Di jebak oleh sahabatnya sendiri?
Setelah melewati malam panas dengan Jenderal Hang, Jie Xieye mengandung anak dari suami sahabatnya sendiri —Hang Tianyu.
***
Tak kunjung hamil, membuat Le Chieli frustasi, karena selalu mendapat tekanan dari keluarga Hang. Hingga, kemudian ia menjebak suami dan sahabatnya sendiri.
Namun, yang tidak Le Chieli ketahui, jika dia telah menghancurkan kehidupan sahabatnya.
Ini bukan hanya tentang menjadi selir terabaikan, tapi juga tentang cinta dari musuh suaminya.
Lantas, bagaimana kehidupan Jie Xieye sebagai selir tak di anggap?
Follow akun Author.
ig: bella_bungloon
fb : XCheryy Bella
TIDAK SUKA BISA DI SKIP YA KAKAK-KAKAK ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bella Bungloon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 001
Malam itu langit tidak berawan. Bulan menggantung tepat di tengah, cahayanya dingin menyelinap masuk melalui kisi-kisi jendela, menyorot sebuah dosa yang belum sempat diberi nama.
Paviliun Luozhe, tempat tinggal Jenderal Agung Hang Tianyu, asap dupa mengepul lembut memenuhi ruangan, meski terlihat tenang di luar, tapi sesuatu yang besar terjadi di dalam.
Di ruang utama, piring-piring porselen dan cangkir-cangkir berserakan di atas meja besar, ada juga yang jatuh berserakan di lantai giok. Di antara pecahan itu, tampak beberapa kue beras kecil tergeletak acak-acakan.
Dan di dalam kamar sang Jenderal, terdengar suara napas yang memburu, bercampur dengan desahan tertahan. Serta suara tubuh yang saling bergesekan.
Hang... Hang...
Ahh~
Di dalam sana, seorang perempuan merintih, tubuhnya mengejang. Jemarinya mencengkeram seprai putih yang telah kusut, rambut panjangnya menjuntai ke bahu. mata beningnya setengah tertutup. Dan tubuhnya bergerak mengikuti ritme yang tidak pernah ia inginkan.
"Apa yang terjadi!?" Manik bening wanita itu setengah terbuka, dengan sisa kesadarannya, ia berusaha menangkap apa yang sedang terjadi. Tubuhnya terasa panas dan tak terkendali, dan dengan samar, ia melihat sosok di hadapannya, di atas tubuhnya!
"T-tidak— Ahh!!"
Perempuan itu berusaha mendorong tubuh pria di atasnya, namun tangannya justru di tangkap dan di letakkan di atas kepalanya.
Jie Xieye, perempuan yang masih memiliki sisa kesadaran mencoba berontak, tapi bau dan asap dupa yang terendus inderanya, entah mengapa membuatnya bergairah dan panas.
"Ini tidak benar... Dupa ini...."
Suasana kamar yang remang dan hanya disinari lampu minyak di sudut ruangan, tubuh kekar Hang Tianyu menin dih tubuh wanita di bawah kukungan nya.
Nafasnya memburu, wajahnya memerah, di bawah kukungannya, tangan kanannya menekan kedua tangan wanita itu di atas. Sementara tangan lainnya sibuk menjelajah.
"L-lepas...." Wanita itu tampak memohon, tapi justru semakin membuat sang Jenderal yang tak kenal ampun itu bersemangat.
...
Rembulan kembali bersembunyi setelah perang panas itu berakhir.
Perlahan, kelopak mata pria itu terasa berat, dan pandangannya mulai kabur. Dalam keremangan, ia menatap wanita di bawahnya dengan samar. Wajahnya cantik... begitu lembut... Dan terasa tidak asing.
"Siapa..."
...
Di luar kediaman Luozhe, seorang wanita berdiri tenang mengenakkan jubah putih panjang. Di tangannya ia memegang secangkir teh yang masih mengepul. Senyum di wajahnya lembut, tapi lambat laun berubah puas. bahkan terlihat sedikit puas
"Akhirnya semua berjalan sesuai rencana." gumam nya pelan, lalu melenggang pergi dari kediaman Luozhe.
...***...
Kelopak mata itu perlahan terbuka, alisnya berkerut heran merasakan tubuhnya yang terasa panas dan tidak nyaman. Kepalanya berdenyut, dan saat akan menggerakkan tubuhnya, sebuah lengan melingkar di dadanya. Helaian rambut panjang terasa menyentuh kulitnya.
Manik pria itu membelalak, ekor matanya perlahan turun melihat siapa yang berada dalam pelukan nya. Seorang wanita tanpa sehelai benang.
