NovelToon NovelToon
Cupu Jadi Ratu

Cupu Jadi Ratu

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Reinkarnasi
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nurul Senggrong

Nadia merupakan cewek cupu yang sering menjadi korban bullying. Hingga akhirnya ia harus meregang nyawa di toilet sekolah.

Namun tiba-tiba matanya kembali terbuka dengan jiwa yang berbeda.

Aurora merupakan seorang ketua mafia yang terkenal sadis dan kejam. Namun dia harus meregang nyawa ditangan anak buahnya sendiri.

Betapa kagetnya Aurora saat menyadari jika jiwanya telah berpindah pada sosok gadis lemah dan cupu.

Sebuah ingatan masuk kedalam memorinya. Tangannya terkepal begitu melihat penderitaan tubuh yang ia tempati.

Dia berjanji akan membalas semua penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh.

Siapakah sebenarnya Nadia?

Bagaimana Aurora membalas semua perbuatan orang-orang yang sudah membuat Nadia menderita?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah baru

Sepulang sekolah Nadia membawa Anjani bersamanya. Gadis itu kekeh tidak ingin pulang kerumahnya.

"Please...ijinkan aku tinggal bersamamu sebentar. Aku akan pindah setelah menemukan tempat kerja serta rumah kontrakan," pinta Anjani tulus.

Selama ini ia tidak memiliki teman dekat. Sikapnya tertutup dan tidak mudah bergaul dengan orang lain.

Anjani berani minta bantuan Nadia, karena ia yakin jika Nadia akan membantunya. Dia tahu dibalik sikap cueknya Nadia memiliki hati yang baik.

"Kamu yakin mau ikut denganku?"

"Yakin."

"Meskipun akhirnya kau tidsk sekolah?"

"Ya!"

"Baiklah. Jangan menyesali keputusanmu!"

"Siap!"

Akhirnya mereka pun berangkat. Namun tujuan mereka saat ini bukan apartemen Shaka. Nadia membawa Anjani ke rumah yang hendak ia beli.

Saat berselancar ke dunia maya, ia melihat postingan sebuah rumah yang sesuai dengan kriterianya.

Rumah itu jauh dari rumah yang lain. Terdiri dari tiga lantai. Dilengkapi dengan ruang bawah tanah.

Sebenarnya rumah itu milik seorang pengusaha. Namun usahanya mengalami kebangkrutan. Dia membutuhkan jumlah uang yang lumayan besar untuk menutupi semua hutangnya.

Beruntung postingan itu langsung diketahui oleh Nadia. Kalau tidak mungkin sudah dibeli oleh orang lain.

"Sebenarnya kita mau kemana sih?" tanya Anjani bingung. Saat ini keduanya berada di dalam taksi.

Sudah lebih dari satu jam namun keduanya belum sampai juga. Anjani sudah merasa lapar. Namun ia bingung mengungkapkannya. Diajak tinggal bareng saja sudah bersyukur.

Anjani sudah bertekad untuk tidak kembali ke rumah orang tuanya. Tidak ada lagi yang peduli dengannya.

Bahkan semua keluarga ayahnya tidak mengharap kehadirannya. Sedangkan dari pihak mama sudah tidak ada lagi saudara yang tersisa. Karena sebelum menikah, mama anjani sudah kehilangan kedua orang tuanya.

"Nanti juga akan tahu," jawab Nadia santai.

"Kok nggak sampai-sampai sih," gerutu Anjani.

"Mau turun disini?"

"Ya nggak lah. Gila aja turun disini. Mana sepi lagi. Rumah kamu jauh amat sih. Kalau berangkat jam berapa?"

"Bisa diam kan? Aku mau tidur sebentar."

"Jadi ini masih jauh?" seru anjani Shock.

"Tanya saja sama pak supir."

"Masih jauh pak?"

"Sekitar tiga puluh menitan lagi non."

"Jauh amat."

"Kamu beneran nggak mau lanjut sekolah lagi?"

"Kalau bisa pindah sih, mending pindah saja."

"Kayaknya sih sulit. Kamu harus mendapatkan izin dari wali mu."

"Kalau begitu nggak usah sekolah deh."

"Memangnya nggak sayang. Tinggal tiga bulan lagi kita sudah lulus."

"Tapi kalau aku masih sekolah disana, aku akan kembali bertemu dengan Nana. Bisa jadi papa aku juga akan menemukanku. Saat itu tiba..."

"Baiklah...akan aku usahakan kamu bisa pindah sekolah."

"Terimakasih Nad. Kalau bukan karenamu, aku sudah bertemu dengan malaikat kematian.

"Tak masalah. Tapi semua tidak gratis."

"Aku kan nggak punya uang. Gimana mau bayar coba?"

