NovelToon NovelToon
Mantan Terindah

Mantan Terindah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Menikah sekali seumur hidup hingga sesurga menjadi impian untuk setiap orang. Tapi karena berawal dari perjodohan, semua itu hanya sebatas impian bagi Maryam.
Di hari pertama pernikahannya, Maryam dan Ibrahim telah sepakat untuk menjalani pernikahan ini selama setahun. Bukan tanpa alasan Maryam mengajukan hal itu, dia sadar diri jika kehadirannya sebagai istri bagi seorang Ibrahim jauh dari kata dikehendaki.
Maryam dapat melihat ketidaknyamanan yang dialami Ibrahim menikah dengannya. Oleh karena itu, sebelum semuanya lebih jauh, Inayah mengajukan agar mereka bertahan untuk satu tahun ke depan dalam pernikahan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka selanjutnya?
Ikuti kisah Maryam dan Ibra di novel terbaru "Mantan Terindah".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mantan Terindah

"Maafkan Abah." tanpa di duga, Abah beringsut mendekati putri bungsunya yang tengah tergugu dalam tangis.

Diraihnya tubuh putri bungsu yang kini telah tumbuh dewasa itu dan dipeluknya erat.

Maryam yang sempat terhenyak kemudian membalas pelukan Abah dengan tak kalah erat. Dia tumpahkan semua sesak di dadanya lewat tangis di sada lelaki yang menjadi cinta pertamanya itu.

"Maafkan Abah." berulang kali, hanya itu yang diucapkan Abah disela-sela tangisnya. Perasaan bersalah Abah karena telah memaksakan perjodohan ini semakin menggunung kala mendengar setiap kata yang terucap dari bibir putri bungsunya itu. Bukan kemarahan atas kegagalan rumah tangga putri bungsunya namun kekhawatiran akan sang putri dan perasaan gagal menjaga putri bungsunya yang tengah Abah rasakan saat ini.

Kini, bukan hanya Maryam, Abah dan Ambu yang menangis dengan saling memeluk kedua kakak Maryam pun tak kalah tersedu menangisi nasib adik bungsu kebanggaan mereka.

"Jangan takut, pulanglah. Ada Abah dan Ambu di sini yang menunggu dan akan selalu melindungimu. " ucap Abah, beliau tak lagi membahas perihal alasan rencana perpisahan putrinya dengan putra sahabatnya. Apapun keputusan Maryam, Abah dan Ambu akan menjadi tempat pulang dan berlindung untuk putrinya.

"Terima kasih, Abah, Terima kasih, Ambu." Maryam kembali memeluk keduanya erat.

"Teteh juga mendukung apapun keputusanmu, Dek. Jangan cemaskan apapun." Kedua kakak Maryam beringsut mendekati sang adik dan mereka pun saling berpelukan sambil menangis.

Kumandang adzan isya bertepatan dengan deru mesin mobil uang berhenti di halaman rumah kedua orang tua Maryam.

Ibra memarkirkan mobilnya dan terburu-buru keluar. Sejak membaca pesan dari istrinya pikirannya sudah sangat kalut. Bahkan di perjalanan beberapa kali mobilnya oleng karena tidak fokus.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam." Aisyah, kakak kedua Maryam yang membuka pintu dan mempersilakan Ibra untuk masuk.

Pertama memasuki rumah mertuanya, suasana yang dirasakan Ibra sudah berbeda dengan ketika dia berkunjung dulu ke rumah ini.

"Teh, sehat?" Ibra mengulurkan tangannya pada Aisyah dan Aisyah hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada, Ibra lupa dengan cara bersalaman kedua kakak iparnya.

"Alhamdulillah, silakan duduk. Anah sedang ke Mesjid, tunggulah. Mau kopi?"

"Tidak usah Teh, terima kasih."

"Baiklah."

"Eumhh ...Teh." Ibra mencegah kepergian Aisyah yang akan masuk ke ruang tengah.

"Ya?!" Aisyah pun menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap adik iparnya itu.

"Maryam dimana?"

"Ada di kamarnya, sebentar saya panggilkan."

"Gak apa-apa Teh, saya saja yang menemui Maryam di kamarnya." Ibra bersikap seperti biasanya, dia adalah menantu keluarga ini dan tentunya hal yang biasa ketika datang langsung ke kamar istrinya.

"Tapi tadi Iam pesan kalau kamu datang suruh panggil dia, jadi kamu tunggu saja di sini."

Deg

Ibra merasakan sesuatu yang tidak nyaman, sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan istrinya.

