahkan ikut menjemur hasil produksi batik saat hujan mengguyur.

Semua urusan pekerjaannya dia serahkan pada asistennya. Sang Papa bahkan kembali turun tangan untuk mengurusi kembali perusahaan selama ditinggal oleh putranya.

"Semoga usaha Ibra gak sia-sia ya Pa." Mama Ibra berdo'a dengan penuh harap.

"Percayalah Ma, apa yang tengah dilakukan Ibra adalah untuk kebaikannya sendiri."

"Iya Pa." Mama Ibra mengusap sudut matanya yang basah, keduanya baru saja mengantarkan Ibra menuju tempat pelatihan gang akan diikutinya.

Setiap malam, ia menulis jurnal. Bukan untuk publikasi. Tapi untuk mengungkapkan isi hatinya berupa kerinduan pada membuncah.

"Aku tidak tahu apakah aku akan lulus ujianmu. Tapi setiap hari di sini aku belajar hal yang selama ini aku abaikan. Aku melihat kamu di wajah-wajah ibu-ibu itu. Penuh tekad. Penuh luka. Tapi tetap berdiri. Aku mulai mengerti kenapa kamu bisa mencintaiku dulu—karena kamu selalu melihat lebih dari sekadar tampilan luar."

Plak ...

Ibra menepuk lengannya yang gatal karena gigitan nyamuk.

Sementara itu, di kota, Tasya yang baru mengetahui jika Ibra pergi, tak tinggal diam. Ia mulai menyebarkan kabar bahwa Ibra akan kembali padanya, bahwa Maryam hanya 'transit' dalam hidup Ibra. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu, logikanya seakan hilang. Karena cinta yang buta dan membutakan dia tidak memikirkan dampak panjang dari perbuatannya.

Lebih parah lagi, Tasya pernah menghubungi Maryam secara langsung.

“Aku harap kamu faham jika perpisahan antara kalian adalah untuk kembali menyatukan kami." ucapnya dengan suara dingin melalui panggilan telepon.

Maryam tak menanggapi panjang.

Ia hanya menjawab, "Yang kuperjuangkan bukan laki-laki yang mudah kembali ke masa lalunya. Kalau Ibra masih bisa dibelokkan, maka itu artinya aku sudah selesai."

Namun jauh di dalam hati, Maryam merasa goyah. Takut. Luka lama kembali menyayat.

Dua bulan kemudian, Ibra kembali ke Bandung. Tubuhnya lebih kurus, kulitnya lebih gelap, tapi tatapannya tenang. Ia langsung menemui Maryam di butiknya, membawa jurnal yang ditulis tangan.

“Satu-satunya warisan yang bisa aku kasih sekarang adalah versi terbaik dari diriku. Dan kamu berhak menentukan, apakah itu cukup?.”

Maryam tak langsung membaca. Ia hanya bertanya,

“Kalau Tasya datang lagi besok, dengan segala hal yang dia punya—harta, masa lalu, kecocokan pikiran—apa kamu yakin tak akan tergoda?”

Ibra menatapnya, mantap.

“Dulu aku mencintai dia karena mungkin aku tidak menyadari masih wda rasa yang belum selesai. Tapi kamu... kamu mengajarkanku mencintai dengan sadar. Dan cinta yang sadar... tak akan pernah berpaling, bahkan ketika masa lalu mengetuk pintu.”

Hening. Angin sore menerpa wajah keduanya yang kini tengah berdiri berdua di rooptop gedung mall XX itu.

“Kalau begitu,” berkata pelan, “tunggu aku sampai aku selesai wisuda S2. Setelah itu… kita bisa bicara lebih dari lima menit.”balas Maryam mantap.Setelah selam dua bulan ini memohon petunjuk pada Sang Penggenggam Hati, Maryam merasa hatinya mulai melunak dan terbersit untuk membuka hati.

Ibra tersenyum, dan untuk pertama kalinya, matanya berkaca-kaca. Ia tahu, jalan ini belum selesai. Tapi kali ini, ia tak berjalan sendiri.

Ia sudah diterima kembali… meski baru di ambang pintu.

Perihal akhirnya Maryam akan luluh dan menerimanya kembali atau sebaliknya biarlah itu masih menjadi rahasia Sang Khaliq.

1
skyvanita iriani
alur ceritanya enak dibaca.semangat terus thor..
Suhainah Haris
sepertinya mas Ibra harus usaha lebih keras kalau mau Iam kembali,
Uthie
Wadduuhhhh... sepertinya antara menyongsong cinta masa depan aja niiii daripada cinta masa lalu 😂😂
Ibra siap-siap patah hatii seperti nya....

semoga up nya gak lama-lama lagi yaa Thor 🤩🤩🤩🙏🙏🙏
dyah EkaPratiwi
siapa yg akhirnya dipilih maryam?
Rabiatul Addawiyah
Masih ragu terus ya Maryam dgn Cinta Ibra sekarang ini😁
Uthie
Mana Up nya lagiiii 🙏🙏🙏🙏😢
Uthie
Mana lagiii niii kelanjutannya 🤩🤩🤩🙏🙏
Anonymous
bab ini kalimat2nya dalem banget...
Rabiatul Addawiyah
Banyak Typo utk nama pemeran di novel ini thor 😀
Lailatus Sakinah: maafkan belum selesai edit kakak.
total 1 replies
Adiba Shakila Atmarini
lnjut..
Uthie
Cerita yg bisa bikin emosi... terharu... dan memotivasi bacanya 👍👍👍👍👍
Uthie
Lanjjjjuuuuttttttt dongggg 🤩🤩🤩🙏🙏✌️
Mutiara Nisak
aq kok jd bingung sendiri y,sebenernya yg lg curhat k langit itu siapa y,raka apa si ibra...trs yg jd 7 an curhat itu nayla apa si iam..../Hey//Hey/
Lailatus Sakinah: hhe ...maafkan belum selesai edit kakak.
adelina rossa: sama kak ....pas baca binggung juga nih 😭
total 2 replies
Mawar
lnjut kak namanya jngn diubah2 kak jd bingung kdng2.
Lailatus Sakinah: siap kakak
total 1 replies
Uthie
nyebelin 😡😡
Uthie
pingin nangis jadinya dehhh 😭
Rabiatul Addawiyah
Semua ikut skenario yg sdh Allaah tetapkan saja yaaaa 😍
Mawar
lnjut kak mkin kesini aq mkin deg2an😴
Uthie
diihhh...gak punya malu 🤨🤨😡

percuma punya gelar $2, tapi kelakuan malah jadi seorang Pelakor 😡😡
Uthie
dengerin tuhhh nasihatnya!!! 🤨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!