"Pakai tubuhmu lah."

"Kamu mau menjualku?" tanya Anjani shock.

"Enak saja!"

"Kamu kan bilangnya tadi bayar pakai tubuhku, bagaimana sih?"

"Kamu kan bisa bersih-bersih rumah, masak, mencuci baju_"

Bukan hanya Anjani saja yang bernafas lega. Bahkan sopir taksi yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka menghela nafas lega.

"Aku jadi pembantu?"

"Mau apa tidak?"

"Tidak masalah sih. Biasanya juga aku melakukan itu semua,"jawab Anjani enteng.

"Syukurlah kalau begitu. Aku mau tidur sebentar. Kamu jaga berbicara lagi," ucap Nadia memberi peringatan.

Akhirnya Nadia tiba juga di rumah yang dituju. Setelah membayar sejumlah uang keduanya langsung turun dari taksi.

"Terima kasih, Pak."

"Sama-sama Non. Kalau begitu saya pergi dulu."

"Silahkan."

Setelah sang sopir melajukan mobilnya, Nadia mengajak Anjani memasuki rumah itu. Kebetulan gerbangnya sudah terbuka.

Dari gerbang masih harus berjalan sekitar seratus meter. Jadi mereka masih harus berjalan untuk sampai ke rumah.

Di depan teras ada sepasang suami istri yang sudah menunggu kedatangannya. Namun mereka tidak menyangka jika yang datang hanya dua orang siswa yang berseragam SMA.

Sepasang suami istri itu saling berpandangan. Seolah menanyakan apa benar dua siswa itu yang sedang kita tunggu?

"Selamat sore Pak.... Bu, "sapa Nadia dengan sopan. Sedangkan Anjani terdiam disampingnya.

Banyak pertanyaan yang saat ini muncul dalam benak Anjani. Salah satunya dugaan tentang dirinya akan dijual pada sepasang suami istri itu.

"Selamat sore. Ada yang bisa kami bantu."

"Saya yang sudah menghubungi bapak tadi."

"Jadi kamu yang ingin membeli rumahku?"

"Benar pak."

"Kamu yakin mau membeli rumah ini?"

"Lebih dari yakin pak."

"Kamu tahu kan harga yang sudah aku tawarkan?"

"Sepuluh M tanpa ganggu gugat," jawab Nadia tanpa ragu.

"Ha? Sepuluh M?" pekik Anjani sambil melotot.

Dia memandang Nadia degan tatapan tak percaya. Dari mana Nadia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?

Padahal uang segitu tidak ada apa-apanya bagi Nadia. Apalagi jika semua uangnya berhasil ia ambil. Untuk saat ini uang yang berhasil ia ambil hanya sejumlah sepuluh M. Pas dengan harga rumah ini.

Dia juga masih ada uang dari gaji yang ia peroleh dari Shaka. Uang itu masih cukup untuk biaya hidup berhati-hati kedepan.

"Kamu yakin?"

"Mau sampai kapan bapak sama ibu menanyakan hal yang sama? Anda berdua tidak perlu khawatir. Asal surat-suratnya sudah lengkap. Juga proses pengalihan nama selesai uang itu akan saya transfer semuanya."

"Tenang saja. Sebentar lagi pengacara saya akan datang. Suratnya juga sudah dibuat. Tinggal tanda tangan dan serah terima uang saja."

"Baguslah kalau begitu."

Jika Nadia masih sibuk dengan urusan rumah, Shaka saat ini sudah ada di apartemen. Dia menunggu kedatangan Nadia yang tidak kunjung pulang. Padahal saat ini sudah sore menjelang malam.

"Ni anak kemana sih?" gumam Shaka khawatir. Sedari tadi ia sudah menunggu kedatangan Nadia.

Shaka melihat jam yang ada ditangannya. Sudah pukul delapan malam. Namun tidak ada tanda-tanda jika Nadia akan datang.

Shaka menghubungi nomer Nadia. Ternyata ponsel Nadia sedang tidak aktif. Hal itu menambah rasa khawatirnya pada Nadia. Dia memutuskan untuk tinggal di apartemen sampai Nadia kembali.

Nadia masih berada di rumah barunya. Semua urusan sudah beres. Surat-suratnya juga sudah di urus. Orang yang menjual rumah itu juga langsung pindah begitu uangnya ditransfer oleh Nadia.

Nadia memutuskan untuk tinggal di rumah ini sementara waktu. Anjani masih tidak menyangka jika Nadia bisa mengeluarkan uang dengan mudahnya hanya dalam hitungan menit.

"Kenapa sedari tadi kamu menatapku seperti itu?" tanya Nadia yang agak risih dengan tatapan Anjani.

"Kamu dapat uang sebanyak itu dari mana?"

"Kerja lah."

