"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Kuda terus berpacu dengan cepat ke arah hutan. Eiser begitu ahli menunggangnya, kemudian dia menyadari sesuatu yang bersinar sinar dari kejauhan. Baginya itu ialah sihir. 'Apa Kalea bisa menggunakan sihir?' tanya Eiser di dalam hati.
Eiser mempercepat pergerakannya. Saat bersamaan ada seorang wanita berambut merah, sengaja berjalan tiba tiba di depan Eiser. Kuda itu hilang kendali, dia begitu syok dan spontan berdiri. "Hiiiyyyy!!" suara kuda yang spontan berdiri.
Hal itu membuat Eiser terjatuh dari kuda itu. Eiser segera bangkit dan berjalan cepat menuju arah cahaya tadi. Namun lagi lagi wanita itu menghalanginya, dia tersenyum sambil menunjuk dada Eiser, menyentuh lambang aksesoris dipakaian Eiser dengan tatapan menggoda.
"Bisa minggir?" ucap Eiser dingin.
"Oho~ dingin sekali pria ini.. apa yang ingin kau kejar?"
"Aku harus menemui istriku!"
"Istrimu?"
"Minggir."
Wanita itu menyentuh kening Eiser, Eiser pun menepis tangan wanita itu secepat mungkin, rambut merah itu bersinar terang kemudian kembali seperti biasa. Lalu wanita itu tertawa dan tersenyum licik. "Bagaimana ya menjelaskan situasi ini.."
"Aku bilang minggir."
"Silahkan, aku tidak akan menghalangimu lagi.."
Eiser segera melewatinya, namun wanita itu kembali berkata. "Manusia itu tanah, jika sudah mati.. maka dia akan kembali ke dalam tanah.. saya memperingati anda, jangan bermain main dengan sihir pengubah takdir, anda bisa saja menyesalinya nanti." ucap wanita itu.
"Apa?" Eiser berbalik, namun wanita itu menghilang tanpa jejak sedikitpun.
Dia kembali fokus mencari Kalea, kemudian melihat api unggun di tengah hutan. Eiser merasa lega karena melihat Kalea disana, dia tidak sendirian.. ada wanita dan seekor tupai disana.
Eiser berlari mendapati Kalea. "Kalea!"
Sett! Kalea di peluk dengan erat. Saat itu Kalea sedang berjaga, bergantian dengan Lilian lagi. "Eiser?" Kalea tertanya tanya. 'Apa ini mimpi? padahal aku sedang berpikir keras tentang jalan keluarnya.. Eiser berhasil menemukanku.. Eiser? Benar, dia Eiser ku.'
"Ya, ini aku!"
"Eiser.. Eiser!!"
Kalea membalas pelukan itu, dia mulai menangis dan meluahkan rasa takutnya. "Aku pikir aku tidak akan selamat! aku begitu takut Eiser! syukurlah! syukurlah kau menemukanku!"
"Aku pasti akan menemukanmu Kalea.."
"Ya, kau pasti bisa.."
"Maafkan aku, Kalea.."
"Maafkan aku juga, Eiser.."
Mereka berpelukan di depan api unggun itu, perasaan lega itu sangat menyenangkan. Pikirannya terasa lebih jernih dari sebelumnya.
Lilian akhirnya bangun, dia melihat seorang pria asing lagi di depannya. Dia bersiap untuk menyerang pria itu. Tapi disaat yang sama, Kalea melemparkan senyuman dan berkata. "Hai, Lilian. Ini suamiku, dia juga kaya loh"
"Suami??"
Eiser sedikit malu mendengarnya, namun dia hanya menganggukkan kepala dan memperkenalkan dirinya. "Ya, aku suaminya yang kaya. Eiser"
"Wah, kau mengakui dirimu kaya ya!" ucap Kalea.
"I-itu karena kau yang bilang tadi.." sahut Eiser malu malu.
"Eh~ tidak apa kok mengakui kekayaanmu!" sahut Kalea sambil menyenggol bahu Eiser berulang kali.
"Ya.. Tapi aku tidak biasa melakukan itu." Eiser melirik ke arah lain karena malu.
"Biasakan saja mulai sekarang!" ucap Kalea penuh semangat.
Lilian hanya terdiam mematung di tempat, dia begitu takut saat melihat lambang kerajaan di pakaian yang Eiser pakai. 'Apa dia seorang bangsawan?'
Lilian mengambil tupai itu dari Kalea, dia memeluknya dan berlari menjauh. "Permisi, aku harus pergi!"
"Tunggu!" Kalea menahannya.
"Aku tidak ingin berurusan dengan bangsawan.."
"Hah? Ta-tapi bangsawan kan orang kaya.."
"Maaf, tapi bagiku.. mereka hanyalah orang serakah yang berbahaya!" ucap Lilian dan kembali melangkah pergi.
"Eh? Ah? Apa? Tunggu!" Kalea masih berusaha, tapi Lilian telah pergi cukup jauh.
Mereka kembali berpandangan. Eiser segera memeluk dan menggendong Kalea lagi, membawanya naik kuda untuk kembali ke mansion.
"Serius, aku di depan ni?" tanya Kalea dengan wajah yang memerah.
"Pegangan yang kuat, aku akan memulainya!"
"Memulai?" wajah Kalea makin memerah.
"Apa kau gugup?"
"Tentu saja, ini kan pertama kalinya!"
"Apa?"
