NovelToon NovelToon
Istri Kedua

Istri Kedua

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Cerai / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:638.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: mama reni

Ketika ibu lain bahagia menanti kehadiran sang buah hati, Syifa Amira Chandani harus menelan derita. Kebahagiaannya direnggut paksa, padahal dua bulan lagi dia melahirkan. Syifa diceraikan hanya karena Haris masih mencintai Nadia, istri pertamanya.

Janji-janji Haris hanya manis di bibir. Nyatanya, dia hanya dijadikan pelarian.

Syifa berpikir, pelangi akan muncul di langit setelah hujan mereda. Namun, hujan tak kunjung reda. Badai belum berakhir. Dia harus tegar demi sang buah hati. Akankah Syifa berpeluang mengecapi manisnya madu setelah ditinggalkan Haris?

Mohon baca setiap bab yang update. Jangan menumpuk bab. Terima kasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Enam

Ibu Marni menatap tajam ke arah Nadia. Dia sepertinya tak suka mendengar ucapan wanita itu. Syifa langsung menggenggam tangan mantan ibu mertuanya. Dia tak ingin ibu menjadi marah.

"Jangan suka menyela obrolan orang, apa lagi kalau kamu tidak diajak. Tak sopan. Katanya kamu berpendidikan tinggi, masih bagus tata kramanya Syifa," ucap Ibu Marni.

"Tak selamanya yang dipilih itu merupakan yang terbaik. Semua bisa saja karena napsu. Lagi pula, tak ada kebahagiaan yang abadi dengan merampas kebahagiaan orang lain. Wanita yang beneran baik itu tidak akan pernah mengganggu hubungan yang dibangun oleh wanita lain, sebab ia tahu bahwa Allah tidak akan pernah menyukai tindakannya. Wanita yang beneran baik pasti akan tahu bagaimana caranya menolak dengan tegas ketika digoda oleh lelaki yang memang sudah beristri," ucap Ibu Marni.

"Oh, jadi sekarang ibu membela Syifa. Lagi pula bukan aku yang menggoda, tapi Harris yang menggodaku terlebih dahulu. Dia yang memilih aku. Ingat Bu, siapa yang menjaga Ibu sejak lumpuh setahun ini. Apa Ibu pikir dia mau mengajak pergi?" tanya Nadia dengan suara seperti mengejek.

"Kamu tidak pernah menjaga atau merawat ku. Hanya melihat saja. Semua dilakukan oleh Bi Imah," jawab Ibu Marni

"Sudah, Bu. Sekarang Ibu mau makan apa?" tanya Syifa. Dia sengaja menghentikan perdebatan ibu Marni dan Nadia, agar sang putra tidak mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut wanita itu.

"Jangan sok bijak. Kau lihat sendiri bagaimana mantan Ibu mertuamu itu saat ini. Makin cerewet dan bawel . Sudah syukur ada yang menjaga. Kalau Ibu tinggal seorang diri, jika ada yang berkeinginan membunuh, bagaimana? Tak ada yang bisa menolong. Ibu bisa tanya sama semua wanita, tak akan ada yang mau tinggal dengan mertuanya. Karena rata-rata mertua itu julid dan bawel," balas Nadia sambil tersenyum miring.

Ibu Marni ingin menjawab, tapi ditahan Syifa. Dia berbalik menghadap Nadia. Tersenyum pada wanita itu. Sebenarnya dia sudah tak ingin berurusan dengan istri Harris itu, tapi harus bagaimana lagi. Dia tetap saja dipertemukan.

"Mbak Nadia, apa tak bisa menjaga ucapan. Ibu mertua itu kedudukannya sama dengan orang tuamu. Jika tak bisa memberikan senyuman, jangan pernah beri air mata. Hormati dan hargai jika Mbak juga ingin diperlakukan sama," ucap Syifa.

"Jangan sok bijak. Kamu merasa di atas angin karena di bela Ibu," ucap Nadia dengan emosi.

Melihat Nadia yang emosi dan suaranya yang besar, Adam jadi ketakutan. Dia langsung memeluk bundanya. Hal itu terlihat oleh Ibu Marni. Tentu saja wanita itu tak bisa terima melihat cucunya ketakutan.

"Rendahkan suaramu, cucuku sampai ketakutan. Kamu seperti orang kerasukan setan saja. Bicara dengan suara tinggi," ucap Ibu Marni.

Ucapan ibu mertuanya bukan membuat Nadia berhenti, dia justru makin emosi. Dia berdiri dengan berkacak pinggang.

"Anaknya saja yang lemah dan penakut. Mendengar suara begitu saja sudah seperti itu. Bagaimana nanti menghadapi lawan. Kamu laki-laki atau perempuan?" tanya Nadia seperti mengejek.

