NovelToon NovelToon
About Me (Alshameyzea)

About Me (Alshameyzea)

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Anak Genius / Anak Yatim Piatu / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Murid Genius / Teen School/College
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Febby Eliyanti

Saksikan perjalanan seorang gadis yang tidak menyadari apa yang telah disiapkan takdir untuknya. Seorang gadis yang berjuang untuk memahami konsep cinta sampai dia bertemu 'dia', seorang laki-laki yang membimbingnya menuju jalan yang lebih cerah dalam hidup. Yuk rasakan suka duka perjalanan hidup gadis ini di setiap chapternya.


Happy Reading 🌷
Jangan lupa likenyaa💐💐💐
Semoga kalian betah sampai akhir kisah Alsha🌷 Aamiin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Eliyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Pelepasan Penuh?

...Assalamualaikum guys!! Sebelum baca, bantu support yaa dengan follow, vote, like dan komen di setiap paragraf nya!! Karena support kalian sangat berarti bagiku💐Makasiiii!🌷...

...••••...

...🌷Happy Reading 🌷...

...•...

...•...

...•...

...Setiap akhir adalah awal baru yang penuh dengan kemungkinan...

...°°°°...

Hari terakhirku di rumah sakit terasa penuh warna, dipenuhi obrolan dan canda tawa teman-temanku. Ruangan itu terasa hangat, meski dinding putihnya menyimpan kisah-kisah pasien yang lain. Keenan duduk di sampingku, wajahnya penuh perhatian. Di seberang ruangan, Aline sibuk bercerita tentang rencana kami untuk besok, tangannya bergerak seolah-olah dia sedang merajut imajinasinya menjadi kenyataan. Sementara itu, Kafka, dengan santai memainkan gitar, jemarinya menari di atas senar, menciptakan melodi yang terasa akrab namun menenangkan. Abhi, yang selalu ceria, duduk di sebelah Kafka, sesekali ikut bernyanyi dengan senyum lebar.

Nevan yang biasanya tenang tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang mengguncang suasana. "Al, kalo boleh tau, siapa yang nabrak lo?"

Pertanyaan itu menghentikan waktu sejenak. Semua suara lenyap, dan aku merasa seolah-olah hanya ada aku dan bayangan kecelakaan itu di ruangan ini. Ingatan yang mencoba kutekan tiba-tiba muncul, berputar-putar di kepalaku. Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosi yang mulai menggelegak di dalam diriku. "Arshaka..." jawabku, nyaris seperti bisikan.

Semua mata tertuju padaku dengan tatapan terkejut. Aline berhenti berbicara, Kafka menghentikan petikan gitarnya, dan Abhi menatapku dengan penuh perhatian. Keenan juga langsung serius wajahnya.

"Jadi bener, yang nyebabin ini semua itu dia?" Kafka memastikan dengan nada suara yang terdengar tak percaya.

Aku menggeleng cepat, merasa perlu meluruskan apa yang terjadi. "Bukan gitu. Sebenernya, waktu kami mau nyebrang, tiba-tiba ada motor yang melaju kencang ke arah kami berdiri. Aku berusaha nyelamatin Arshaka, tapi malah aku yang kena. Sepertinya dia emang sengaja mengincarku dan Arshaka," suaraku mulai bergetar, menggambarkan ketakutanku yang kembali menyeruak.

Keenan mengerutkan kening, pikirannya jelas berusaha menghubungkan potongan-potongan informasi yang kuberikan. "Apa Kamu inget ciri-ciri orang itu?"

Aku terdiam lagi, mencoba mengingat lebih jelas. Bayangan motor itu masih kabur, tapi ada satu detail yang jelas tertanam dalam ingatanku. "Orang itu... Sepertinya seumuran kita. Masih sekolah. Dan dia pakai jas almamater. Warnanya maroon."

Mendengar itu, Aline langsung menyela dengan nada tak percaya. "Almet maroon? Bukannya itu almetnya SMAN Nusantara ya? Cuma sekolah itu yang pake almet warna itu." 

Ucapan Aline mengguncang ruangan itu. Semua orang terdiam sejenak, aku melihat Keenan dan teman-temannya —Nevan, Kafka, dan Abhi—saling bertukar pandang dengan ekspresi serius. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan, tapi mereka berusaha untuk tidak menunjukkannya padaku.

