Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Yang Tak Biasa
Langkah Naima berat saat mendekati ranjang tempat ibu nya berbaring lemah.
" Naima di sini Bu!" ucap nya dengan suara bergetar.
Naima belum sempat bertanya apapun kepada Dito,dia buru-buru masuk ke ruangan ini hanya ingin berada lebih dekat dengan ibu nya.entah apa yang sebenarnya terjadi.Naima harap ibu nya akan tetap baik-baik saja menemani perjuangan nya kelak.
Tetesan air mata nya jatuh membasahi punggung tangan sang ibu,kenangan tentang ibu nya berputar di kepala nya bagaikan sebuah film yang sedang di putar ulang.wajah ini dulu begitu berseri-seri dan berisi.sekarang sudah berubah drastis.
Sang ibu adalah sosok wanita paling kuat yang selalu ada untuk dia.membesar dan merawat mereka seorang diri meskipun saat itu masih memiliki suami yang sah.kini sosok kuat ini sedang terbaring tanpa daya.
" Bu! Jangan tinggalkan kami,di dunia ini Kami hanya memiliki Ibu.dunia ku tak bisa baik-baik saja tanpa Ibu."tangis Naima kembali pecah.
Seharusnya di saat seperti ini,Rudi datang menemani mereka untuk sekedar memberi semangat,namun sayang nya kenyataan nya tak semulus itu.Rudi tersesat indah nya cinta yang di tawarkan wanita muda.hingga rela menyakiti perasaan istri dan kedua anak nya.
Di luar ruangan Dito dan Bu Tina hanya bisa menatap Naima penuh pilu.Dito mengepal kan tangan nya merasa tidak berdaya membawa keluarga nya keluar dari kesedihan yang berlarut-larut.
Ingin rasa nya Dito menerobos masuk dan menenangkan Kakak nya, namun peraturan di rumah sakit tak bisa ia langgar.
Keheningan di dalam ruangan begitu terasa sekali,hanya ada alat medis yang memecah kesunyian.
Tiba-tiba jari Maryah bergerak pelan,namun Naima belum menyadari nya .
Tapi detik berikutnya suara rintihan lirih keluar dari bibir sang ibu.
Naima tersentak nyaris berteriak melihat itu semua.
" Bu...Yang kuat ya Bu ."panggil nya penuh makna.
Maryah membuka mata dengan susah payah,lalu bibir nya bergerak seakan-akan ingin mengatakan sesuatu.
Naima lekas keluar memanggil perawat melaporkan apa yang barusan di alami oleh sang ibu.
Tidak berapa lama, seorang Dokter yang memakai kaca mata dengan usia yang masih muda setengah berlari masuk ke ruangan Maryah.
Naima dan Dito saling berpelukan menunggu hasil pemeriksaan dari dokter.
" Kenapa ibu bisa pingsan To?" tanya Naima baru ingat jika dia belum bertanya kepada adik nya mengenai kronologi kejadian.
" Aku juga nggak tahu Mbak! Waktu itu pas Aku pulang sekolah Ibu juga baru pulang dari pasar.setelah itu Aku lalu masuk ke kamar mau ganti baju,pas keluar Aku lihat ibu sudah pingsan di dekat rak piring terus Aku teriak minta tolong dan untung nya Pak RT sama Bu Tina cepat datang ke rumah kita." jawab Dito menjelaskan.
" Waktu itu wajah Ibu pucat sekali Mbak,Aku sudah minta ibu untuk langsung istirahat.tapi Mbak kan tahu sendiri gimana Ibu." sambung nya mengingat kembali bagaimana wajah pucat ibu nya ketika baru pulang dari pasar.
Uang yang di hasilkan tidak seberapa, tapi ibu nya harus mati-matian mendapatkan uang tersebut.tidak ada yang tahu kalau di pasar tadi Maryah memendam sejuta luka.semua orang berlomba-lomba menggosip kan rumah tangga nya yang telah karam.beberapa di antara mereka bahkan berkata jujur bahwa selama ini sudah tahu tentang hubungan Rudi dengan Neneng tetapi mereka memilih diam tidak mau ikut campur urusan orang lain.
Naima dan Dito di minta untuk menemui Dokter yang menangani ibu mereka ke ruangan nya.sementara Maryah di jaga oleh Bu Tina .
Begitu masuk ke dalam ruangan Dokter,Naima sempat terpana melihat wajah tampan dari Dokter yang bernama Bagas.hanya sebatas itu karena Naima tahu batas yang sudah lama di bangun nya.
" Selamat malam! Kalian siapa nya Bu Maryah?" tanya Bagas dengan suara lembut dan juga senyum ramah nya.
" Kami anak-anaknya Bu Maryah." jawab Naima singkat.
Bagas tampak mengangguk,wajah cantik natural dan rambut hitam lurus yang Naima miliki membuat sesuatu dalam diri Bagas terusik.sudah sejak lama dia tak pernah merasakan perasaan aneh seperti ini.
