Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Menemui Dewa
Ayushita masih menangis di jalan, dia benar-benar marah dan kecewa dengan sikap dan tingkah ibu tirinya. Dia juga benar-benar benci pada perempuan itu, sungguh dia tidak menyangka kalau perempuan itu sangat tega padanya.
"Bangsat! Aku akan buat perhitungan dengan perempuan laknat itu," ucap Ayushita lagi.
Di hapusnya air matanya yang masih mengalir deras, di nyalakan motornya lalu melaju kembali. Kali ini lebih santai dan tenang, sepanjang jalan dia berpikir bagaimana kelanjutan butiknya itu, bagaimana nasib pegawainya yang setia menemaninya dari mulai sepi dan kini sudah banyak yang mengenal brand buatannya.
"Jika aku masih di sana terus, pasti perempuan itu. Laki-laki itu akan terus menggangguku, merusak lagi butikku," ucap Ayushita.
Dia terus berpikir untuk masa depan butiknya, hingga sebuah motor melaju kencang dan membuatnya hampir terserempet. Situasinya tidak seimbang, Ayushita harus bertindak cepat. Karena besok mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi di butiknya.
Sampai di rumah kontrakannya, Ayushita langsung bersih-bersih tubuhnya. Dia sangat lelah hari ini, benar-benar lelah, ponselnya berdering pun dia abaikan. Terpaku di dalam kamar mandi, menangis lagi dan teringat akan masa lalu dengan ayahnya.
"Kamu harus jaga diri, Ayushita. Ayah sudah tidak bisa menjagamu dengan baik, meski ayah memberimu modal usaha membuka butik yang kamu inginkan. Tapi kamu harus menjaganya dengan baik," ucap ayahnya pada saat itu.
"Memang ayah mau kemana?"
"Ayah tidak kemana-mana, kamu tahu ayah sering sakit-sakitan dan masuk rumah sakit. Umur ayah tidak akan lama, makanya kamu harus jaga diri."
Saat itu Ayushita menangis mendengar ucapan ayahnya, dia benar-benar kehilangan ayahnya. Di tambah lagi ketika dirinya di beri modal usaha oleh ayahnya, tentu saja ibu sambungnya kesal. Marah pada ayahnya, tapi entah apa yang di janjikan ayahnya pada istrinya itu sehingga sejak Ayushita membuka butik tidak ada gangguan apa pun, bahkan dia pergi dari rumah itu dan ayahnya meninggal ibu tirinya tidak mengganggunya.
Kini, setelah dua tahun berlalu dan butiknya sudah mulai berkembang. Perempuan itu mengganggu lagi dengan sering menelepon, datang ke butik dan lebih parahnya kemarin mengirim orang untuk merusak butiknya.
"Apa yang harus aku lakukan untuk membalas perbuatannya itu?"
_
Dua hari Ayushita meliburkan pegawainya, dia sudah merapikan barang-barang di butiknya. Toko online dia tutup sementara tidak menerima pesanan. Dia sudah bersiap untuk pergi ke suatu tempat, menemui seseorang.
Ya, dia harus ke kantor Dewa. Berdiskusi dengan laki-laki itu yang telah menawarkan bantuan modal usaha. Lebih tepatnya memberikan pinjaman untuk menyewa tempat yang lebih strategis dan jauh dari tempat sebelumnya.
Dia melajukan motornya pelan menuju kantor perusahaan milik Dewa, perjalanannya memang tidak jauh hanya kemacetan yang membuatnya lama di jalanan. Di liriknya jam di tangannya, masih pukul delapan lebih. Mungkin Dewa sudah berada di kantornya, atau baru datang. Pikirnya.
Dua puluh menit perjalanan dari butiknya, kini akhirnya sampai juga. Ada beberapa karyawan yang baru datang, pemandangan di kantor itu memang setiap pagi cukup sibuk. Ada yang berlarian ada juga yang berjalan santai menuju lift, dengan beban pikiran dan pekerjaan masing-masing.
Ayushita menatap ke depan, melangkah menuju resepsionis. Pegawai resepsionis yang dulu menerimanya dengan baik, dia menghampirinya dan bertanya pada pegawainya.
"Selamat pagi mbak, ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai resepsionis.
"Emm, apa pak Dewa sudah datang?" tanya Ayushita ragu.
"Waah, kurang tahu mbak. Saya juga baru datang, Nin apa pak Dewa sudah datang?" tanya resepsionis pada temannya.
"Belum, tadi yang baru masuk sekretarisnya."
"Belum datang mbak, mbak ada janji dengan pak Dewa?"
"Ngga sih, saya belum ada janji. Tapi memang pengen ketemu dengan pak Dewa."
"Waah, harus ada janji dulu mbak. Pak Dewa orang sibuk, banyak yang harus di kerjakan di kantor, kadang bertemu klien di luar. Kalau tidak ada janji ya susah nantinya," ucap resepsionis.
Ayushita diam, dia menarik napas panjang. Sebenarnya dia bisa menghubungi laki-laki itu, tapi rasanya tidak enak jika mendadak minta bantuan padanya dengan cara menelepon.
"Baiklah, lain kali saya janjian dulu dengan pak Dewa. Terima kasih mbak," ucap Ayushita.
"Ya mbak, sama-sama."
Ayushita pun berbalik dan hendak melangkah keluar dari gedung itu, tapi di depan orang yang dia cari baru datang menatapnya terkejut.
"Ayushita, kamu di sini?" tanya Dewa membuat Ayushita terpaku dengan sapaan laki-laki itu.
"Kamu cari aku?" tanya Dewa dengan antusias dan lagi-lagi membuat Ayushita kaget.
"Eh, iya pak Dewa. Saya ..."
"Ayo masuk, ikut denganku," ucap Dewa langsung menarik tangan Ayushita.
Membuat gadis itu semakin kaget, orang-orang di lobi dan pegawai resepsionis juga kaget melihat bosnya menarik tangan Ayushita dengan erat mengikutinya masuk ke dalam lift.
"Itu pak bos, bawa cewek siapa? Kok gendut ya?"
"Iya. Apa seleranya berubah? Dari Sintya jadi Dugong? Hahah!"
"Hush! Jangan bilang begitu. Mungkin saja temannya."
"Ya tapi aneh, kenapa pak bos menarik tangan si gendut itu seakan dia pacarnya ya."
"Biar saja sih, suka-suka bos. Mungkin saja mau di jadikan samsak di ruangan kantornya. Hahah!"
"Hahah!"
_
_
*****