NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Partition

Keesokan harinya mereka sudah berkumpul di rumah Delima. Bersiap berangkat menuju kediaman pak Harja. Memandikan kerbau-kerbau kurang tujuh belas ekor lagi.

Gayathi menyediakan sarapan pagi buat teman-teman Delima. Membuat roti sumbu dan teh manis hangat. Mereka memakan dengan lahap seraya berceloteh.

"Senang sekali kita akan memandikan kerbau hari ini." Ujar Bani.

"Ya! Kita akan membeli makanan apa untuk makan bersama?" Tanya Hasan.

"Bagaimana kalau kita beli dua ekor ayam untuk kita bakar?" Usul Ahsan.

"Usul yang bagus. Kita juga akan memasak makanan secara liwet. Menggunakan panci yang bisa di cantel."

"Baiklah kita akan menyisihkan uang 120 ribu. untuk keperluan makanan bersama." Sahut Karim.

"Kita akan menerima 400 ribu rupiah bukan untuk memandikan 20 ekor kerbau." Sahut Delima.

"Iya, dibagi tujuh setelah dipotong 120 ribu rupiah." Terang Fahmi," Dua ratus delapan puluh ribu dibagi tujuh."

"Empat puluh ribu seorang." Ujar Chandra.

"Tabunganku akan lebih cepat penuh menerima uang sebanyak itu." Ujar Delima berbinar.

"Sebaiknya kita bersiap-siap mengerjakan pekerjaan kita. Sepertinya butuh beberapa hari untuk menyelesaikan pekerjaan kita." Ujar Chandra.

"Kemaren kita sudah memandikan tiga ekor kerbau. Hari ini mungkin sembilan sampai dua belas ekor. Jika kita mengerjakan seharian." Ujar Delima.

"Berarti besok tinggal delapan atau lima ekor lagi." Sambung Bani.

Mereka menghabiskan sarapan pagi dan teh manis hangat yang disuguhkan ibunya Delima. Bergegas berangkat dengan penuh semangat. Menyanyikan lagu Maju Tak Gentar, Aku seorang Kapiten dan Garuda Pancasila.

Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh pak dan bu Harja. Mereka langsung menuju kandang mengambil kerbau-kerbau yang akan mereka mandikan.

Mengambil tiga ekor kerbau pertama dan membawanya ke sungai dan memandikannya di sana.

Delima mengambil sikat dan menaiki punggung kerbau yang ingin dimandikannya. Sementara Chandra menggosok bagian tubuh Kerbau dengan menggunakan kain. Sedangkan Fahmi mengusap-usap kerbau yang akan mereka mandikan. Membuatnya semakin nyaman.

Mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan bersemangat. Di selingi nyanyian, candaan dan obrolan. Membuat pekerjaan tersebut menjadi sangat mengasyikkan dan lebih menyerupai hiburan yang menyenangkan.

Tubuh kerbau yang sudah dibasahi dengan air. Disikat dan digosok menggunakan detergent cair hingga berbusa. Membilasnya sampai bersih. Tidak lupa menggosok giginya sampai bersih.

Mereka mengantarkan kerbau-kerbau yang sudah dimandikan ke kandang dan mengambil tiga ekor lagi untuk dimandikan.

Mereka bekerja sambil bermain dan bercanda. Saling melempar dan menyiram.

Menjelang makan siang, Bu Harja memanggil mereka semua untuk makan siang.

"Berhenti dulu! Makan siang dulu! Nanti diteruskan lagi!" Teriaknya pada anak-anak tersebut.

"Kami selesaikan dulu, Bu!" Sahut Karim.

"Baiklah! Aku menyediakan makan siang kalian di teras. Kalian makan dulu ya, kalau sudah selesai." Pinta Bu Harja lagi.

"Baik Bu!" Sahut Hasan."

Mereka menghentikan candaan mereka. Menyelesaikan pekerjaan mereka dengan serius.

"Setelah selesai, kita makan, sholat dan istirahat dulu. Nanti kita teruskan lagi." Sahut Ahsan.

"Berapa ekor lagi yang akan kita kerjakan?" Tanya Delima.

"Tiga ekor lagi. Sisanya besok. Delapan ekor lagi kita selesaikan. Setelah itu kita akan menerima bayaran." Sahut Fahmi.

Setelah selesai memandikan kerbau-kerbau tersebut. Mereka berjalan menuju teras rumah Bu Harja.

Di bale-bale sudah tersedia nasi lauk pauk, air minum, piring, gelas dan sendok.

Nasi, sayur asem, ikan asin, tahu tempe dan sambal juga kerupuk membuat selera mereka semua terbit. Perut mereka keroncongan.

