Aku hampir gila, karena dihadapkan pada dua wanita.
Nadira adalah gadis pilihanku, sedangkan Naura adalah gadis pilihan ibu.
Jika tetap mempertahankan Nadira, maka hati ibulah yang akan tersakiti, tetapi jika memilih wanita pilihan ibu, maka aku harus siap melihat Nadira terluka dan kecewa.
lalu aku harus bagaimana? Apa aku bisa mencintai wanita pilihan ibu seperti aku mencintai Nadira?
hai...mampir yuk di cerita terbaruku!
jangan lupa like dan komen ya.. terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 26
Pengakuan salah mas Rafka bermain-main di kepala.
Bahkan di hatiku muncul perasaan dendam.
Aku menatap lelaki di sebelahku.
" Tunggu saatnya mas..kamu Pasti akan menyusul putri kita!"
***
Aku bergidik ngeri melihat wajah dingin Naura. Sejak pulang dari makam putri kami ia hanya diam. Bahkan ia sesekali menatapku tanpa berkedip.
Ada apa dengan Naura ku?
Aku menyiapkan air hangat di ember untuk mandi Naura. Handuk sudah ku taruh di gantungan kamar mandi. Sekarang am waktunya menyuruh Naura mandi.
Cklek!
Aku membuka pintu kamar. Ada Naura yang terkejut. Reflek tangannya melempar sesuatu kebawah tempat tidur.
"Nau..sedang apa?"
Naura tampak kikuk, tapi ia diam dan menunduk. Berbeda sekali dengan Naura yang dulu.
"Nau, aku sudah siapkan air hangat di kamar mandi belakang. Kamu mandi dulu ya biar segar. Handuknya juga sudah aku siapkan di kamar mandi."
Naura hanya mengangguk, lalu berjalan keluar kamar dengan memegang perutnya. Sepertinya luka operasinya belum sembuh total. Itu terlihat dari cara Naura berjalan sedikit membungkuk.
Aku mendengar guyuran air di kamar mandi. Itu artinya Naura sudah mandi.
"Ah, ya. Naura tadi membuang apa ya?"
Rasa penasaran membuatku ingin mencari benda yang dipegang oleh Naura tadi.
Aku mengambil posisi telungkup di lantai untuk melihat benda tadi.
Sedikit bersusah payah, akhirnya aku menemukannya.
Dadaku bergetar hebat melihat benda yang kutemukan dibawa tempat tidur.
"Gunting? Untuk apa gunting ini? Apa yang akan Naura lakukan pada Ginting ini? Apa dia ingin bunuh diri?"
Ya Tuhan..mengapa Naura bisa berfikir pendek?
Aku bergegas menyimpan gunting dibawah lipatan bajuku. Setelah itu aku bergegas keluar kamar menemui Naura.
Air keran kamar mandi masih berbunyi. Naura masih di dalam, tapi mengapa senyap? Tidak ada pergerakan sama sekali.
"Jangan-jangan..."
Pikiran buruk berputar-putar di kepalaku.
Tok..tok..tok..
Aku mengetuk kamar mandi.
Bug..bug..bug..
Kali ini bukan mengetuk tapi memukul pintu kamar mandi.
"Nau..buka Nau.."
Tidak ada sahutan. Aku panik, lalu mengambil linggis yang ada di gudang, secepat mungkin aku membuka pintu kamar mandi dengan paksa.
Hah? Kalian tahu apa yang terjadi? Naura tampak santai duduk sambil bermain air di kamar mandi. Rambutnya basah, tubuhnya sudah terlilit handuk. Itu aku artinya, dia sudah selesai mandi.
Tapi mengapa dia diam saja saat aku mendobrak pintu ini?
Pintu kamar mandi ku singkirkan. Naura tampak cuek, bahkan seperti tidak sadar.
Ia masih asyik bermain air pada sebuah ember yang penuh.
"Nau..kamu sudah siap mandi?"
Tetap tidak ada sahutan. Ia seperti tuli dan buta.
Ku tuntun Naura keluar dari kamar mandi.
Aku memakaikan baju pada Naura. Aku juga merapikan rambut Naura, menyisir rambut itu dengan sangat hati-hati.
Ya! Naura kini tampak lebih segar, hanya wajahnya saja yang masih pucat.
"Nau, kamu makan ya.. aku suapin."
Naura menggeleng,
"Nau..kamu harus makan terus minum obat." Ujarku pagi.
Naura menggeleng, kini ia malah membaringkan tubuhnya di ranjang, lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Tuhan, hukuman apa ini?
***
"Bu, tolong aku, Bu."
"Kenapa Raf?" Tanya ibu panik di ujung telepon.
"Naura, Bu. Aku sama sekali tidak mengenali Naura. Pokoknya ibu harus datang sekarang ya! Aku tunggu ibu!"
Aku memaksa ibu.
Setelah ibu berjanji akan datang, aku memutuskan sambungan telepon.
Sambil menunggu ibu, aku memutuskan duduk di ruang televisi. Dari sini aku bisa memantau Naura. Pintu kamar pun sengaja kubuka agar memudahkan aku mengontrol Naura.
Setelah lelah menanti ibu hingga terkantuk-kantuk akhirnya bel rumah berbunyi.
Secepat kilat aku berlari membuka pintu menyambut kedatangan ibu tersayang ku.
"Taraaaaaa..."
Teriakan di depan pintu sontak membuat jantungku hampir copot.
"Raf..aku rindu." Nadira memeluk dan mengecup kedua pipiku.
