Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.
Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.
Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.
Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemenangan Bersama
Elina dan Gita sampai bersamaan ke kantor. Keduanya kembali dengan membawa hasil yang diinginkan. Elina mengajak Gita ke ruangannya. Dia sudah tidak sabar mengabarkan hasil penemuannya. Keduanya segera duduk santai di sofa yang ada di ruangan Elina.
"Wajahmu senang sekali. Apa kamu mendapatkan sesuatu?" tanya Gita.
"Tentu saja."
Elina mengambil ponselnya lalu memperlihatkan rekaman yang diberikan Firda padanya. Rekaman tersebut bisa mengakhiri negosiasi antara dirinya dengan Manaf. Gita terkejut sekaligus senang mengetahui mereka berhasil menemukan bukti penting.
"Dengan ini aku bisa langsung membungkam Yasa dan Manaf."
"Aku ngga sabar lihat wajah mereka berdua besok," sambung Gita sambil tertawa.
"Bagaimana dengan mu? Apa kamu berhasil membujuk mereka semua?"
"Yup."
"Serius?" tanya Elina setengah tak percaya.
Gita membuka tas kerjanya lalu mengambil sebuah map dari dalamnya. Dia memberikan map tersebut pada Elina. Di dalamnya terdapat pernyataan kesaksian korban lengkap dengan fotocopy identitas diri dan tanda tangan mereka.
"Wow kamu benar-benar hebat. Bagaimana kamu bisa meyakinkan mereka sampai akhirnya mau mengatakan semuanya?"
"Hanya berbincang saja."
"Sekarang aku tahu kenapa Bang Ge memintaku bekerja sama dengan mu. Ternyata rumor yang mengatakan kamu pengacara spesialis pelecehan seksual benar adanya. Hampir semua kasus pelecehan yang ditangani kantor ini berhasil dimenangkan olehmu."
"Kamu juga hebat, Al. Kamu juga banyak memenangkan kasus pidana. Kamu berhasil membuktikan Bu Santi tidak bersalah, ditambah kasus yang lain."
"Itu semua karena bimbingan Bang Ge. Dia yang sudah membuatku sampai sejauh ini."
"Ya, dia memang atasan dan mentor yang baik."
"Sepertinya keputusan Bang Ge membuat kita berada di satu tim adalah keputusan yang tepat. Tak kenal maka tak sayang."
"Maafkan aku, El. Maaf kalau sikap ku menyebalkan selama ini."
Gita tertawa pelan mengingat sikapnya selama ini pada Elina. Tanpa alasan yang jelas dia memusuhi Elina dan selalu bersikap sinis padanya.
"Kenapa kamu membenci ku?"
"Aku tidak membencimu. Aku hanya tidak menyukai mu."
"Apa bedanya?"
"Kalau membenci, itu artinya aku tidak menyukai semua tentang mu. Apapun yang kamu lakukan, aku tidak pernah menyukai dan menyangkal kalau kamu itu selalu melakukan yang terbaik dalam pekerjaan mu. Aku hanya tidak menyukai mu,tapi aku mengakui kalau kamu pengacara yang hebat."
"Apa yang membuat mu tidak menyukaiku?"
"Karena kamu cantik."
"Well kalau begitu kamu pasti tidak menyukai dirimu sendiri."
"Hahaha.. ya kamu benar. Kadang aku tidak menyukai diriku sendiri."
"Why?"
Masih belum ada jawaban dari Gita. Wanita itu nampak menerawang, mengingat kisah hidupnya beberapa tahun ke belakang.
"Setiap melihat mu, aku teringat akan diriku yang dulu. Dulu aku seperti mu, ceria, supel, selalu bersemangat mempelajari hal baru dan banyak disukai orang, termasuk Pak Ge."
"Bukankah sampai sekarang Bang Ge masih bersikap baik padamu?"
"Iya. Harus aku akui dia selalu bersikap baik pada semua orang, termasuk aku."
"Apa kamu menyukai Bang Ge?"
"Dulu, ya. Tapi kemudian aku sadar kalau perasaan ku padanya hanyalah sebatas kekaguman saja. Dia banyak membantu ku di masa sulit. Dia yang membantu ku bangkit di tengah keterpurukan ku."
Gita terdiam sebentar. Terdengar helaan nafas panjangnya, seakan tengah mengingat sesuatu yang menyakitkan. Elina masih sabar menunggu wanita itu melanjutkan ceritanya.
"Kamu tahu kenapa aku bisa memenangkan banyak kasus pelecehan seksual? Kenapa aku bisa membuat Lira, Dania, Hera dan Afifa bicara?"
"Karena kamu hebat."