"Eh?" Kalea keceplosan, kemudian memikirkan kata kata selanjutnya. "Aku pikir, ini pertama kalinya kita berdua menunggang kuda bersama.."
"Ya, dulu kau selalu menolak untuk menunggang kuda bersamaku. Tapi kali ini kau menerimanya, apa karena kau takut, aku akan meninggalkanmu dihutan ini?"
"Tidak juga kok, sebelum kau datang, aku_"
"Haaa!!" Eiser memacu kuda itu. Kalea tersentak kaget dan segera berpegangan pada tali pengekang kuda itu, dia juga tak menyangka akan menunggang kuda saat bersamaan.
"Huaaa! Eiser!" Kalea panik.
"Pegangan!"
"Bisa pelan pelan? a-aku sedikit takut!" ucap Kalea sambil memejamkan matanya.
"Takut?" Eiser melihat Kalea memejamkan mata, dia tersenyum kemudian meminta Kalea membuka mata untuk melihat ke depan. "Bukalah matamu, Kalea."
"Ta-tapi.. ini terlalu cepat.."
"Tenang saja, aku akan menjagamu.." bisik Eiser.
Mata Kalea meluas, bisikkan Eiser membuatnya geli dan spontan membuka mata. Dia melihat ke depan dengan kedua matanya, awalnya dia sangat takut, tapi begitu dia yakin Eiser akan menjaganya. Dia mulai takjub dan bersemangat.
"Wuooaaahh!! Keren!" Kalea bersemangat.
"Kau mulai bersemangat Kalea.." ucap Eiser.
"Ya, berkat ucapanmu, aku jadi bersemangat sekarang"
"Baiklah, bagaimana kalau begini?" Eiser menarik tali pengekang kuda, berbalik kemudian membuat Kuda itu berdiri dan melompat.
"Wuuooaahh!!" kalea merasa takjub.
Mereka berdua tertawa kecil, melupakan sedikit masa masa rumit yang terjadi sebelumnya. Eiser sengaja menghibur Kalea, dia tak ingin wanita kesayangannya itu merasa tertekan karena kejadian yang memalukan baginya.
Setelah puas berkeliling, Eiser kembali ke mansion pada pagi harinya. Semua orang tampak menunggu kepulangan mereka disana, namun Eiser sama sekali tidak peduli pada semuanya.
Kalea cukup syok saat melihat beberapa pengawalnya babak belur dan tidak sadarkan diri disana. Kemudian dia melihat para pelayan yang ikut dihukum juga, dia melihat Fiona dan Karmila disana, Kalea ingin bicara sesuatu namun Eiser segera memotongnya.
"Eiser_"
"Cukup, aku harus melakukannya agar mereka tidak meremehkanku dan juga dirimu!"
"Tapi mereka beda! Fiona dan Karmila.."
"Mereka termasuk pelayan yang harusnya menjagamu, penculikan ini terjadi karena kelalaian mereka padamu Kalea, mereka meremehkanmu!"
"Aku tidak merasa begitu!"
"Kau terlalu memanjakan mereka, Kalea.. aku pikir aku harus mengganti semua pelayan yang melayanimu itu nantinya."
"Tidak mau! aku tetap ingin mereka disisiku!"
"Kalau begitu, biarkan mereka menjalani hukumannya"
"Tapi.. Bisakah kau meringankan hukumannya?"
"Apa memukul betis mereka termasuk hukuman berat bagimu?" tanya Eiser.
"Kau bisa menghukum mereka tanpa menyakitinya.."
"Baik, kalau begitu.. aku akan mengeluarkan mereka dari mansion ini."
"Tidak gitu juga Eiser!!" teriak Kalea.
Eiser menjadi pucat, teriakan Kalea cukup membuat gendang telinganya berdengung. Kemudian kembali normal dan berkata. "Kalau begitu hukuman paling ringan yang kau maksud itu.. apa?"
Kalea mengedipkan beberapa kali matanya, dia tidak tau harus menghukum teman temannya seperti apa, Kalea pun menunduk karena sedih. 'Aku hanya tidak tega menghukum mereka..'
"Dengar Kalea, jika sikapmu terlalu lembut seperti ini, mereka bisa saja meremehkanmu.. Sebaik apapun kau dengan mereka, mereka bisa saja melupakannya."
"Sudah ku bilang, mereka berbeda!" Kalea bersikeras bahwa Fiona dan Karmila berbeda dengan pelayan lain yang melayaninya. Mereka tulus sampai detik terakhir.
"Cukup, sekarang waktunya kita beristirahat!" ucapnya.
"Ta-tapi.." Kalea mulai putus asa. 'Maafkan aku Fiona, Karmila..!' monolog hati Kalea.
"Tenang saja nona! kami baik baik saja kok!" ucap mereka serentak.
"Kalian.." Kalea merasa sedikit lega.
Rasa lega dihati, membuat mereka kembali bernafas seperti biasa. Sebelumnya Fiona dan Karmila tidak mampu memaafkan diri mereka sendiri, mereka juga terus menyalahkan diri sendiri, bagi mereka.. hukuman ini, sudah cukup ringan baginya, Tuan Eiser bermurah hati padanya dan ini pasti berkat nona Kalea.
"Terima kasih nona Kalea, pasti hukuman ini menjadi ringan berkatnya.."
"Benar katamu, pasti nona Kalea yang memintanya."
.
.
.
Bersambung!