*Squel dari One Night Stand With Dosen*
Pernikahan Shalinaz Rily Ausky dengan Akara Emir Hasan cukup membuat orang sekitarnya terkejut. Berawal dari sebuah skandal yang sengaja diciptakan sahabatnya, gadis itu malah terdampar dalam pesona gus Aka, pemuda dewasa yang tak lain adalah cucu dari kyai besar di kotanya.
"Jangan menatapku seperti itu, kamu meresahkan!" Shalinaz Ausky.
"Apanya yang salah, aku ini suamimu." Akara Emir Hasan.
Bagaimana kisah mereka dirajut? Simak kisahnya di sini ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33
"Seharusnya kamu membuang itu, karena itu dosa, tidak seharusnya kamu mempunyai perasaan khusus terhadap istri orang lain, terlepas kalian saling mengagumi dulu, itu hanya masa lalu, dan tidak seharusnya perasaan itu tetap ada pada dirimu setelah kamu tahu statusnya, bukan malah berandai-andai dengan harapan kamuflase, seakan-akan kamu menginginkan rumah tangga aku menjadi milikmu. Maafkan Abang, Azmi, mungkin ini yang dinamakan konsep jodoh pilihan Tuhan, dia akan datang di saat kita meminta, tanpa tahu lewat perantara apapun, dia datang dengan takdir kita untuk bersama."
Azmi terlihat diam tanpa menimpali, menyimak apapun yang keluar dari mulut abangnya. Rasanya ingin marah, dengan semua yang ada, tetapi mana bisa, mereka bahkan terikat pernikahan yang suci.
"Aku tahu ini tidak mudah bagimu, percayalah— setiap sisi biru itu ada abu-abu, tidak semuanya terang, semuanya akan berjalan sesuai yang telah digariskan. Tak perlu gelisah karena urusan jodoh sudah ditetapkan dalam kitab Lauhul Mahfudz. Tulang rusuk tidak akan pernah tertukar. Apabila dia jodoh kita, pasti akan mendekatkan sesulit apapun jalannya. Namun, bila sudah bukan jodoh ya Allah SWT akan menjauhkan walaupun kita sudah cinta mati. Percayalah, Allah tidak akan mengambil sesuatu yang baik kecuali diganti oleh hal yang lebih baik lagi." Aka menepuk pundak adiknya.
"Maaf, Bang, aku sudah berusaha tetapi masalah hati itu sulit."
"Apakah begitu sulit bagi kita untuk mempercayai ketentuan Allah ta’ala? Manusia seringkali bersifat tergesa-gesa dan tidak sabar. Ketika ditimpa cobaan, mereka seketika berputus asa terhadap rahmat Allah SWT. Bahkan cenderung menyalahkan takdir. Sungguh salah bila Kita masih berpikir demikian. Allah SWT tidak memberikan cobaan diluar kemampuan hambaNya. Dia bahkan berjanji akan memberikan kemudahan dan kebahagian dibalik segala hal yang menyulitkan hidup kita. Maka itu cobalah berhusnudzon kepada takdir Allah SWT."
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik .” (HR. Ahmad)
"Jika Kita mengalami patah hati, mungkin Allah SWT ingin memperingatkan bahwa perbuatan yang kita lakukan itu salah. Pacaran ataupun menginginkan istri orang lain tidak dibenarkan dalam islam. Maka itu, jadikan peristiwa patah hati sebagai pelajaran hidup. Berhentilah untuk memikirkan apa yang tidak seharusnya kamu pikirkan. Cobalah untuk lebih ikhlas dan berhijrah di jalan Allah SWT dengan meninggalkan hal-hal yang mendekati zina. Aku tahu kamu luar biasa Azmi, Abang akan melihat itu, bahwa kamu bisa."
Setelah memberi kuliah rohani untuk adiknya, Aka pamit meninggalkan kamar adiknya yang masih termenung. Bukan perkara mudah untuk Azmi ataupun untuk Aka, keduanya mempunyai sisi rumit yang sama. Kalau digaris besarkan, Azmi itu pemilik hatinya Shalin, tetapi Aka pemilik raganya yang bahkan sampai sekarang masih dipertahankan istrinya. Sulitnya menjadi Aka yang harus berjiwa besar, berjalan diantara keduanya. Dia tidak mungkin meninggalkan pesantren, sebagai generasi penerus tentu ia paham apa yang diamanahkan padanya dari orang tuanya. Sungguh dilema, mungkin istrinya tidak nyaman dengan lingkaran lingkungannya saat ini, yang jelas ada bayang-bayang Azmi di sana, namun ia akan berusaha membuat istrinya jatuh cinta.
"Lho Ka, Azmi nggak sekalian kamu panggil?" tanya Umi Salma ketika mendapati anak keduanya datang ke ruang makan.
"Di belakang, Umi, mungkin sebentar lagi, Shalin mana?" Aka clingukan mencari istrinya.
"Lagi terima telepon dia, tadi ke belakang," tunjuk Umi Salma mengarah di mana Shalin tadi berjalan.
Aka langsung bangkit dari kursi dan menyusulnya. Terlihat Shalin baru saja mengakhiri panggilannya.
"Siapa yang telepon pagi-pagi begini, Dek?" tanya Aka penuh selidik.
"Reagen, Mas, kamu ngapain ke sini?" Shali balik bertanya.
"Ya—nyusul kamu, habisnya kamu lama."
Shalin merotasi bola mata malas, suaminya itu terdeteksi posesif dengan kedisiplinan tinggi dan jam laporan setiap hidupnya. Ia kembali ke meja makan dan menemukan semua orang sudah berkumpul di sana tinggal menunggu menantu cantiknya yang sedikit tidak tahu diri itu.
"Umi, Abah, mungkin nanti malam Aka tidak pulang, mau nganter Shalin ke rumahnya, katanya kangen sama orang tuanya," ujar Aka disela makan. Shalin sontak menghentikan kunyahannya.
"Owh ... ya nggak pa-pa juga, kasihan Shalin pasti udah rindu sama orang tuanya," timpal Umi yang hampir berbarengan dengan Abah.
"Tak apa Aka, sesekali ajaklah istrimu jalan-jalan untuk menumbuhkan kedekatan kalian," saran Abah bijak. Aka mengangguk dengan senyuman.
Pagi ini mereka berangkat ke kampus bareng, tentu saja hal itu menjadi bahan pertanyaan bagi semua orang yang kebetulan melihatnya. Termasuk Neza yang langsung menyorotnya penuh selidik. Cewek satu ini ada di jurusan perawat, mereka dekat karena dulu SMA satu sekolah dan berteman akrab, namun semenjak kejadian dirinya terdampar di hamparan dusta karena ulahnya, Shalin menjadi sedikit menjaga jarak.
"Ehem, pinter kamu Lin, nggak jadi sama Azmi deketin yang lebih mapan, dosen lagi? Kasih resepnya dong?"
pinter bhs arab ya thor...
jd pengen mondok..