NovelToon NovelToon
KU JALANI HIDUP SESUAI TAKDIR

KU JALANI HIDUP SESUAI TAKDIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Puspita.D

Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Tak tega rasa nya melihat bapak harus kerja bersama ku di bawah terik matahari, walau hasil yang kami dapat lumayan banyak. Namun baru tiga hari kami bekerja, mesin yang kami pakai kerja mulai rewel. Entah lah aku tak tau penyebab nya.

Akibat mesin kami rewel, hasil kerja kami gunakan untuk membeli mesin yang baru, alhasil aku dan bapak tak mendapat sisa uang.

"Dek, kamu KB?" tanya mas Tio di suatu malam menelfon melalui HP bapak.

"Iya, bukan kah itu yang mas mau?" sahut ku.

"Kalo sudah habis pil nya, udah aja ya dek, nggak usah KB lagi, di sini mas lihat keponakan mas lucu banget, masa masih bayi sudah tau musik" ujar mas Tio.

Ada rasa senang namun juga sakit, aku senang saat ia mengijinkan aku untuk menjadi ibu kembali, namun aku merasa sakit jika mengingat ucapan nya tempo lalu.

Aku dan bapak kerja dapat satu minggu, setelah habis bahan makan kami pulang ke rumah bapak, bertepatan dengan itu mas Tio datang.

"Gimana kerja dapat hasil nggak?" tanya nya.

"Kemarin mesin nya rusak, aku dan bapak tak bisa memperbaiki nya, jadi hasil kerja sebagian kami belikan mesin, ini sisanya" kata ku sambil menyerahkan uang 2 juta pada mas Tio.

"Rusak gimana, selama aku pakai mesin itu tak pernah rusak, dan ini uang, pegang saja" kata nya.

"Maaf mas karna kami bukan ahli mesin seperti mu" ujarku.

"Trus gimana? Kamu sudah nggak KB kan?" tanya mas Tio sambil menggerakan alis nya naik turun.

"Iya " jawab ku datar.

"Kenapa? Apa kamu nggak suka..bukan kah tempo lalu kamu bilang pingin punya anak?" tanya nya yang heran melihat raut wajahku tanpa senyum.

"Aku senang pada akhir nya mas mengijinkan ku menjadi ibu" jawabku.

"Kamu kesal? Karna kamu harus kerja sedangkan mas malah pulang?" seru nya mulai kesal dengan sikap cueku.

"Enggak, kenapa aku harus kesal? Aku menikmati hidup ku mas, mau susah mau senang, semua aku jalani, karna itu takdir yang memang harus aku jalani" ucap ku. Mas Tio pun memilih diam.

...****************...

"Dek, aku punya rekan kerja sekarang, kami akan menggabung mesin kerja kami, jadi kamu tak usah lagi ikut kerja dan tak perlu juga masak untuk orang lain, cukup masak untuk mas saja" kata mas Tio di suatu pagi, saat aku sedang menyiapkan sarapan. Karna biasa nya setelah sarapan kami berangkat kerja.

"Mas serius?" tanya ku.

"Iya, buat apa mas bohong, itu pondok yang ada di depan sana, dia kesulitan kerja sendiri, jadi mas tawarkan untuk kerja sama" sahut mas Tio.

Aku merasa senang akhir nya mas Tio membebaskan aku dari kerja berat itu. Meski hati kecil ku tak tega membiarkan nya kerja tanpa ku, mungkin karna aku terlalu mencintai nya.

Sudah 4 bulan dari aku tak ber KB, namun belum ada tanda-tanda aku akan hamil. Bahkan sekarang mas Tio memintaku untuk tinggal di rumah saja, karna dia bilang rekan kerja nya tak suka jika aku ikut campur.

"Terus siapa yang masak buat mas?" tanya ku.

"Itu gampang kami akan mencari pemasak" kata mas Tio.

Rasa nya dada ku bergemuruh mendengar mas Tio akan makan masakan wanita lain.

"Besok mas sekalian berangkat dengan pemasak itu" sambung mas Tio.

"Apa nggak ada orang lain yang bisa jemput perempuan itu selain kamu mas" seru ku, jujur aku merasa cemburu, membayangkan mas Tio membonceng wanita lain menggunakan motor yang kami perjuangkan bersama hingga lunas.

"Mereka nggak punya motor" jawab mas Tio dengan santai.

Aku memilih diam tak ingin lagi membahas nya.

Keesokan hari nya, mas Tio berangkat, namun sebelum ia berangkat ke lokasi terlebih dahulu menjemput wanita itu.