Masing-masing mengisi piring mereka dengan lauk pauk, sayur dan sambal. Mereka memakan makanan mereka dengan nikmat. Selesai makan, mereka membawa bekas piring makan, sendok dan gelas mereka ke belakang serta mencucinya.

Mereka beristirahat sebelum memulai pekerjaan mereka kembali. Semilir angin berhembus. Pepohonan yang ada di pekarangan rumah Bu Harja membuat cuaca yang terik menjadi lebih teduh.

Pepohonan tersebut seakan meredam panas yang ada. Rumah Bu Harja yang luas bersebelahan dengan sawah-sawahnya yang tidak kalah luasnya. Kandang ternak, ladang dan sungai.

"Selesai makan mataku terasa mengantuk!" Ucap Delima menguap. Menutup tangannya ke mulutnya.

"Anginnya yang bikin ngantuk!" Ujar Hasan ikut menguap.

"Apakah kita tidur sebentar sebelum melanjutkan memandikan kerbau?" Usul Bani.

"Kita tidak biasa tidur siang. Aku rasa kita tidak akan tertidur lelap." Sahut Ahsan.

"Mungkin karena kita tidak melakukan apa pun. Angin bertiup sepoi-sepoi. Membuat kita mengantuk." Sahut Karim.

"Sebaiknya kita melanjutkan pekerjaan kita. Kalau sudah selesai kita bisa pulang dan melanjutkan esok hari." Usul Chandra yang disetujui yang lain.

Mereka bergegas ke dalam kandang mengambil kerbau-kerbau yang akan dimandikan. Memandikannya dengan penuh semangat. Rasa kantuk hilang begitu saja.

"Kau sangat manis sekali!" Ujar Delima pada kerbau yang akan dimandikannya.

"Kupikir mereka semua senang dimandikan." Ujar Fahmi.

"Ini namanya seperti kerbau yang di cucuk hidungnya!" Ujar Bani diikuti tawa yang lain.

Delima menaiki kerbau dan menyabuninya. Fahmi dan Chandra membantunya. Fahmi menyabuni bagian tubuh kerbau di depan sedangkan Chandra di belakang.

Ahsan sendiri memilih menyikat gigi kerbau yang akan dimandikannya sebelum memandikannya. Karim membantu memegangi, menenangkan dan menyamankan kerbau tersebut.

Sedangkan Hasan dan Bani menyiramkan air ke tubuh kerbau yang akan mereka sikat sebelum menyabuninya.

Selesai memandikan ketiga kerbau terakhir untuk hari itu. Mereka berpamitan pulang.

"Kalian tidak mau makan dulu?" Bu Harja menawarkan.

"Tidak usah Bu! Kami ingin segera pulang." Ujar Karim.

Mereka berpamitan dan segera berlalu dari rumah Bu Harja. Menuju rumah masing-masing.

Sesampainya di rumah. Delima mengambil pakaian bersih dari lemari dan langsung menuju kamar mandi.

Selesai mandi, tubuhnya terasa segar. Senyum mengembang dari wajah ibunya.

"Begitu dong! Tidak usah disuruh mandi sudah mandi sendiri." Ibunya berjalan menghampiri. Memeluk serta menciumnya,"anak ibu sudah cantik dan wangi. Apakah kau ingin makan?"

Delima menganggukkan kepalanya,"ibu masak apa?"

"Ibu buat pepes ikan. Tempe dan tahu penyet. Sayur lodeh. Apakah kau suka?"

Delima menganggukkan kepalanya. Ibunya menemani putrinya yang makan dengan lahap. Selesai makan, Delima mencuci piring dan gelasnya sendiri. Setelah itu menyetel televisi dan tertidur saat tengah menonton.

Ayahnya pulang setengah jam setelah dirinya tertidur di depan televisi. Mandi membersihkan tubuhnya. Setelahnya, membopong putrinya ke dalam kamarnya. Istrinya mengikutinya.

"Sepertinya dia kelelahan." Ujar ayahnya,"apakah dia sudah makan?"

"Sudah." Sahut ibunya.

"Kau masak apa? Perutku lapar sekali." Ujar suaminya.

"Aku mem pepes ikan yang kau ambil di sungai. Membuat sayur lodeh serta tahu tempe di penyet dengan sambal."

"Perutku semakin lapar. Kau mau kan menemaniku makan?"

"Baiklah! Aku ikut makan menemanimu."

"Gitu dong!" Ujar suaminya,"apakah kau membuat cemilan? Aku ingin mengobrol denganmu di teras sehabis Maghrib."

"Aku buat kolak singkong."

"Kolak singkong dan kopi? Baiklah..." Ujar suaminya senang.

1
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!