Satu Malam Di Tahun Baru

Nica membalikkan tubuhnya dan terkejut saat mendapati keberadaan Gustavo dan asisten pribadinya di dapur.

"Saya--"

"Kau tidak perlu menjawab pertanyaan orang asing yang tidak kau kenal ataupun mengenalmu." sela Luiz mempercepat langkahnya kearah istrinya.

"Pergilah. Aku yang akan berbicara dengannya." lanjut Luiz meminta istrinya agar kembali ke kamar.

"Tapi--"

Luiz menatap tajam kearah Nica hingga membuat Nica tidak bisa berkutik. Nica melangkah pergi dari sana menuruti perkataan suaminya.

"Cih! Ternyata kau menyembunyikan wanita lain disini." ujar Gustavo menatap tajam cucunya.

"Apa dia salah satu dari pemuas nafsu mu?" lanjut Gustavo membuat langkah Nica terhenti di depan tangga.

Nica merasa sakit hati saat mendengar pertanyaan yang terucap dari bibir Gustavo.

"Tutup mulutmu! Pergi sekarang juga dari sini!" usir Luiz dengan rahang mengeras.

"Bawa Tuanmu keluar dari pulau ini sekarang juga atau nyawamu akan melayani bersama Tuan mu." lanjut Luiz membuat asisten pribadi Gustavo tidak bisa berkutik.

"Tuan, lebih baik kita segera kembali. Karena hari sudah semakin larut." tukas asisten Gustavo bernama Travis.

"Jangan mengaturku!" ketus Gustavo dengan tatapan tajam.

"Aku tidak akan pergi dari pulau Ini sebelum aku tahu siapa wanita itu!" tegas Gustavo mengurungkan niatnya pergi dari pulau pribadi milik Luiz.

Gustavo melangkah menuju ruangan tamu dan duduk di sofa dengan wajah angkuh.

Sejam berlalu. Namun Gustavo tetap dengan pendiriannya. Dia tetap tidak mau pergi hingga membuat Luiz jengah.

Saat Luiz ingin angkat bicara. Philips tiba-tiba datang dengan wajah panik.

"Tuan! Saya melihat sebuah kapal asing berlabuh di pesisir pantai. Mereka menggunakan pakaian serba hitam dan senjata laras panjang."

Deg

Tidak hanya Luiz yang terkejut mendengar perkataan Philips. Gustavo tentu saja terkejut mendengar kabar buruk tersebut.

"Perbanyak anggota kita untuk berjaga di depan. Aku tidak mau istri dan putraku kenapa-kenapa." jawab Luiz dengan wajah panik.

Sementara Gustavo kembali terkejut mendengar obrolan mereka. Ia tidak menyangka kalau Luiz sudah menikah secara diam-diam.

"Luiz! Kau tidak bisa menyembunyikan wanita rahasia mu itu! Sekarang jawab pertanyaan Kakek dengan jujur! Apa benar wanita tadi istrimu dan sekarang kau sudah resmi menjadi seorang ayah?" tanya Gustavo berdiri dari duduknya.

Luiz tidak mengindahkan rasa penasaran kakeknya. Ia melangkah menuju lantai atas dan memastikan keadaan istri dan putranya.

Gustavo ingin mengejar langkah Luiz. Namun Philips langsung menghentikannya.

"Tuan besar, jangan bertanya saat dalam kondisi seperti ini kepada tuan muda. Lebih baik Anda menyimpan pertanyaan Anda untuk sementara waktu." kata Philips sebelum keluar dari mansion.

Gustavo tentu saja kesal mendengar perkataan Philips. Bawahan mana yang berani mengaturnya.

Tak beberapa lama. Luiz kembali dengan wajah panik.

"Philips! Philips! Aku tidak menemukan keberadaan istri dan putraku! Cepat cari mereka!" teriak Luiz dengan suara nyaring membuat semuanya ikut panik. Termasuk Gustavo yang sedari tadi mendengar suara teriakan cucunya.

Di luar mansion

Beberapa pasukan bersenjata mengintai mansion milik Luiz. Sepasang interkom terpasang di masing-masing telinga anggota pasukan bersenjata untuk mendengarkan instruksi dari atasan mereka.

"Apa kau yakin jika keponakan mu ada disana?" tanya seorang pria paruh baya bernama Mark Lee kepada Darren yang berdiri di sampingnya.

"Aku sangat yakin. Dari informasi yang ku terima. Seorang awak kapal pernah melihatnya berlayar bersama beberapa orang pria ke pulau pribadi tersebut." jawab Darren membuat Mark mengangguk mengerti.

"Setahuku pulau tersebut merupakan milik seorang pengusaha. Namun, beberapa saksi mata yang pernah memantau pulau itu secara sembunyi-sembunyi. Mereka sering melihat aktifitas yang tak biasa di pulau tersebut. Salah satunya. Beberapa pria berpakaian serba hitam sering kali mengitari pulau tersebut sembari membawa senjata laras panjang." tukas Mark membuat Oscar yang mendengarnya termenung.

"Aku jadi penasaran. Kira-kira siapa pemilik pulau itu. Aku yakin kalau pemilik pulau itu bukanlah orang sembarangan." celetuk Oscar membuat Darren dan Mark terdiam sembari mengamati pulau itu dari beberapa kilo meter.

[Tuan, kami melihat seorang wanita muda menggedong seorang anak laki-laki berusia sekitaran 2 tahun keluar dari pintu belakang mansion tersebut dengan wajah panik.]

Salah satu anggota bersenjata yang berjaga di sisi selatan terdengar berbicara dari seberang sana melalui interkom.

"Amankan wanita itu! Jangan sampai lepas!" tegas Oscar dengan cepat membuat anggota bersenjata yang sedang bersembunyi dibalik semak-semak segera keluar dari tempat persembunyiannya.

"Ada yang ingin bertemu dengan Anda." tukas anggota bersenjata bernama Raymond.

"Siapa kau! Aku tidak mengenalmu!" tegas Nica berniat kembali melangkah menuju mansion. Nica belum pernah melihat wajah asing pria itu sebelumnya. Nica yakin kalau pria itu bukan anak buah suaminya.

Raymond dengan cepat menarik tangan Nica dan melangkah menuju pesisir pantai. Raymond sama sekali tidak peduli dengan teriakan Nica ataupun tangisan Christian. Karena misinya adalah membawa Nica dan putranya menuju kapal yang masih berada di laut.

Luiz mengitari hutan hutan mencari keberadaan istri dan putranya. Hingga suara teriakan Nica membuat jantung Luiz berdetak dengan sangat cepat. Ia merasa tubuhnya membatu saat mendengar teriakan histeris dan tangisan putranya.

"Nica! Christian! Sayang..." lirih Luiz dengan mata berkaca-kaca.

Luiz bergegas berlari kearah asal suara. Hingga langkahnya terhenti beberapa puluh meter dari pesisir pantai.

Lagi-lagi Luiz membatu saat melihat seorang pria memeluk Nica dan putranya dengan raut wajah sedih.

"Jauhkan dirimu dari istri dan putraku bajingan!" teriak Luiz dengan rahang mengeras hingga membuat tatapan mata pria itu mengarah kearah Luiz tanpa melepas pelukannya.