Kafka perlahan meletakkan gitarnya, wajahnya tiba-tiba berubah serius, jauh dari kesan santai yang biasa ia tunjukkan. "Jadi, bukan Arshaka pelakunya. Ada orang lain yang ngebut dan sengaja nabrak kalian?"

Aku mengangguk pelan, merasakan beban yang sedikit terangkat dengan kejelasan itu.

Aline menghela napas panjang, seolah melepaskan kekhawatiran yang ia pendam. "Syukurlah, berarti Arshaka gak salah. Sekarang kita harus cari tau siapa pelakunya."

Dengan cepat, nada suaranya berubah tajam, dan matanya menyala penuh kemarahan. "Dan KALIAN harus minta maaf karena udah nuduh cowok gue!"

Aku terkejut mendengar ucapan Aline. "Jadi kalian nuduh dia pelakunya?" tanyaku, mencoba memahami situasi yang terjadi.

Keenan mengangguk. "Karena dia orang terakhir yang bareng sama kamu."

Bayangan Arshaka terlintas di benakku, membuatku sadar bahwa aku sama sekali tidak melihatnya sejak kecelakaan itu. Pasti dia terpukul sekali karena tuduhan yang tidak benar ini.

"Kamu kenapa melamun, hm?" Tanya Keenan dengan lembut, aku menggeleng pelan. Gak papa.

Keenan menatapku dengan tatapan penuh keyakinan. "Kamu jangan takut, gak akan ada yang nyakitin kamu lagi, selama kamu bareng aku."

Meskipun perkataannya menenangkan, pikiranku tidak bisa lepas dari bayangan Arshaka. Aku penasaran bagaimana keadaannya sekarang. Sudah lama aku tidak melihat dia... Apa dia baik-baik saja.

Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pintu, "Assalamu'alaikum, maaf mengganggu waktu kalian," suara Dokter Athala yang tenang dan penuh wibawa menyapa ruangan. Dia berdiri di ambang pintu, mengenakan jas putih yang bersih dan rapi, lengkap dengan stetoskop yang melintang di lehernya.

"Wa'alaikumussalam, dok," jawab kami serempak, memberikan salam hormat.

Dokter Athala melangkah masuk dengan sikap profesional. "Saya harus memeriksa kondisi Alsha sebentar saja. Jadwalku padat, jadi saya harus memajukan jadwal check-up-nya," katanya sambil tersenyum ramah, senyum yang mampu menenangkan meskipun suasana tegang.

"Silakan, dok. Kami keluar dulu," sahut Keenan dengan sopan, mengajak teman-temannya untuk meninggalkan ruangan. Namun, perhatian Aline tetap tertuju pada Dokter Athala. Ekspresinya menunjukkan kekaguman, seolah dia baru saja melihat sesuatu yang sangat menarik. Aku ber-hm pelan dalam hati, jangan bilang kalo jiwa cegilnya kumat setelah melihat dokter tampan ini.

Dokter Athala memandang Aline dengan tatapan lembut dan memberi isyarat agar dia meninggalkan ruangan. Aline sedikit gelagapan, wajahnya tampak merah muda saat senyum dokter itu terarah padanya. Aku terkekeh pelan melihat kelakuan Aline. Dia lucu banget.

Ketika teman-teman Keenan dan Aline keluar, ruangan menjadi lebih tenang. Dokter Athala mendekat dengan langkah penuh keyakinan, dan dengan lembut mulai memeriksa kondisiku. Senyumnya yang ramah dan tatapannya yang penuh perhatian membuatku merasa lebih tenang, meskipun perasaan cemas masih ada di dalam hatiku. Aku memperhatikan wajahnya, eh? Aku baru sadar, sepertinya aku pernah melihat dokter ini, tapi dimana ya? Aku mencoba mengingat sesuatu, tapi malah membuat kepalaku tambah pusing.

"Alsha, kondisimu sangat baik, jangan terlalu banyak mikir, dan selamat,  besok kamu benar-benar bisa pulang," kata Dokter Athala sambil meletakkan kantong plastik hitam berisi obat di samping tempat tidurku. "Ini obatmu, Alsha."

