'Kepergian' istri tercinta membuatnya begitu patah hati. Sang Mama yang termakan hasutan membuatnya menjadi seorang duda untuk kedua kalinya. Bertahun-tahun lamanya seorang Prabayudha terpuruk dalam ribuan rasa bersalah dan duka lara yang membekas dalam dada. Hingga kemudian garis tangan Tuhan mempertemukan dirinya dengan gadis nan ayu.
Kisah masa lalunya membuatnya tidak seperti dulu lagi pada sosok wanita. Sikapnya begitu dingin dan tidak peduli dengan wanita manapun. Namun gadis yang di temuinya kali ini begitu berbeda.
Apakah sang Kapten mampu melupakan masa lalunya demi sosok yang baru?
Konflik tajam dan berliku. Tidak tahan konflik harap dengan hormat untuk SKIP.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Diliputi emosi.
"Ijin Danki.. bolehkah saya bicara dengan Gita? Ehm.. maksud saya Ibu..!!"
"Tidak..!!" Jawab tegas Bang Probo.
"Tapi Dan, bukan maksud saya..............."
"Bicara berdua saja antara laki-laki dan perempuan yang tidak memiliki ikatan apapun adalah hal yang tidak di benarkan dari sudut pandang manapun. Saya rasa kamu cukup bijak dengan hal ini."
Bang Adrian tidak berani lagi menatap wajah Gita. Sejujurnya dirinya memang sangat mencintai Gita, wajar saja jika berita pernikahan Gita yang mendadak membuatnya begitu terluka. Pria mana yang rela melepaskan begitu saja wanita yang begitu di cintainya bahkan dengan tekat yang do'a, ia mengumpulkan uang demi melamar dan menghalalkan Gita.
"Bicara lah kalian. Saya duduk disana..!!" Bang Probo berjalan menjauh menuju kursi kerjanya tapi Gita meraih tangan Bang Probo.
Bang Probo mengacak rambut di puncak kepala Gita, mengisyaratkan bahwa dirinya percaya pada istrinya.
Mendapat kesempatan dari Bang Probo jelas tidak di sia-siakan Bang Adrian.
"Saya tidak tau bagaimana harus bersikap di hadapan mu." Kata Bang Adrian sedikit salah tingkah.
"Biasa saja, Om." Gita pun berusaha sewajarnya saja bersikap di hadapan Bang Adrian namun kini sikapnya lebih membaur, seperti menyapa anggota suaminya yang lain.
"Selamat atas pernikahan mu dengan Danki, juga selamat atas kehamilanmu. Semoga kamu dan bayimu selalu sehat hingga persalinan nanti. Jujur saya kaget, hati saya belum terima tapi inilah yang harus kita hadapi sekarang...."
"Terima kasih Bang. Sebaiknya kita tidak membahas masa lalu, bukan karena disini ada Bang Probo, tapi apa yang terjadi antara kita sudah usai. Kita sudah menjalani hidup masing-masing." Jawab Gita.
Bang Probo mengepulkan asap rokoknya, ia tau resiko merokok di dekat ibu hamil namun perasaannya yang kacau begitu kuat melekat memporak-porandakan hati nya yang tidak karuan. Bang Probo tidak ingin suaranya malah membuat Gita menjadi syok, dirinya percaya Gita mampu mengatasi semua dan saat ini rokok adalah hal yang paling mengerti dirinya.
Rasanya Bang Adrian masih ingin memastikan perasaan Gita namun ia cukup tahu diri untuk tidak menanyakan hal itu.
"Ibuku, ingin bertemu denganmu." Bang Adrian mengalihkan pembicaraan.
Hati Gita cukup sakit mendengarnya, pasalnya ibunya Bang Adrian lumayan dekat dengan nya. Memang mereka berjanji akan menikah di tahun ini tapi semuanya sudah berbeda. Gita sudah menikah dengan pria pilihan orang tua nya.
"Tolong sampaikan salam saya untuk Ibu. Semoga ibu sehat selalu. Maaf saya tidak bisa menjenguk Ibu." Kata Gita menangkupkan kedua tangan untuk memohon maaf.
Bang Adrian mengerti keadaan nya meskipun di dalam hatinya belum sepenuhnya bisa menerima.
Raut wajah Bang Probo yang tadinya tegang kini sudah lebih tenang dan kalem. Pikiran buruk masih ada, sikap waspada juga masih terasa.
"Baiklah, saya akan sampaikan." Jawab Bang Adrian.
Dengan membawa perasaan berantakan, Bang Adrian beranjak dari duduknya membawa senyum pahit lalu berjalan menghampiri Bang Probo. "Ijin Dan. Terima kasih karena saya sudah di beri waktu. Saya mohon ijin pamit, Danki..!!"
"Sama-sama.. Silakan, Sertu Adrian..!!" Bang Probo mengijinkan Bang Adrian keluar dari ruangan tanpa menatap wajah pria itu lagi. Jelas ada rasa persaingan yang tidak bisa di jelaskan.
:
Gita merasa tidak enak hati dengan Bang Probo yang masih mengunci rapat bibirnya. Wajah garang, kaku, dingin begitu lekat menempel pada sosok Kapten Prabayudha.
"Kita satu sama, Bang."
"Apanya yang satu sama? Abang bawa Kila dan kamu bawa Adrian??" Tanya Bang Probo.
Gita mengangguk membenarkan. Memang begitu lah adanya keadaan mereka saat ini. Kemarin ada Akila yang tiba-tiba datang membawa Orland, buah hati dari mereka berdua. Kini Bang Adrian kembali setelah
"Lalu bagaimana mau mu??"
Sebenarnya pertanyaan Bang Probo cukup lembut tapi Gita yang sensitif mendengarnya sebagai bentuk bentakan dan amarah dari Bang Probo.
"Ya sudah, Gita balikan saja sama Bang Adrian." Ancam Gita kemudian beranjak pergi.
"Berani kamu melangkah dari tempat ini.. Abang hajar juga kamu, dek..!!" Kali ini Bang Probo benar-benar membentak Gita.
"Hajar saja, memang Abang nggak pernah cinta sama Gita."
"Gitaaaaaaaa...!!!!" suara Bang Probo menggema mengisi ruangan. Detak jantung Gita tersentak terasa nyaris lepas, perutnya pun berdesir nyeri.
.
.
.
.