"Kok sampai sebanyak itu?"

"Kenapa memangnya?"

"Kamu nggak kerja aneh-aneh kan."

"Memangnya kenapa kalau aku kerja aneh-aneh?"

"..."

Anjani terdiam mendengar pertanyaan itu. Memang kenapa jika Nadia kerja yang aneh-aneh. Kenapa dia harus ikut urusan orang lain.

"Maaf...aku tidak berniat mencampuri urusanmu," ucap Anjani tidak enak hati. Dia merasa lancang karena berusaha untuk ikut campur dengan urusannya.

"Tidak masalah. Kamu bisa pilih kamar mana saja yang ingin kamu tempati. Aku juga mau istirahat dulu sebentar."

Setelah itu Nadia beranjak menuju kamarnya. Kamar utama yang sebelumnya ditempati oleh sepasang suami istri tadi.

Nadia memilih kamar itu karena kamar itu merupakan kamar terluas yang ada di rumah itu. Selain itu juga salah satu akses untuk sampai kerang bawah tanah.

Namun belum sempat Nadia melangkah, sudah di hentikan oleh Anjani. Gadis itu mengeluh jika perutnya kelaparan.

"Maaf...bisakah kita makan dulu. Perut aku lapar sekali," pinta Anjani dengan wajah melas.

"Baiklah. Tapi tidak mungkin kan kita memakai seragam seperti ini?"

"Memangnya kamu membawa baju ganti?"

"Tidak. Kalau begitu kita keluar sekalian membeli baju."

"Memangnya kita mau beli baju dimana?"

"Di toko lah. Sudah nggak usah banyak tanya. Lebih baik kita berangkat sekarang. Keburu malam."

"Memang sudah malam," gumam Anjani tanpa di dengar oleh Nadia.

1
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
farhan dan Farhan
apa bedanya?
Nurul Senggrong: keliru🤭🤭🤭 farhan sama Rangga. Terima kasih koreksinya 🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
lo og kayak kode Nu***r😏
Nurul Senggrong: He he he terimakasih dukungannya. Kalau ada kesalahan tulisan maupun saran dan ide dari kakak, jangan sungkan untuk menuliskannya 🥰🥰🥰🥰
🇮🇩,inosuke,🇯🇵: ya kayak pernah liat nomor nya aja🙏
total 3 replies
Yui
Luar biasa
Ananda Eka
Ceritanya bagus g bulet
Anita Zahara
Luar biasa
Yani Handayani
Biasa
Nurul Senggrong: Terima kasih
total 1 replies
Wenny Lekahena
masah baru 19 tahun sdh S2.😂😂😂
Shanum Diyah shakira
mksh authy crt yg indah
Mega Haerunita
bagus
Satri Ani
Luar biasa
Satri Ani
Biasa
Sahara Ra
Kecewa
Sahara Ra
Buruk
Keisha
Luar biasa
C_Anggrek
hahahahaa... /Facepalm//Facepalm/
www.ok
/CoolGuy//CoolGuy/
C_Anggrek
apakah aurora dg nadia kembar thor?
anak dari bella?
Mustalin Aristo
Luar biasa
Marianti Lim
like ke 999
Nurul Senggrong: Terima kasih atas semua dukungannya kak 🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Marianti Lim
saya pernah mengusir putri saya krn d membandingkan saya dgn mama temannya yg selalu mengizinkan anaknya keluar sampai malam...saat itu anak saya masih smp...saya bilang silakan saja kamu keluar dari rumah n jangan anggap saya sebagai mama lagi, daripada nanti kamu rusak lebih baik gak usah jadi anak saya.
Marianti Lim: menjadi seorang ibu itu gak mudah, anak lebih sering anggap kita sebagai penjahat padahal yg kita larang bukan utk mengekang 😓 jaman skr menjaga anak perempuan n laki2 jauh lebih berat drpd jaman orang tua kita.
Nurul Senggrong: Saya juga kak🤭🤭🤭... waktu itu ada acara bantengan di desa. Siang harinya dia sudah nonton sampai hampir maghrib. Terus sehabis isya' mau berangkat lagi.

Ya aku larang lah. Aku sendiri tidak begitu suka keluar. Apalagi kalau malam hari sering ada perkelahian. Aku khawatir terjadi apa-apa sama dia.

Tapi dianya berkeras hati mau lihat. Ya sudah aku suruh saja untuk lihat, tapi nggak usah balik lagi. Dianya nangis. Nggak tega sih sebenarnya mau bagaimana lagi.
Alhamdulillah dia nggak jadi berangkat. Saat tengah malam pertunjukan terpaksa harus dihentikan karena insiden perkelahian. Bahkan ada sampai yang berdarah.

Alhamdulillah semalam anakku nggak jadi lihat.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!