Aku memandang  obat itu dengan mata terbelalak. "Dok? Ini nggak terlalu banyak?" Tanyaku, melihat begitu banyak obat, aku merasa hampir ingin menangis dalam hati. Aku bukan penggemar berat minum obat.

Dokter Athala terkekeh pelan, suaranya yang lembut terasa menenangkan. "Mau ditambah lagi?" tanyanya sambil tersenyum, bercanda dengan nada yang membuatku tersenyum tipis.

Aku mengerutkan bibirku, mencoba menahan rasa frustrasi. "Mungkin cukup segini aja, Dok."

"Alsha harus cepat sembuh supaya bisa kembali ke sekolah," lanjutnya dengan nada serius namun tetap lembut. Matanya menatapku penuh perhatian, seolah memastikan kata-katanya benar-benar tertanam di benakku. "Banyak orang yang menunggu kesembuhanmu."

Aku mengangguk pelan, menyerap setiap nasihatnya seperti seorang murid yang patuh.

"Jadi, obat ini harus habis, paling lama dalam waktu dua bulan lebih." ucapnya lagi, dengan penekanan yang lembut namun tegas.

"Setelah itu, Alsha akan terbebas dari obat. Semoga semuanya berjalan lancar."

Aku hanya bisa mengangguk, mencoba menerima kenyataan yang terasa berat. "Makasih banyak, Dok," jawabku dengan suara yang nyaris berbisik

Dengan anggukan pelan dan senyum yang penuh pengertian, Dokter Athala berdiri dan meninggalkan ruangan. Keberadaannya meninggalkan jejak positif, seperti embun pagi yang menenangkan hati. Meskipun tumpukan obat itu tampak seperti gunung yang harus kudaki, ada secercah keyakinan bahwa aku bisa melewati semua ini. Aku merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi hari-hari pemulihan yang menantiku.

Tiba-tiba Aline dengan langkah buru-buru masuk ke ruangan,  menghampiriku. "Al, Al, kamu inget nggak postingan cowokku."

Aku mengerutkan kening, mencoba menangkap maksudnya. "Hah?"

"Aduh, maksudnya, Arshaka. Yang aku pernah nunjukin ke kamu kalau Arshaka punya tiga saudara kembar."

"Oh," aku mengangguk cepat. "Iya, aku ingat."

"Dokter itu kan yang foto bareng Arshaka," lanjut Aline sambil menyodorkan ponselnya ke arahku, menunjukkan fotonya.

Aku menatap layar ponsel dan langsung mengenali wajah dokter itu. Pantes wajahnya nggak asing.

"OMG, Al! Mereka beneran kembar tiga? Atau mataku aja yang nggak bisa membedakan kegantengan mereka? Cubit aku, Al, please, cubit aku!" seru Aline dengan suara yang hampir melompat dari kegembiraan.

Aku tidak bisa menahan tawa kecil melihat reaksi Aline yang begitu antusias. "Aline, jangan heboh, nanti Keenan dan teman-temannya tahu."

"Kenapa, emangnya?" tanya Aline, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu yang tak tertahan.

Belum sempat aku menjawab, Keenan muncul kembali di ruangan, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Sheena, kamu baik-baik aja? Apa yang kalian bicarakan?"

Aku mengangguk, berusaha tersenyum. "Iya, aku baik-baik aja. Aline cuma heboh soal dokter tadi."

Keenan mengangkat alisnya. "Dokter Athala? Kenapa emangnya?"

Sebelum aku bisa menjawab, Aline menyela dengan cepat, "Nggak papa."

Keenan menatap kami berdua dengan curiga, tapi akhirnya mengangguk. 

"Aku senang kamu sudah bisa pulang besok, Sheena" ucap Keenan sambil tersenyum ke arahku.

Hatiku menghangat mendengar kata-katanya. Meskipun masih ada misteri yang harus dipecahkan.

Malam itu, saat Aline terlelap di sampingku dengan napas yang teratur dan damai, dan Keenan serta teman-temannya tengah berada di luar, aku terbaring di tempat tidur, dikelilingi oleh keheningan yang penuh beban. Kegelapan ruangan hanya diterangi oleh cahaya lampu yang lembut dari luar, menambah suasana merenung yang menyelimuti pikiranku.