Hampir sepuluh menit menunggu ditemani segelas air putih di hadapannya Ibra sedikit tersentak saat mendengar ucapan salam dari Abah yang sudah kembali dari Masjid.

"Abah ..." Ibra mengulurkan tangannya untuk menyalami mertuanya itu selepas menjawab salam.

"Sehat?" tanya Abah singkat, beliau langsung duduk di sofa tunggal yang ada di samping sofa yang diduduki Ibra saat ini.

"Alhamdulillah Abah, Abah bagaimana kabarnya? Maaf Ibra baru sempat datang ke sini, di perusahaan ada musibah jadi setelah lebaran sibuk dengan pekerjaan yang harus segera diselesaikan." Abah mengangguk anggukan kepalanya mendengar penjelasan sang menantu.

"Mama dan Papa juga mohon maaf belum sempat datang karena paman, adik Papa yang bungsu meninggal di Yogya."

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." Abah mulai bersuara, dia turut berduka atas kepergian adik dari sahabatnya itu. Sedikit banyak Abah tahu tentang keluarga sahabat yang menjadi besan dan sebentar lagi akan menjadi mantan besannya itu.

"Abah, saya ..."

"Maryam sudah menceritakan semuanya." Ibra mengernyit, detak jantungnya tiba-tiba meningkat. Dia berusaha menerka apa gerangan yang dimaksud Abah.

"Sebelumnya Abah mohon maaf karena menerima begitu saja permintaan papamu untuk menikahkan mu dengan putri Abah." Abah menjeda ucapannya, ada sesuatu yang tertahan di tenggorokannya.

"Huft ..." Abah menghembuskan nafas, bersiap melanjutkan ucapannya. Sementara Ibra masih belum mampu bersuara, dengan dada yang berdegup kencang dia masih menerka-nerka kemana arah pembicaraan mertuanya.

"Khadijah, panggil Maryam." ucap Abah dengan Intonasi sedikit meninggi, beliau tahu kedua putri dan istrinya sedang berada di ruang tengah dan menguping pembicaraan mereka.

"Iya Abah."

"Maryam!"seru Ibra seketika berdiri daei tempatnya duduk, istri yang beberapa hari dia tinggalkan kini berdiri di hadapannya dengan raut wajah yang berbeda dari sebelum dia pergi. Ada sejumput kerinduan di hatinya, hal yang selama ini selalu dia abaikan.

"Assalamu'alaikum Kang." Maryam menyalami suami dan mencium punggung tangannya dengan takzim. Semua itu tak lepas dari tatapan semua anggota keluarganya. Mereka bersyukur walau pun mengetahui jika suaminya tidak menyimpan cinta di hatinya untuk Maryam tetapi Maryam tetap bisa berperilaku baik sebagai istri.

"Wa'alaikumsalam, sayang. Maaf."balas Ibra dia meraih kepala istrinya dan mengecup keningnya. Seketika hal itu membuat Abah, Ambu dan kedua kakak Maryam saling tatap.

Ketiganya duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Abah sengaja menghadirkan Maryam agar putrinya sendiri yang berbicara mengenai keputusannya.

"Akang, aku sudah bicara sama Abah." Ibra menyimak dengan wajah cemas.

"Besok tanggal 10 Syawal, tepat pernikahan kita satu tahun. Dan sebagaimana pembicaraan kita di tanggal yang sama setahun yang lalu kita akan berpisah secara baik baik."

"Sayang ..." Ibra langsung menegakkan tubuhnya, dia tidak menyangka Maryam akan melakukan apa yang pernah menjadi rencana mereka dulu.

"Abah dan semua anggota keluargaku sudah merestui. Pesan Abah, kita dipertemukan dengan cara yang baik, maka kalaupun mau berpisah mari kita berpisah dengan cara yang baik pula.

"Abah, aku mohon izin untuk berbicara dengan istriku berdua." Ibra sudah tidak bisa menahan diri lagi, dia kira rencana setahun yang lalu itu hanya akan menjadi sebatas rencana, dia merasa selama ini mereka menjalani rumah tangga baik-baik saja. Tidak habis pikir kenapa tiba-tiba Maryam mengungkit hal itu lagi.

"Silakan." jawab Abah, beliau menatap sang putri dengan penuh kelembutan.

"Ada apa ini sebenarnya? Kenapa tiba-tiba kamu membicarakan ini pada Abah? Aku pikir selama ini kita sudah menjalani rumah tangga kita dengan selayaknya." Ibra berlutut di hadapan Maryam yang duduk di sisi tempat tidurnya. Digenggamnya erat kedua tangan istrinya itu.

"Bukankah ini yang Akang inginkan?"

