"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Evelina?
Ketika ini semua adalah kesalahan, tapi kenapa dia bertahan? Bukan tentang salah dan benar, tapi tentang hati yang terikat dan sulit terlepas. Terlanjur berada dalam kungkungan pria ini, sampai dia sulit untuk melepaskan diri.
"Kita akan pergi kemana?" tanya Regina yang sudah siap untuk pergi dengan Arian sesuai janjinya karena ini adalah akhir pekan.
"Kau mau kemana?"
Regina sedikit berpikir, dia berjalan ke arah Arian yang sedang duduk di sofa tunggal. Arian langsung menarik tangannya hingga dia terjatuh di atas pangkuannya. Memeluknya dari belakang dengan mengecup bahunya.
"Sebenarnya aku mau beli sesuatu, teman aku ada yang nikah"
"Yaudah kita pergi"
Regina mengangguk, teman semasa kuliahnya mengabari jika dia akan menikah lusa. Dan Regina tentu harus pergi, karena temannya itu dengan sengaja mengundangnya.
Mereka pun pergi ke sebuah Mal yang cukup besar. Arian menggandeng tangan Regina dan membawanya berkeliling. Ini seperti pasangan kekasih pada umumnya. Meski sebenarnya Regina saja tidak tahu apa status hubungan mereka.
"Jadi, mau beli apa untuk teman kamu?"
Regina masih melihat-lihat, karena sebenarnya dia juga bingung harus mencari barang apa untuk hadiah pernikahan. Pergi ke sebuah toko tas, Regina melihat-lihat jenis tas disana. Mencari yang bagus tapi sesuai dengan keuangannya.
"Kenapa tidak beli disana saja?" tanya Arian sambil menunjuk ke sebuah toko tas di ujung.
Regina menggeleng pelan, dia tahu bagaimana merek tas itu sangat terkenal dengan harga yang melangit. Regina mana mungkin mampu membeli tas itu.
"Disini saja"
Regina akhirnya membeli tas kecil berwarna coklat dengan harga yang cukup terjangkau baginya. Memberikan pada kasir untuk membayarnya.
"Tolong di bungkus yang cantik ya Mbak, untuk hadiah soalnya"
"Baik"
Arian merangkul pinggang Regina, membuat gadis itu cukup terkejut. Dia menoleh dan tersenyum padanya.
"Kau tidak mau beli tas juga? Aku lihat di lemari hanya ada beberapa tas, kau hanya memakai itu-itu saja"
"Tidak papa, semua tas aku masih layak di pakai"
Sebenarnya Regina tidak punya banyak tas, karena dia harus banyak menabung. Semua kebutuhannya harus terpenuhi, jadi dia tidak mendahulukan gaya. Tapi lebih mementingkan apa yang dibutuhkan.
"Ini Kak"
Saat Regina sudah ingin mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, tapi sebuah kartu hitam sudah tersodor pada meja kasir. Regina menoleh dan melihat Arian yang melakukan itu. Si kasir toko pun terlihat cukup terkejut menerima kartu hitam itu. Dia langsung mengangguk hormat pada mereka, dan Regina tidak cukup terbiasa dengan sikap seperti itu.
"Padahal biar aku saja"
"Tidak papa, hari ini kau pergi denganku. Tentunya aku yang harus membelikan apapun yang kau inginkan"
Regina hanya tersenyum canggung, ketika si pelayan toko tersenyum mendengar ucapan Arian barusan. Pasti dia akan berpikir jika Regina begitu beruntung mendapatkan Arian. Padahal, dia tidak tahu jika Regina hanya terjerat hubungan tanpa status.
Keluar dari toko, Arian masih menggandeng tangan Regina. Benar-benar seolah dia takut Regina lepas darinya. Arian membawanya ke toko tas yang tadi ditunjuknya. Regina menatapnya dengan bingung, tapi berpikir mungkin dia ingin beli.
"Menurutmu mana yang bagus?"
Regina langsung melihat-lihat tas yang ada di toko ini. Tidak berada menyentuhnya karena takut rusak, dan nantinya malah dia harus membayar. Tahu jika tas ini bisa membeli rumah. Regina sampai takut hanya untuk sekadar menyentuhnya.