Aku menggenggam ponselku yang dingin di tangan, mataku tertuju pada foto yang ditunjukkan Aline sebelumnya. Dalam gambar itu, dokter Athala berdiri dengan senyum hangat, bersebelahan dengan Arshaka. Kesadaran bahwa dokter itu adalah saudara Arshaka, si cowok misterius yang telah banyak mengganggu pikiranku, membuat rasa tidak percaya dan bingung melanda. Kenyataan ini semakin memperumit situasi yang sudah penuh teka-teki.

Pikiranku terus berputar, membayangkan bagaimana hubungan Keenan dengan dokter Athala mungkin akan terguncang ketika dia mengetahui ikatan keluarga tersebut. Aku bertanya-tanya apakah Keenan tahu tentang latar belakang keluarga dokter Athala. Jika Keenan mengetahuinya, mungkin persahabatan mereka akan terancam.

Aku mencoba menenangkan diri, tapi bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian terus mengganggu. Mungkin besok akan membawa klarifikasi dan jawaban yang aku cari, atau mungkin malah menambah kerumitan yang ada.

Dengan rasa gelisah yang menggigit, aku memejamkan mata perlahan, berharap malam ini bisa memberikan ketenangan dan besok akan menawarkan pencerahan di tengah kabut kebingungan ini.

---

Sore itu, kami meninggalkan rumah sakit dengan perasaan lega yang menyelimuti kami setelah berhari-hari di sana. Keenan dan Kafka mengantar kami pulang menggunakan mobil, sementara Abhi dan Nevan mengikuti di belakang dengan motor. Suasana di dalam mobil cukup ceria; meskipun tubuhku masih terasa lelah, aku merasa tenang mengetahui bahwa akhirnya kami bisa kembali ke rumah.

Namun, ketenangan yang menyenangkan itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba, di tengah perjalanan, sebuah geng motor muncul dari kegelapan, menghalangi jalan kami dengan formasi yang menakutkan. Mobil kami terpaksa berhenti mendadak. Keenan mengerutkan kening, tatapannya terpaku pada geng motor yang terdiri dari sepuluh motor lebih, dengan anggota yang tampak garang dan siap menghadapi apa pun.

Salah satu dari mereka menghampiri mobil, mengetuk kaca dengan keras. "Keluar semua!" suaranya kasar, penuh ancaman.

Keenan membuka kaca sedikit, wajahnya tegang dan penuh ketidakpastian. "Raka," ucapnya dengan nada dingin.

Aku dan Aline saling memandang dengan tatapan bingung. "Kamu kenal sama dia?" tanyaku pelan ke Keenan, rasa penasaran dan kekhawatiran menyelimuti suaraku.

Keenan tidak menjawab, matanya tetap fokus pada Raka "Mau apa lo?"

Raka melirik ke arahku dan Aline yang duduk di kursi belakang dengan tatapan menilai. "Gue mau lo semua keluar dari mobil."

Keenan menatap kami dengan khawatir, berbisik pelan, "Kalian tetep disini, gak usah keluar."

Namun, Raka menatap tajam dengan mata penuh ancaman. "Jangan coba-coba. Kalau lkalian semua gak keluar, gue bakal bikin keributan di sini."

"Kita keluar, biar mereka gak bikin ulah," ucap Kafka dengan nada tegas, sambil melirik ke arahku dan Aline.

Keenan menarik napas dalam-dalam, kemudian mengangguk dengan penuh keputusan.

Kami akhirnya keluar dari mobil, berdiri di depan geng motor yang menatap kami dengan tatapan menantang dan penuh kebencian. Nevan dan Abhi, yang baru sampai di lokasi, ikut bergabung, menambah ketegangan yang terasa di udara.

Keenan mengatupkan rahangnya, wajahnya merah padam, menahan kemarahan yang semakin membara.

Raka, dengan senyum sinis yang melekat di bibirnya, menatapku dengan tatapan tajam. "Lo Alsha, kan? Ada sesuatu yang perlu lo tahu," katanya dengan nada dingin.

Aku mengerutkan kening, mencoba memahami. "Apa?"