" Aishhh...Ada apa dengan Aku ini,gadis itu masih sekolah,tidak mungkin Aku..." Bagas mengusir jauh-jauh pikiran gila nya dan kembali fokus dengan pekerjaan nya
Bagas berdehem untuk menetralkan kecanggungan, tatapan mata nya sibuk mengagumi semua yang ada pada wajah Naima , meskipun seragam sekolah yang di pakai Naima sudah usang sama sekali tidak mengurangi daya tarik nya terhadap Naima.
" Mikir apa sih Aku ini,fokus Bagas! Fokus ." batin nya menarik nafas panjang lalu mengeluarkan secara perlahan.
" Bagaimana kondisi Ibu Kami Dokter?" tanya Dito menyadarkan Bagas.
"Mmm Bu Maryah mengalami benturan yang keras di kepala nya dan harus segera dioperasi supaya tidak memperparah keadaan beliau,beruntung beliau segera di bawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan yang serius,jika tidak mungkin saya tidak tahu lagi apa yang terjadi kepada Bu Maryah,tekanan darah beliau sangat tinggi.seperti nya beliau sangat kelelahan dan menyimpan banyak beban pikiran.apa selama ini Bu Maryah sering sakit?"tanya Bagas kembali menatap dalam sosok Naima.
Naima yang sejak tadi menundukkan kepala kini perlahan mengangkat wajah nya, tatapan mata mereka bertemu dan Naima selalu menjadi orang pertama yang mengalihkan pandangannya.
Naima cukup sadar diri dan tidak mau membiarkan hati nya terjerat kepada siapapun.
" Untuk sakit yang parah sampai di rawat di rumah sakit tidak pernah Dok,tapi kalau sakit kepala biasa hanya di kasih koyok sama balsem saja Dokter." jawab Naima tanpa canggung dan tidak merasa malu sedikit pun.
Bagas menyulam bibirnya rapat-rapat,ternyata di masa sekarang masih ada yang memakai hal seperti itu.cukup tahu saja tetapi Bagas tidak mau menghakimi.
" Nanti setelah tekanan darah Bu Maryah kembali normal,kita harus segera melakukan operasi." ucap Bagus memberitahu.
" Operasi? Harus?" tanya Naima dan Dito bersamaan.
Jika harus operasi itu artinya mereka membutuhkan biaya yang besar, untuk biaya rawat inap saja mereka tidak punya,kemana mereka harus mencari uang sebanyak itu.
" Harus dan segera di laksanakan,ini demi Bu Maryah." jawab Bagas kembali tersenyum menenangkan jiwa siapapun yang melihat nya.
Namun tidak untuk Naima,gadis muda itu sedang memikirkan cara agar bisa membayar biaya pengobatan ibu nya.mau bekerja pun tidak tahu harus bekerja di mana dan tidak mungkin bisa mendapatkan uang yang banyak dalam waktu sehari.sejak pulang sekolah tadi belum ada makanan yang masuk ke perut Naima maupun Dito.mereka sibuk memikirkan keadaan sang Ibu, seragam sekolah saja belum di ganti demi bisa menemani sang Ibu.
Bagas sebenarnya masih ingin berlama-lama menatap wajah Naima,namun panggilan telpon dari perawat yang berjaga di depan memaksa dia harus berpisah dengan Naima.
" Jangan sedih, banyak lah berdoa untuk kesembuhan ibu kalian." kata Bagas sebelum Naima dan Dito keluar dari ruangan nya.
Naima mengangguk memundurkan langkahnya tidak nyaman berada terlalu dekat dengan Bagas.lidah Bagas rasa nya ingin sekali bertanya di mana ayah dari kedua anak ini,namun terpaksa di tahan mungkin di lain waktu saja.
Naima dan Dito kembali ke ruangan ibu nya, sebelum masuk ke sana.tangis Naima dan Dito sama-sama pecah tak terbendung.
" Bagaimana ini Mbak?" tanya Dito menatap wajah kakak nya.
" Mbak juga tidak tahu To! Jangan menangis jika berada di dekat ibu."kata Naima sambil mengusap air mata adik nya.
" Bagaimana jika kita tidak bisa membayar biaya pengobatan ibu,kasihan ibu Mbak?" ujar Dito terisak.
" Pasti ada jalan! Mbak akan berusaha mencari uang itu."jawab Naima penuh keyakinan.
" Apa perlu kita mengabari Bapak?" tanya Dito lagi berharap Rudi bisa di andalkan untuk terakhir kali nya.
" Tidak usah! Bapak tidak akan mau datang ke sini,biar kan Bapak tetap bersama kekasih nya.kita bisa melanjutkan hidup kita tanpa Bapak." potong Naima cepat.
Bersambung...
Jangan lupa Like,vote dan tinggal kan jejak kalian di kolom komentar guys..
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...