Syifa yang dari tadi hanya diam, kali ini tak bisa terima. Dia bisa menahan segala hinaan dan cacian uang yang ditujukan padanya. Namun, dia tak bisa terima jika ada yang menghina putranya. Dia langsung berdiri dan menatap Nadia dengan mata tajam.

"Mbak Nadia ... jaga ucapanmu! Kau boleh menghinaku, tapi aku tak akan pernah terima jika itu mengenai putraku!" ucap Syifa dengan nada cukup tinggi.

"Syifa ... kapan datang? Kenapa marah dengan Nadia?" tanya Harris.

Entah sejak kapan pria itu datang. Dia terkejut melihat Syifa dan putranya ada di kamar sang ibu. Tapi yang lebih membuat dia terkejut, melihat mantan istri keduanya itu marah. Selama mereka menikah, tak pernah wanita itu mengatakan sesuatu dengan suara tinggi.

"Tanya saja dengan istri, Mas. Apa yang tadi di ucapkan?" Bukannya menjawab pertanyaan sang mantan suami justru balik bertanya.

"Apa yang kamu katakan sehingga Syifa marah?" tanya Harris.

"Kenapa tanya denganku. Aku saja bingung Kenapa Syifa jadi semarah itu?" Nadia juga mengajukan pertanyaan.

"Itu lah istrimu. Pandai bersilat lidah, terlalu sering berbohong, jadi lupa apa saja yang telah diomongkan," balas Ibu Marni.

Mendengar ucapan sang mertua, darah Nadia terasa mendidih. Dia memandangi wajah Ibu Marni tanpa kedip.

"Kenapa dari tadi ibu menyalahkan aku terus? Apa karena ada Syifa? Ibu berharap dia akan membawa pergi. Jangan mimpi terlalu tinggi, Bu. Nanti sakit banget kalau jatuh dan tak sesuai impian," ujar Nadia.

Harris terkejut mendengar ucapan Nadia. Dalam hatinya berpikir apakah begini cara istrinya itu bersuara dengan sang ibu setiap hari.

'Cukup Nadia ...! Tolong jaga ucapanmu! Apa begini caramu bicara setiap hari dengan ibuku?" tanya Harris.

Selama ini dia tak pernah melihat dan mendengar istrinya bicara dengan ibu. Itulah makanya Harris terkejut mendengarnya.

"Jangan terkejut, Harris. Ibu sudah terbiasa mendengarnya. Cuma tadi ibu dan Syifa tak bisa terima saat dia mengatakan jika cucuku Adam anak yang penakut, dan mempertanyakan jenis ke*laminnya," adu Ibu Marni.

Syifa telah duduk kembali di tepi ranjang. Dia memangku Adam. Berusaha memberikan pengertian pada putranya, agar dia tak trauma dan takut dengan Nadia. Dia juga menjelaskan sedikit kenapa tadi sempat bersuara sedikit keras.

"Apa benar yang Ibu katakan itu, Nadia?' tanya Harris dengan suara tinggi.

"Aku mengatakan itu agar Adam tidak jadi anak yang penakut. Dia harus kuat sebagai laki-laki!" ucap Nadia.

Tanpa di duga oleh semuanya, Harris mengangkat tangan dan menampar pipi Nadia. Syifa langsung menutupi wajah putranya agar tak melihat adegan kekerasan itu.

...----------------...

1
Ulfatul Imaroh
laki kyk gt enaknya dikebiri..
syh 03
Luar biasa
zahra ou
tante hawa bakal jd calon plakor min
Ayu galih wulandari
Bagus bangeeet....
Mama Reni: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 1 replies
Ayu galih wulandari
Bagus bangeeet....
Ayu galih wulandari
Yaaa sdh the end aja 😯😯😯
Ayu galih wulandari
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Ayu galih wulandari
semoga SAMAWA
Ayu galih wulandari
lanjuut kak..aqu sdh line ,kirim vote, kirim hadiah & lope lope 😘😘😘😘😘
Ayu galih wulandari
Pria yg rk pantas untuk di cintai
Ayu galih wulandari
😭😭😭😭
Ayu galih wulandari
Bener2 laki3 yg gk bertanggung jawab ,smg kamu dpt karma Haris
Ayu galih wulandari
MasyaALLOH bagus banget ceritanya...bikin meweeek😭😭😭😭😭Baguuus...bangeeet
Mama Reni: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Tuty Tuty
keren Syifa
Tuty Tuty
hohoho tak kan mau syifa
Tuty Tuty
hemm hasil pelakor 😡😡😡
Tuty Tuty
huuu nyelonong aja
Tuty Tuty
yaaa bakalan rame nih seruu
Tuty Tuty
legaa hati kuu kok akyaueh 😅😅😅😅😅
Tuty Tuty
jakah telak haris selamat haikal 🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!