"Terima kasih atas pujiannya,tapi bukan karena itu. Itu karena aku pernah mengalami apa yang mereka alami. Aku juga pernah mengalami pelecehan seksual. Aku korban rudapaksa saat sedang menjalani pendidikan advokat. Dan pelakunya adalah pengajar di tempat itu. Seorang pengacara senior yang memiliki karir cemerlang."
Apa yang dikatakan Gita tentu saja mengejutkan Elina. Wanita itu beringsut mendekati pada Gita lalu meraih tangannya. Gita hanya tersenyum melihat apa yang dilakukan rekannya itu. Dia kemudian mulai menceritakan peristiwa kelam yang menimpa dirinya.
Saat itu Gita tengah menyelesaikan studi karir advokat. Dia menjalani pendidikan di lembaga Pendidikan Khusus Profesi Advokat yang didirikan oleh Liam. Menjelang pendidikannya selesai, wanita itu mengalami peristiwa tak mengenakan yang membuatnya kehilangan hal berharga dalam hidupnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan advokat selama dua bulan, teman-teman seangkatannya mengajaknya merayakan di sebuah cafe. Bukan hanya mereka, tapi staf pengajar juga diundang. Namun hanya dua orang yang datang waktu itu, salah satunya adalah Handika. Selesai perayaan di cafe, Handika mengajak semuanya meneruskan acara ke klub malam.
Gita awalnya menolak, namun karena semua temannya memaksa, akhirnya dia ikut juga. Handika menyediakan minuman keras untuk mereka semua. Gita dicekoki minuman keras oleh Handika hingga mabuk. Kemudian pria itu membawa Gita ke hotel terdekat. Di sanalah pria itu melakukan perbuatan bejatnya. Kehormatan Gita direnggut begitu saja olehnya. Keesokan paginya Gita terbangun dalam keadaan tanpa busana. Di sampingnya Handika masih tertidur pulas.
Tak lama kemudian pria itu bangun. Gita tentu saja melampiaskan amarahnya pada pria itu. Dengan kasar Handika menampar dan memukul Gita. Bukan itu saja, Handika kembali melecehkan Gita. Wanita itu hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu. Puas menyetubuhi Gita, Handika melemparkan beberapa lembar uang berwarna merah pada wanita itu. Setelahnya dia pergi meninggalkan Gita di kamar hotel.
Sambil terseok Gita keluar dari kamar hotel. Dia sengaja tidak membersihkan diri. Sekeluarnya dari hotel, Gita langsung pergi ke rumah sakit untuk divisum. Dia bertekad untuk melaporkan Handika ke polisi. Berbekal hasil visum, dia melaporkan Handika ke kantor polisi. Namun ternyata semua tak semulus yang dibayangkan. Handika mengelak dari tuduhan malah membalikkan keadaan, menuduhnya yang menggoda dirinya. Handika mengatakan Gita ingin bekerja di kantor hukumnya, karenanya dia melakukan itu untuk mendapatkan keinginannya.
Bukan hanya itu, Handika juga menyuap beberapa temannya untuk memberikan kesaksian yang memberatkan dirinya. Tak sampai di sana,Handika juga mengerahkan orang bayaran untuk meneror dan mengancamnya. Wanita itu diminta mencabut laporan jika tidak mau nyawanya dalam bahaya. Hal tersebut membuat Gita depresi. Putus asa dengan masalah yang menimpanya, wanita itu memutuskan bunuh diri.
Rani, sahabat Gita melihat sesuatu yang tidak beres dengan sahabatnya. Dengan sedikit bujukan dan paksaan, akhirnya Gita mau mengatakan permasalahan yang menimpanya. Mendengar itu, Rani tak tinggal diam. Dia mendatangi Gerald dan meminta bantuan pria itu. Gerald langsung menyetujui permintaan Rani. Pria itu langsung bergerak mencari bukti dan mendatangi saksi.
Selain membela Gita, Gerald juga banyak memberikan motivasi pada Gita. Semangat wanita itu perlahan mulai tumbuh. Bersama dengan Gerald, dia berjuang mendapatkan keadilan. Setelah melalui pertarungan panjang, akhirnya mereka bisa menjebloskan Handika ke penjara. Pria itu divonis enam tahun penjara dan lisensi advokatnya ditangguhkan selama sepuluh tahun.
"Kalau Pak Gerald tidak menolong ku, aku tidak mungkin sampai di titik ini."
"Aku ngga menyangka kamu mengalami masalah seperti itu."
"Setiap aku melihat mu, aku teringat akan diriku yang dulu. Itulah yang membuatku bersikap sinis padamu. Sebenarnya aku hanya membenci diriku sendiri. Ditambah lagi kamu memiliki hubungan dekat dengan Pak Gerald. Tidak lama setelah menangani kasus ku, Pak Gerald bergabung dengan organisasi internasional dan pergi keluar negeri. Saat dia kembali, tidak lama kamu bergabung dan langsung merebut perhatiannya. Hal itu semakin membuatku tidak menyukai mu. Maaf."