"Kamu mau beli untuk siapa?" tanya Regina.
"Buat Sayangku"
Regina terdiam, hatinya tiba-tiba berdenyut sakit. Arti kata 'sayangku' yang diucapkan oleh Arian, sudah pasti untuk kekasihnya yang asli. Wanitanya yang sebenarnya. Regina sama sekali tidak berpikir jika dia adalah orang yang di maksud, karena dia sadar diri siapa dirinya.
"Sayang, cepat pilih. Kau malah melamun"
Regina mengerjap pelan, dia menatap kembali setiap tas yang berjejer. Lalu matanya tertuju pada tas hitam dengan ukuran kecil yang sangat pas dan terlihat begitu mewah tapi tetap simpel.
"Menurut aku, yang ini bagus" ucap Regina sambil menunjuk tas itu.
Arian mengangguk, dia memanggil pelayan toko dan meminta tas hitam itu. "Saya membeli yang ini, tolong berikan kartu ucapan yang romantis"
"Baik Tuan"
Lagi, Regina hanya diam saja. Menunggu Arian menyelesaikan pembayaran. Dan dia menunggu di sofa. "Aku tidak pernah menyelidiki apapun, apa dia memang sudah mempunyai kekasih ya? Atau mungkin dia sudah punya istri"
Ketika dirinya masih terbelenggu dengan lamunan. Arian datang menghampirinya, mengelus kepala Regina yang langsung mengerjap kaget.
"Melamun lagi, apa yang kau pikirkan?"
Regina tersenyum dan menggeleng pelan, dia segera beranjak dari duduknya. "Kita pergi kemana sekarang?"
"Makan, apa kau tidak lapar?"
Regina mengangguk, dia menurut saja saat Arian menggandeng tangannya dan membawanya keluar dari toko. Mereka pergi ke sebuah Restoran di dalam Mal ini.
"Jadi, hari apa temanmu menikah?"
"Lusa, apa kamu mau ikut pergi denganku?" tanya Regina.
"Tentu saja, ayo pergi bersama"
Regina tersenyum dan mengangguk, dia merasa senang hanya karena Arian ingin pergi bersamanya ke acara seperti itu. Seperti dia bisa menunjukan Arian kepada semua orang, meski hubungan mereka tanpa status, tapi Regina tetap merasa senang hanya membayangkan bisa membawa Arian ke acara seperti itu.
Setelah selesai makan, mereka pergi ke beberapa tempat yang ingin Regina kunjungi, seperti taman hiburan, dan sebuah danau menenangkan.
Duduk di atas rumput di dekat danau, Regina menekuk lutut dan memeluk dengan kedua tangannya. Menghirup udara sore hari ini. Menatap air danau yang tenang.
"Ayo pulang, kau bisa masuk angin terus berada disini"
Regina menoleh, tersenyum pada Arian yang duduk di bangku dekat pohon. Pria itu seolah tidak nyaman di bawa pergi seperti ini oleh Regina. Seperti tempat-tempat yang ingin dikunjungi oleh Regina, tidak sesuai dengan Arian.
"Tunggu sebentar lagi, aku masih senang disini"
Tempat yang begitu tenang, tidak terlalu banyak orang, adalah tempat yang paling Regina suka. Dia bisa menjernihkan pikiran di tempat seperti ini.
"Sayang"
Arian kembali memanggil, sepertinya Regina harus menyudahinya. Pria itu sudah tidak tahan untuk segera pulang. Regina akhirnya berdiri, sedikit menepuk celananya, menghilangkan debu yang menempel.
"Yaudah, ayo kita pulang sekarang"
Arian merangkul bahu wanitanya, membawanya menuju parkiran. Ketika sebuah dering ponsel mengalihkan fokus, Arian mengambil ponsel dari saku jaketnya, melihat siapa yang menghubunginya. Dan Regina juga mengintip ke layar ponsel Arian karena pria itu yang tidak kunjung menjawab telepon itu dan hanya menatapnya saja.
Evelina?
Bersambung
semoga reghina slalu baik baik dan kandungan nya sehat,,,Samuel beri perlindungan pada reghina..takut ada yg mencelakai nya
Mungkin ada keajaiban esok hari