"Maksud kamu apa?"

"Setelah kita resmi berpisah, Akang bisa menikah dengan Tasya."

"Tasya? Kenapa jadi membahas Tasya."

"Karena dia yang membuat aku mantap merealisasikan rencana ini."

"Tasya hanya temanku, Maryam." elak Ibra frustasi.

"Tapi sejatinya, tidak ada pertemanan di antara laki-laki dan perempuan Akang. Apalagi Akang dan Tasya pernah saling mencintai bahkan mungkin sampai sekarang. Makanya Akang tidak tega untuk tidak mengiyakan apapun perkataannya, untuk menolak permintaan tolongnya dan apapun itu menyangkut Tasya Akang akan lakukan, akan Akang penuhi semampu Akang. Begitu kan?"

"A ...ku ...aku hanya kasihan sama dia."

"Tapi Akang sudah menyakiti aku, istri Akang. Akang tidak pernah bicara kalau Akang sudah bersama Tasya. Akang lupa untuk menjemput aku padahal pagi-pagi sudah janji karena akang harus menemani Tasya ke rumah sakit menjenguk saudaranya, Akang juga buru-buru pergi setelah mengantarkan aku ke travel karena harus menemui Tasya, dan kemarin hari dimana Akang izin untuk menyelesaikan masalah perusahaan ternyata Akang menemani Tasya di rumah sakit, Akang bilang gak sama aku? Akang izin gak sama aku? kenapa? Takut aku tersinggung? Takut menyakitiku? Takut aku marah?" Ibra perlahan menganggukan kepala di tengah keterkejutannya, bagaimana bisa istrinya itu mengetahui setiap kebersamaannya dengan Tasya.

Selama ini Ibra memilih tidak jujur karena memang tidak ingin Maryam salah faham. Dia melakukan semua itu semata-mata hanya karena pertemanan di antara mereka.

"Jadi mari kita berpisah, setelahnya Akang bebas mau melakukan apapun dengan Tasya, mantan kekasih Akang, halalkanlah dia. Dan selanjutnya status mantan akan beralih pada kita, aku ikhlas."

"Mantan terindah." pungkas Maryam lirih.

1
adelina rossa
belum ngedip mata udah selesai aja bacanya kak..penasaran sama ibra mau ngomong apa lagi dia....pokoknya maryam harus bahagia...lanjut kak
Mutiara Nisak
aduuhh....
makin nyut2tan hati ini,gmn ibra perasaan mu stlh tau semua yg kau lakukan tak dpt d sembunyikan dr istri,krn perasaan istri itu sangat peka.....
dyah EkaPratiwi
kog sakit nya mpe sini kak, Ibra jahat banget
Naya
jug gera balik maneh ibra aing mah ges teu kuat hayang nalapung🤾
maryam semangat😭💪
Mawar
suka sama krkter maryam, tp klw bs jngn pisah kak buat ja siibra bucin hbis.lnjut kak 👍
Adiba Shakila Atmarini
iya thor dikit bangt..bacanya sambil deg degan lagi..maaf ya thor..🙏
Nenny
👍
Suci Dava
kok terasa sedikit yaa thor bacanya 🙏, jngn lama2 yaa thor update nya
Mawar
nyesek banget..😢
adelina rossa
saya dukung maryam kak...sebagai perempuan kita harus punya sikap jangan mau disepelekan sama ibra...kalau ibra ga bisa lepas dari tasya mending kamu yang melepaskan diri...lanjut kak
Nie
beneran sesek bacanya .... 😭😭
Khadijah Nafisah
apa kah hati 😁
Naya
😭😭 bahagia lah maryam
dyah EkaPratiwi
yg kuat Maryam
Mutiara Nisak
beneran nyesek lho,saat semua tau kebenaran rumah tangga anak serta adek mereka,tp....untung aja si ibra blm dtg saat iam menjelaskan semua nya,andai ada ibra...bs2 si ibra nutupin kelakuan nya dan iam makin tersakiti...semoga aja keluarga nya terutama ortunya g smpk emosi tingkat tinggi saat ibra dtg nanti....
Adiba Shakila Atmarini
lanjut thor..🥲🥲
Suci Dava
Bagus Maryam, cepat ambil sikap, apapun alasannya PERSELINGKUHAN tdk di benarkan, apalagi Ibra orang paham agama.
Fitri Yani
/Sob/lanjut baba LG thor
Adiba Shakila Atmarini
makin kesini makin jadi ni ulat keket..ibra mah g tegas..jangan bilang k2nya mau d miliki..ogah iam..
Mawar
lnjut kak mkin seru aja..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!