"Tabib Jie?!" Suaranya serak nyaris tak terdengar saat melihat siapa wanita itu.
Namun keterkejutan itu berubah menjadi amarah. Dengan kasar, Hang Tianyu menghempas tangan Jie Xieye menjauh dari tubuhnya. Gerakkan tiba-tiba nan kasar itu tentu membuat sang empu terbangun dari tidur nya.
Wanita itu melenguh pelan, sebelum membuka matanya sepenuhnya, sebuah tangan lebih dulu bergerak cepat mence kik lehernya.
Uhuk!!
Jie Xieye terbatuk, tubuhnya menegang. Dia yang baru terbangun dan belum sempat mengumpulkan nyawa, mencoba menyingkirkan tangan Hang Tianyu yang mence kik lehernya.
"L-lepas...." Mohon Jie Xieye, tubuhnya mulai kehilangan tenaga. Dan air matanya jatuh tanpa seizinnya.
Air mata itu menetes dan jatuh mengenai tangan kekar Hang Tianyu, membuat kesadaran pria itu kembali dan dengan kasar mendorong tubuh Jie Xieye menjauh darinya.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" bentak pria itu kemudian. Suaranya dingin dan tajam. Sorot matanya menatap Jie Xieye jijik, marah, dan... Takut.
Jie Xieye mundur ke belakang, tubuhnya gemetar. Matanya menyipit menahan sakit. Ia juga bingung dengan situasi saat ini, tapi tak satupun kata keluar dari tenggorokannya.
Tidak mendapat jawaban dari wanita itu, Hang Tianyu kembali mendekati Jie Xieye, tanpa aba-aba ia langsung mence kiknya leher wanita itu. Membuat wanita itu berteriak kesakitan.
"KATAKAN SESUATU! MENGAPA KAU ADA DI KAMARKU TABIB JIE!"
"Akh—!!" Tubuh wanita itu perlahan terangkat ke atas, Jie Xieye mendelik tajam. "Le.. paskan aku!"
Seolah mendapatkan kembali akal sehat nya, Hang Tianyu segera melemahkan cekikan nya. Ia kemudian mundur perlahan dengan menatap kedua tangan nya, sorot matanya bergetar dan nafasnya tersengal.
"Tidak mungkin... Kita tidak mungkin melakukan itu bukan?" Sorot matanya kembali menatap Jie Xieye yang terlihat sama bingung dan takutnya. Tubuh wanita itu bahkan terlihat bergetar.
Jie Xieye tidak menjawab. Sorot matanya menatap pakaiannya yang berserakan di lantai, beberapa terlihat sobek. Dengan tangan gemetar, ia memungut satu per satu, dan memakainya perlahan tanpa suara.
"Tabib Jie...." panggil Tianyu, suaranya berat dan dingin. Wajahnya menggelap, pandangannya tajam seperti bilah pedang.
Pria itu masih tidak percaya. Ia, Hang Tianyu, seorang Jenderal Agung, penjaga kehormatan dan martabat negeri ini, yang selalu hidup dengan disiplin ketat. Ia bahkan telah bersumpah hanya memiliki satu permaisuri, Le Chieli.
Tapi pagi ini... ia terbangun di samping seorang wanita? Di mana wanita itu adalah sahabat istrinya sendiri?!!
Kepalanya berdenyut hebat. Berusaha mengingat malam tadi. Dan apa yang sebenernya terjadi?
"Apa yang kau lakukan di sini, Tabib Jie?" Suaranya naik setiap oktaf. "Mengapa kau tidak menghentikan kita?! Apa kau sengaja menjebakku!"
Wanita itu mendelik. Nafasnya tercekat dan darahnya terasa mendidih mendengar tuduhan Hang Tianyu. Apa maksud pria itu jika dirinya yang menjebaknya? Untuk apa?! Seharusnya dialah yang marah karena dia adalah korban.
"Apa maksudmu, Jenderal Hang? Untuk apa aku menjebak mu?!" Suaranya bergetar seiring dengan air mata nya yang keluar.
Hang Tianyu memalingkan wajah. "Pergi." Suaranya lirih, tapi dingin.
"Pergi sekarang juga! Dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku!"
Tubuh Jie Xieye berguncang, air mata mengalir deras tanpa suara. Dengan menahan rasa sakit, ia melangkah menuju pintu keluar.
Namun sebelum ia keluar, suara Tianyu kembali terdengar. Begitu tajam bagai ujung pedang.
"Jangan katakan apa pun pada Le Chieli. Jika kau punya harga diri sedikit saja, enyahlah dari kediaman ini, Jie Xieye."
...***...