"Sebenarnya, orang yang nyebabin lo celaka adalah orang terdekat lo sendiri," sahut Raka, suaranya penuh provokasi.

Hatiku berdebar. "Maksud kamu?"

Raka melanjutkan dengan ekspresi yang semakin memuakkan. "Keenan yang nyuruh anak sekolah lain buat nabrak cowok yang bareng lo saat itu, karena dia cemburu."

Aku menatap Keenan, kebingungan dan kecurigaan membayang di wajahku. "Aku gak percaya."

Dengan tangan yang tenang namun penuh ancaman, Raka mengeluarkan sebuah foto dari saku jaketnya. Ia menunjukkannya dengan penuh rasa puas. Di dalam foto itu, Keenan tampak sedang berbicara serius dengan seorang anak muda. Anak itu mengenakan jas almamater warna maroon—sebuah pengingat jelas dari kejadian waktu itu. Aku mencoba mengingat, bayangan motor yang melaju cepat dan postur tubuh anak tersebut mulai muncul kembali dalam pikiranku.

"Ini buktinya," kata Raka dengan nada menekankan. "Lo bisa lihat sendiri. Keenan dan anak ini ada di tempat yang sama sebelum kecelakaan."

Melihat foto itu, ingatanku tiba-tiba kembali tajam. Sosok dalam foto itu—postur tubuhnya, motornya—membuat hatiku terasa berat. "Dia... dia pelakunya... tapi—"

Raka memotong, "Dan bukan cuma itu. Gue juga ada saksi mata yang lihat Keenan ngatur semua ini. Anak itu cuma eksekutor."

Keenan, tidak bisa menahan kemarahannya, hampir melayangkan pukulan ke arah Raka. Namun, Kafka dengan cepat menahan Keenan, menempatkan tubuhnya di antara Keenan dan Raka.

"Sabar!" kata Kafka dengan suara tegas, matanya tajam. "Jangan bikin keributan, terutama di sini. Inget, kita lagi bareng mereka." ucap Kafka sambil melirik ke arahku dan Aline, yang menonton dengan rasa cemas.

Raka berdiri dengan sikap menantang, seolah siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi. "Gue cuma ngomong apa adanya. Kalau lo masih gak percaya, itu urusan lo."

Raka dan geng motornya mulai mundur, memberi isyarat untuk pergi dengan gerakan yang penuh kepastian.

Ketika geng motor itu mulai menjauh, suasana di sekitar kami terasa berat. Udara dipenuhi dengan ketidakpastian dan rasa kecewa. 

Aku merasa terpecah. Antara keinginan untuk mempercayai Keenan dan rasa kecewa yang mendalam karena apa yang baru saja ku dengar.

Aline, yang melihatku menangis, langsung marah. "Keenan, ini keterlaluan! Lo boleh cemburu, tapi nggak harus bikin orang hampir mati! Lo liat sendiri kan? Akhirnya Alsha yang jadi korbannya!" suaranya menggelegar, penuh rasa marah yang tak tertahan.

Dia melanjutkan dengan nada membentak, "Jadi, ini alasan lo nungguin Alsha selama dua hari tanpa tidur? Karena lo ngerasa bersalah? YA KAN!"

Kafka mencoba meredakan ketegangan. "Aline, tenang. Kita coba dengerin penjelasan Keenan."

Namun Aline tetap bertahan dengan kemarahannya. "Gak ada yang perlu dijelasin!"

Nevan dan Abhi bergabung mencoba membantu Keenan menjelaskan, namun bukti yang dibawa Raka terlalu kuat untuk dibantah. Keenan, dengan wajah penuh penyesalan, berusaha menjelaskan kepadaku, berharap aku bisa melihat sisi lain dari ceritanya.

"Sheena, aku mohon, dengerin aku dulu. Aku bakal jelasin nanti," kata Keenan, nada suaranya penuh dengan rasa sesal yang mendalam.

Aku hanya bisa diam, air mata terus mengalir tanpa bisa dihentikan. Keenan berusaha mengajak kami masuk mobil untuk melanjutkan perjalanan, tapi Aline langsung menolak dengan tegas.

"Kita gak mau pulang sama orang yang nyebabin Alsha hampir mati!" Aline bersikeras. "Kita bisa pulang sendiri!"