Sungguh rasa nya aku tak terima, aku sengaja berdiri di depan pintu, menunggu mas Tio melewati rumah bapak, dan tak lama mas Tio lewat dengan kecepatan sedang, tanpa menoleh ku yang berdiri di depan pintu ia berlalu dengan membonceng wanita itu.

Dadaku bergemuruh, menyaksikan wanita itu duduk menempelkan dada nya pada punggung mas Tio, karna jok bagian belakang membawa barang belanjaan, otomatis semua bagian tubuh wanita itu menempel erat pada tubuh mas Tio.

Aku menangis dalam diam di kamar, tak ingin mama dan bapak tau.

Mas Tio datang setiap 2 hari sekali. Saat ia datang, aku mengutarakan rasa protes ku terhadap ny, aku tak terima kalo mas Tio dekat-dekat dengan wanita itu.

"Tapi dia punya suami dek, memang nya mas mau apa di hajar sama suami nya karna menggoda istri nya" kata mas Tio menjelaskan.

Namun aku tetap tak ingin menerima apa pun alasan nya.

"Terus mas harus bagaimana? Apa mas harus berhenti kerja saja" ujar nya membuatku kebingungan harus berkata apa lagi.

"Kamu kan tau, kalo mas butuh teman kerja, mas nggak bisa kerja sendiri" sambung nya.

"Aku nggak melarang mas kerja bersama siapa pun, tapi bisa nggak? Nggak pakai pemasak, kalian kan bisa masak sendiri" sahut ku.

"Lah suami nya kan ikut kerja, dari pada istri nya ngekos kan lebih baik ikut di lokasi dek" jelas mas Tio, aku merasa mas Tio dari tadi membela wanita itu, jadi tak ada guna nya aku bicara lagi.

Setelah kerja sama itu, mas Tio kini memutuskan untuk memilik mesin tambang sendiri, kali ini mas Tio mencari rombongan untuk bekerja dengan nya.

Di saat yang bersamaan, kami kini menyewa rumah papan berukuran sedang untuk kami tinggal, hanya berjara 2 kilo meter dari rumah bapak dan mama.

Pekerjaan mas Tio pun berjalan dengan lancar, namun mas Tio sering menginap di tempat kerja nya. 3 hari sekali baru pulang.

Setelah satu bulan aku dan mas Tio tinggal di rumah yang kami kontrak, aku merasa ada yang aneh pada diriku.

Hampir setiap hari aku merasa meriang tak enak badan, mba Rima yang sudah menikah lagi, kini memiliki bayi laki-laki yang begitu gemuk.

"Coba lah periksa Put...siapa tau kamu lagi hamil" mendengar ucapan mba Rima, aku berpikir sejenak.

"Nggak ada salah nya sih aku periksa" ucapku dalam hati. Meski aku tak ingat kapan terakhir aku datang bulan.

Saat itu kebetulan Pustu samping rumah yang kami kontrak sedang ada imunisasi anak dan ibu hamil.

Setelah ikut mengantri kini giliranku mendapat panggilan.

"Hamil ya bu?" tanya seorang bidan.

"Nggak tau? Tapi saya mau periksa hamil" jawabku.

"Baik lah, karna belum tau, ibu tes urin dulu ya, nah urin ibu nanti di taruh dalam wadah ini, kemudian bawa ke saya" kata bidan tersebut.

Setelah buang air kecil, aku pun membawa urin ku pada bidan tersebut.

Tanpa Jijik, bidan itu mecelupkan benda kecil panjang seukuran jari orang dewasa, ke dalam urinku. Dengan harap cemas aku menunggu hasil nya.

1
Ds Phone
macam macam dugan hidup nya
Ds Phone
hamil ke dia
Ds Phone
nakit betul dia
Ds Phone
macam mana dengan rumah tangga meraka
Ds Phone
suami apa macam tu nak beban sama isteri
Ds Phone
itu jalan tak baik tu
Ds Phone
sangup metua kata macam tu
Ds Phone
muking ada yang tak kena
Ds Phone
tinggal kan aja
Ds Phone
laki tak ber tangung jawab
Ds Phone
apa nasib rumah tangga nya
Ds Phone
dia tak tahu orang hamil macam mana
Ds Phone
ada tukang hasut
Ds Phone
dapat laki macam tu memang susah
Ds Phone
laki nya kaki mabuk
Ds Phone
malu pulak tapi ikut
Ds Phone
sebenar dia suka pada kamu
Ds Phone
yake macam tak ada keputusan aja
Ds Phone
sakit hati sebenar nya
Ds Phone
dah masa sendiri tahu apa pun nak dimasak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!