"Hei.. sudahlah, itu hanya masa lalu. Yang penting sekarang kita berteman."
Elina mengulurkan tangannya. Gita menepis tangan Elina lalu memeluk wanita itu. Hubungan mereka yang semula seperti musuh bebuyutan, kini sudah mencair. Tidak ada lagi kebencian, tidak ada kata-kata sinis. Mereka sekarang sudah seperti teman dekat saja.
***
Keesokan harinya, pertemuan antara Elina dan Manaf kembali digelar. Manaf datang bersama dengan Yasa. Begitu pula dengan Elina, yang sudah bersama dengan Rida. Tidak lupa, ada Gita juga di antara mereka. Semuanya sudah berkumpul di ruang meeting.
"Aku rasa pertemuan ini sudah tidak perlu dilakukan lagi. Kalian tidak punya bukti. Klien saya akan menuntut kalian atas tuduhan palsu, pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan," ujar Manaf.
Sebuah senyuman tercetak di wajah Yasa. Pria itu memandang Rida dengan wajah sombongnya. Pria itu sudah sangat yakin bisa memenangkan pertarungan ini. Elina tertawa kecil menanggapi pernyataan Manaf barusan. Wanita itu mengeluarkan ponselnya. Mencari video yang dikirimkan Firda.
"Siapa bilang kami tidak memiliki bukti? Kalian bisa lihat ini."
Elina memberikan ponselnya pada Manaf. Pria itu segera memutar rekaman video tersebut. Mata Yasa membulat melihat adegan di dalam rekaman.
"Dari mana anda mendapatkan rekaman ini?" tanya Manaf.
"Yang jelas saya mendapatkannya secara legal. Pemilik rekaman yang memberikannya padaku. Jadi bagaimana? Mau menyelesaikan di sini atau kita ke pengadilan?"
Raut wajah Yasa menunjukkan ketidaksukaan. Manaf berbicara sebentar dengannya. Rida melihat rekaman yang tadi ditunjukkan oleh Elina. Dia sama sekali tidak menyangka ada yang merekam perbuatannya pada Yasa.
"Baiklah, kami akan menuruti keinginan kalian. Red notice Rida akan dicabut, dan klien saya akan memberikan uang ganti rugi lima ratus juta."
"Satu milyar," sambung Elina.
"Tidak. Jumlah itu terlalu besar."
"Dua milyar," sahut Elina.
"Apa kamu mencoba memerasku?" kesal Yasa.
"Tiga milyar!"
"Oke, satu milyar. Aku setuju."
"Tiga milyar. Harusnya anda langsung menyetujui saat aku menyebutkan angka satu milyar. Tiga milyar atau kita ke pengadilan. Dan saya jamin, anda akan kehilangan lebih banyak kalau kita pergi ke pengadilan."
Kembali Yasa berdiskusi dengan Manaf. Yasa masih bersikeras tidak mau memberikan ganti kerugian sebesar yang diminta Elina. Namun Manaf membujuknya. Pria itu menyebutkan kerugian apa yang dialami Manaf jika sampai kasus ini masuk ke pengadilan. Dengan berat hati, akhirnya Yasa menyetujui apa yang diinginkan Elina.
"Baiklah, kami menyetujuinya," putus Manaf.
"Uang yang klien anda keluarkan tidak sebanding dengan rasa malu yang didapat klien kami. Jangan lupa dengan ucapan permintaan maaf mu pada klien kami."
Tanpa mengatakan apapun, Yasa segera keluar dari ruangan, disusul oleh Manaf. Rida langsung mengucap syukur atas kemenangan yang diraihnya. Wanita itu tak henti mengucapkan terima kasih pada Elina dan Gita.
"Terima kasih. Soal uang ganti rugi, saya tidak menyangka akan mendapat sebesar itu."
"Itu harga yang harus dia bayar. Sekarang kamu bisa menjalani hidupmu dengan baik. Pergunakan uang itu untuk masa depan mu."
"Terima kasih. Terima kasih. Tapi.. saya dengar korban Yasa cukup banyak. Apa dia akan dibiarkan lolos begitu saja?"
***
Kasus Rida ngga dibawa ke pengadilan, hanya diselesaikan antara pengacara dan dicari solusinya. Kalau dua pihak sudah sepakat, maka kasus tidak akan lanjut ke pengadilan. Kali aja ada yang bingung, makanya aku kasih penjelasan🤭
wah bang geee siap2 lmar elina lgi ya bang🤣🤣🤣🤣 waaah patah hati aku bang🥴🥴🥴🥴🥴🥴🥴🥴🥴
waduh nikita kau pasti punya maksud dan tujuan
klo udh d landa cemburu,,bocil pun jd korban sasaran /Curse/