"Aku mau jemput kamu pulang. Kamu gak bisa berlama-lama di sini, Raf. Ingat! Kamu jangan zolim. Istri kamu itu bukan satu tapi dua, dua Rafka." Ujar Nadira bak mercon meledak yang keluar dari mulutnya.
"Kenapa kamu datang Nad?" Ucapku terdengar seperti keluhan.
Nadira mengernyitkan kening, " kamu gak senang aku datang? Seharusnya kamu bangga dong Raf, aku perhatian sama kamu, aku ngemis-ngemis kamu pulang."
Omel Nadira dengan wajah cemberut.
"Tapi waktunya gak tepat, Nad. Kedatangan kamu kesini tuh hanya bisa buat suasana makin runyam." Ucapku ceplas-ceplos tanpa memikirkan perasaan Nadira.
Nadira menatapku penuh amarah, matanya mulai berkaca-kaca.
Aku sadar perkataanku barusan pasti menyakiti hatinya.
Aku mengajak Nadira duduk di teras rumah.
Mencoba membujuk Nadira, berbicara dari hati ke hati tentunya. Aku paham Nadira, semakin keras menghadapinya, maka ia kan semakin keras seperti kue bantut.
"Nadira.. boleh kita kerja sama?"
Aku menawarkan kerja sama pada Nadira.
Dari raut wajahnya sepertinya ia tertarik.
"Sekali ini saja, tolong aku." Pintaku sambil memasang wajah memelas.
"Mau kamu apa?" Tanya Nadira.
"Kamu pulang sekarang. Aku janji, besok aku akan ke rumah mu."
"Janji?"
Aku mengangguk cepat. Nadira mengangkat jari kelingkingnya. Aku pun melakukan hal yang sama.
Seperti terkena sulap, Nadira kali ini sangat manis dan penurut.
Setelah meminta pelukan dariku, akhirnya nya.. Nadira pulang juga dan aku bisa sedikit bernapas lega karena istri kedua ku itu bisa diajak kompromi hari ini.
Urusan besok menemui atau tidak, itu jadi persoalan belakang.
Baru saja hendak masuk, sebuah mobil berhenti di depan halaman rumah.
Seorang wanita paruh baya bergelar ibu itu berjalan terburu-buru memasuki rumah.
Aku menyalami beliau,
"Mana Naura?" Tanyanya tidak sabaran sambil berjalan meninggalkan ku.
"Ada di kamar lagi tidur Bu."
"Kamu itu harus perhatian pada Naura. Istrimu itu sedang berduka karena kehilangan anaknya." Omel ibu padaku.
Aku menghela napas, lelah rasanya karena ibu lebih membela Naura dari pada aku darah dagingnya.
"Raf..Rafka.." teriakan ibu dari dalam kamar membuat aku lari tunggang-langgang.
"Mana Naura? Katanya tidur? Kamarnya kosong." Teriak ibu lagi.
Aku hanya bisa melongo menyaksikan kamar ini sudah rapi. Tidak ada Naura yang tidur. Bahkan kamar ini seperti baru saja dibereskan.
"Kemana Naura?" Batinku bertanya-tanya.
"Kamu gimana sih Raf? Gak becus banget jagain istri. Cepat cari Naura, Raf!" Perintah ibu sembari menepuk bahuku lumayan kencang.
Duh..Naura, kamu dimana sih?
Aku segera berlari ke dapur, dan benar, aku menemukan Naura tersenyum miring padaku. Senyum yang terasa aneh sepanjang aku mengenal Naura.
"Mas.."
Sapanya padaku.
Apa aku tidak salah dengar? Naura yang dingin dan cuek serta tidak peduli itu mana?
"Mana nau-"
Ibu pun sama terkejutnya dengan diriku hingga ucapannya tidak selesai.
Kami sama-sama saling berpandangan penuh tanda tanya.
"Ibu..kapan datang?"
..
seperti appa! sakit. udhh gitu nadira kena racun dr air ketuban yg nyerang syaraf dan janntung. mukanya menyot ke kiri. tangan lumpuh,kaki lumpuh sebelah.
90% isinya perempuan/ istri2 yh ditinggal nikah lagi dan suaminya tdk peduli dgn anak2nya. yg buat stress dan depresi yg istrinya tdk bisa cari uang,tdk bisa apa2
nadira hidupnya bahagia ya, cuma didunia nadira! tp nanti ketika di akherat durimu masuk neraka kekal.
RASULLAH BERKATA " BUKAN UMATKU DAN GOLONGANKU BAGI LAKI2 DAN PEREMPUAN YG DENGAN SENGAJA MENGHANCURKAN IKATAN PERNIKAHAN SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SAH DI MATA ALLAH, TEMPAT MEREKA DI NERAKA BERSAMA RAJA IBLIS..
ADA HADISNYA !!!
ambil bijinya jemur, setelah kering diroasting ducampur dgn kopi kasih rafka pagi dan siang. selama 4 minggu.
satu biji apel mengsndung sianida 0.2 mg..rafka tdk mati, tp merusak syarafnya.
dia akan lumpuh total, syaraf di otak, punggung,pinggang yg rusak.
banyak org pacaran 5 tjn.10 thn,15 thn jd nikah.
org nikah aja banyak yg cerai.
. jgn2 lagi hamil nadira krn sexc bebas. tinggal nunggu waktu balasan dr Allah. peremouan murahan, nanti anak2 juuga emgga ada ahklak.