Keenan tampak hancur, namun ia berusaha menghalangi kami. "Please, Sheena, kamu baru pulang dari rumah sakit. Aku khawatir banget sama kondisi kamu. Aku anter ya."

Aku mengusap air mata dan menatap Keenan dengan penuh luka. "Aku nggak mau dikhawatirin lagi sama kamu."

"Sayang..." Keenan mencoba meraih lenganku, suaranya penuh harapan dan ketulusan.

Aku menepis tangannya dengan keras. "GAK USAH PANGGIL-PANGGIL SAYANG!" Bentakanku terdengar penuh amarah dan kepedihan, membuatku terkejut dengan kekuatan emosiku sendiri.

Keenan tampak sangat terpukul, wajahnya memucat dan sedih. "Sheena, kamu boleh marah sama aku. Tapi, biarin aku anter kamu pulang dulu, ya."

Aku menggelengkan kepala, air mata masih mengalir deras. "Mana mungkin aku bisa pulang sama orang yang hampir bikin aku mati."

Keenan mencoba mendekat lagi, tetapi aku mundur, menggenggam tangan Aline sebagai perlindungan. "Tolong, jangan deket-deket aku sekarang. Aku nggak mau pulang sama kamu."

Abhi dan Nevan mendekat dengan ekspresi cemas.

"Neng, ini jalanan sepi, jarang ada taksi di daerah sini," kata Abhi dengan nada khawatir.

"Benar kata Abhi. Apalagi sudah sore banget. Yang ada nanti geng motor yang bakal gangguin kalian," tambah Nevan.

"Oke..kalo kalian emang nggak mau pulang sama Keenan, biar gue yang nganter kalian ya?" kata Kafka, suaranya penuh tekad.

Aku menggeleng pelan, tetap menolak tawaran itu.

Keenan melangkah maju lagi, berusaha mendekatiku dengan harapan. "Sheena..."

"AKU UDAH BILANG GAK USAH DEKET-DEKET, KEENAN!" Aku membentak lagi, suaraku bergetar penuh kepedihan. Air mataku terus mengalir, menambah beratnya beban emosional yang aku rasakan.

"Dan inget ini baik-baik, Keenan Aksara," aku melanjutkan dengan suara yang hampir pecah, "Jauhin aku dari sekarang."

Keenan langsung terduduk lemas di tepi jalan, wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam. Dia tampak hancur, berusaha menahan rasa sakit yang tak tertahan.

Aku berbalik, air mata semakin deras mengalir di pipiku. Hatiku terasa hancur saat meninggalkan Keenan yang terpuruk, berusaha menahan rasa sakit yang mendalam, meninggalkan suasana yang penuh dengan rasa sakit dan kekecewaan.

...BERSAMBUNG...

#alshameyzea

#alsha

#keenan

#aboutme

#fiksiremaja

#arshaka

#rey

------

Assalamualaikum guys!! Bantu support yaa dengan follow, vote, dan komen di setiap bab nya!! Makasiiii!🌷💖

Mari kepoin cerita kami juga di ig: @_flowvtry

Salam kenal dan selamat membacaa. Semoga betah sampai akhir kisah Alsha! Aamiin.💖

Komen sebanyak-banyaknya disini 👉🏻 👉🏻 👉🏻

Eh? Kalian mau kasih saran dan kritikan? Boleh banget, disini yaaa👉🏻👉🏻👉🏻👉🏻👉🏻

Thanks udah mau bacaa bab iniii sampe akhir💐

1
Sodiri Dirin
jujursi ceritanya bikin binggung tp bagus 🤔
_flowvtry: Makasii kaaa🥹🥹🥹🌷
total 1 replies
Sodiri Dirin
up tor jangan lama2,,sejujurnya aku ngrasa binggung sama ceritanya kaya GK nyambung lompat2 GK jelas tp seneng aja bacanya 🤗
_flowvtry: makasii kaaa, update terbaru ada di aplikasi wp kaa🙏🏻😭
total 1 replies
lilyflwrsss_
kerennnn bangett, alurnya bener-bener ga ketebak.
jd pengen baca terus menerus.
ditunggu updatenya kaak
_flowvtry: makasiiii kaaaa huhuu🥹🥹❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!