Setelah sampai di kediamannya, Jie Xieye langsung masuk ke ruang pemandian, ia menenggel4mkan tubuhnya ke dalam kolam dingin. Membiarkan air menutupi tubuhnya, tubuh yang ia rasa sudah kotor, hancur dan kehilangan kehormatan.
"Apa yang sebenarnya terjadi... Mengapa itu semua terjadi ?!" Suaranya terdengar serak dan lirih.
Air matanya jatuh, menyatu dengan air kolam.
Tangannya meraba leher nya yang masih memar. Lalu turun ke lengan, dada, dan bagian tubuh lain yang nyeri. Ia merasa jijik.
Ingatan semalam samar-samar berputar di benaknya.
Semalam, pelayan Le Chieli datang tergesa-gesa, mengatakan jika sahabatnya itu sedang sakit dan menunggu di kediaman Luozhe. Tapi sesampainya di sana, semuanya menjadi kabur. Kepalanya pening. Napasnya berat. Tubuhnya lemah.
Lalu... gelap.
Jie Xie memijat pelipisnya. Sorot matanya sayu menatap pantulan wajahnya di air.
"Mungkinkah seseorang menjebakku?" Lirihnya pelan. "Tapi siapa?"
...***...
Paviliun Luozhe kembali sunyi.
Di dalam kamar, Hang Tianyu berdiri kaku menghadap jendela. Sorot matanya tajam, tapi kosong. Tangan kanannya meraih gagang pedang di dinding. Dalam satu tarikan penuh amarah, ia menghunus nya dan menebas tirai tipis di hadapannya, tirai itu robek seketika, jatuh berdebu di lantai, seperti sisa-sisa kehormatan yang baru saja hancur.
Nafasnya berat. Dadanya sesak. Ia tak tahu harus menyalahkan siapa.
"Le Chieli..." bisiknya lirih, nama istrinya bergema di antara keheningan.
Wajah sang istri melintas dalam pikirannya—wanita lembut yang selama ini ia jaga, ia janjikan kesetiaan. Tapi pagi ini, ia bangun di samping wanita lain.
Ia ingin menyalahkan Jie Xieye. Ingin sekali menumpahkan kemarahan dan rasa bersalahnya pada satu sosok yang tidak seharusnya ada di ranjangnya. Tapi...
“Tabib Jie bukan wanita seperti itu,” bisik hatinya sendiri.
Jie Xieye adalah seorang tabib, dia sahabat dari istrinya dan merupakan keturunan keluarga Jie yang tersisa. Gadis Lembut. Pendiam. Terlalu polos untuk hal kotor seperti itu.
Langkah kaki Tianyu menggema saat ia keluar kamar. Ia berjalan menyusuri lorong dengan langkah tergesa, sampai tiba di ruang makan.
Pemandangan di sana membuat napasnya tercekat.
Piring-piring porselen berserakan. Kaki meja satu sisi tertekuk, dan di antara kekacauan itu, mata Tianyu menangkap sesuatu—kue beras kecil, tergeletak di lantai.
Tidak mungkin kesalahan tadi malam terjadi begitu saja. Pasti ada yang merencanakan. Terlebih, seharian dia hanya di dalam kediaman nya. Dan sesuatu yang ia makan selama hari itu, hanya kue beras itu yang ia makan malam tadi.
Pria itu kemudian berjongkok. Ia mengambil salah satu kue itu dan mendekatkannya ke hidung.
Aroma manis yang biasa... tapi...
Ada sesuatu yang tidak wajar. Campuran bau herbal yang samar, dan rasa getir yang menusuk indera penciumannya.
Tatapannya menajam, lalu memicing penuh curiga. Ia berdiri pelan, dan menoleh pada dupa yang masih menyisakan sedikit asap di sudut ruangan.
Dupa itu... bukan dupa biasa.
Tangannya mengepal. Rahangnya mengeras.
Dan saat kesadaran perlahan mengendap dalam benaknya, Hang Tianyu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi—
BRAKK!!
Dengan amarah yang meledak, ia melempar pedangnya ke arah jendela.
Kaca pecah berhamburan. Suaranya menggema, seperti letusan dendam yang selama ini ditekan.
Matanya menyipit, membakar. Napasnya menggebu.
"Ini semua.... sudah direncanakan... Le Chieli!"
dan jika sekarang suaminya membuka hati untuk tabib jie apakah itu juga salah tabib jie??
jendral Hang khawatir pada anaknya atau ibunya
hanya author yg tau..🤔
aq malah ngeri membayangkan kehidupan xieye di sana bahkan nyawanya dan bayi yang dalam kandungannya pun jadi target 😩
aku kok gemesss😡😡
kira2 siapa pembunuh bayar itu ya?!🤔