Seringkali hal-hal yang menakjubkan berada di tempat yang dipandang sebelah mata. Layaknya mutiara hitam, kecantikannya tersembunyi di dalam kerang yang kumuh.
__________________________________________
"Orang-orang hanya tahu dengan namaku. Menghinaku karena pekerjaanku. Tapi, mereka tidak pernah tahu dengan cerita hidupku."~~~ Ara, gadis berusia 25 tahun itu diberi julukan mutiara hitam oleh warga sekitar tempat tinggalnya karena bekerja disebuah club malam.
Hingga suatu hari, karena insiden kecil membawa Ara kedalam hubungan pernikahan kontrak dengan laki-laki yang bernama Reynan, dengan kata terpaksa. Ara membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya. Sedangkan Reynan membutuhkan istri untuk memenuhi syarat hak waris perusahaan keluarganya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. MEMBERI PELAJARAN
Mama Winda terduduk lemas di bangku taman belakang rumah sembari mengusap dadanya yang terasa sesak setelah mendengar semua cerita om Gio.
Wanita paruh baya itu sampai tak bisa berkata-kata mendengar semua akibat perbuatan mendiang suaminya di masa lalu. Om Gio tak hanya terpisah dari anak dan istrinya, tapi seorang ibu juga hidup menderita membesarkan putrinya seorang diri. Dan ketika putri kecil itu telah beranjak dewasa, dialah yang melawan kerasnya hidup demi sang ibu yang sedang sakit-sakitan, hingga akhirnya bertemu dengan Rey dan terikat dalam hubungan pernikahan kontrak.
Dan yang lebih menyedihkan, seorang istri yang sekian lama terpisah dari suaminya, telah pergi untuk selamanya sebelum mengetahui semua kebenarannya. Mama Winda bahkan tidak sanggup membayangkan bagaimana kehidupan Rania selama ini. Seorang anak yang berasal dari keluarga kaya rela hidup susah bersama laki-laki yang dicintainya, tapi semua pengorbanannya itu dihancurkan oleh mendiang suaminya.
"Mas Bram, lihatlah perbuatanmu." Lirih mama Winda, tampak ia menarik nafas berkali-kali.
"Mbak, sebenarnya Mas Bram tidak sepenuhnya salah. Dia hanya seorang kakak yang sedang murka saat itu." Om Gio tertunduk.
"Tapi tetap saja Mbak tidak pernah membenarkan perbuatan Mas Bram, seharusnya dia mendengar penjelasan kamu Gio." Demi apapun, mama Winda turut tidak terima dengan tindakan mendiang suaminya di masa lalu.
"Sudahlah Mbak, semuanya sudah terjadi dan tidak ada lagi yang bisa aku lakukan. Sekarang Mas Bram sudah tiada dan Rania ku, dia juga..." Om Gio tak sanggup meneruskan kalimatnya. Ia mengusap wajah ketika air matanya kembali jatuh. "Katakan Mbak, bagaimana caraku menjelaskan pada Ara bahwa aku ini Ayahnya. Dia pasti akan sangat membenciku, Rania pasti sudah memberitahu padanya bahwa Ayahnya meninggalkan mereka demi perempuan lain." Om Gio terisak membayangkan kemarahan putrinya nanti.
Mama Winda hanya bisa menggeleng, sejak dulu ia selalu merasa iba pada adik iparnya itu tapi tidak tahu harus berbuat apa. Sama seperti sekarang, ia juga tidak tahu bagaimana caranya membantu om Gio untuk menjelaskan pada Ara. Kemarahan seorang anak terhadap ayahnya pasti lebih besar dari kemarahan seorang istri terhadap suaminya. Apalagi jika itu tentang pengkhianatan.
Mengingat Ara, mimik wajah mama Winda seketika berubah kesal. Yah, kesal pada Rey yang ternyata telah membohonginya. Bisa-bisanya putranya itu mencari seorang wanita untuk dinikahi secara kontrak hanya karena alasan yang tidak bisa diterima oleh logikanya. Sehebat apa wanita yang bernama Sherly itu, sampai-sampai Rey menuruti semua perkataannya.
"Oh bagus ya, di sini rupanya kalian!"
Om Gio dan Mama Winda yang larut dalam pikiran masing-masing, dikejutkan dengan kedatangan tante Melda. Sorot matanya menampakkan kemarahan menatap suami dan kakak iparnya bergantian.
"Semalaman Mas gak pulang, dan sekalinya pulang malah berduaan sama Mbak Winda di sini!" Ucap Tante Melda dengan suara yang cukup keras, lalu berpindah menatap mama Winda.
"Kamu Mbak, gak tahu diri banget! Kalau Mbak merasa kesepian, seharusnya Mbak mencari laki-laki lain di luar sana, jangan suamiku!'' Hardik tante Melda, dia menatap tajam pada mama Winda.
Mama Winda tersenyum miring mendengarnya, kata-kata yang baru saja diucapkan tante Melda lebih cocok ditujukan pada yang mengatakannya sendiri.
"Ternyata benar ya, orang yang merebut milik orang lain, selamanya akan dihantui dengan perasaan takut miliknya itu akan diambil oleh orang lain."
"Jaga bicaramu, Mbak!" Tante Melda tampak tak terima, dia menunjuk tepat di depan wajah mama Winda dan menatapnya tajam.
"Kamu yang jaga bicaramu!" Bentak om Gio. Ia lalu menarik istrinya itu pergi dari taman.
Rey yang ternyata sejak tadi berdiri tak jauh dari tempat mamanya duduk bersama om Gio, tak menyangka mendengar semua penuturan om Gio. Om nya itu tidak hanya mengetahui tentang pernikahan kontraknya dengan Ara, tapi juga hubungannya dengan Sherly. Dan yang membuatnya lebih tidak menyangka, ternyata Ara adalah anak om Gio yang terpisah sejak kecil karena perbuatan papa dan tantenya.
Kedua kakinya seketika lemas mengetahui fakta itu, ia mundur beberapa langkah dan bersandar pada tembok untuk menopang tubuhnya sendiri.
"Ara," lirihnya. Ternyata ini alasan om Gio mengatakan agar ia tidak mencari Ara. "Tidak." Rey menggeleng.
"Aku harus mencari Ara sekarang." Ujarnya lalu gegas menghampiri mama Winda yang masih duduk di bangku taman.
Mama Winda tampak acuh melihat kedatangan Rey. Ingin sekali ia memaki putranya itu, tapi ia lebih memilih mengabaikan untuk saat ini karena hati dan perasaannya sedang tidak baik-baik saja membayangkan Ara yang sedang berduka saat ini atas kepergian ibunya. Menantunya itu pasti benar-benar merasa terpuruk sekarang.
"Ma, katakan di mana Ara sekarang?"
"Tidak tahu," jawab mama Winda terdengar ketus. Ia tidak berbohong karena memang tidak tahu di mana rumah Ara.
"Mama jangan bohong, aku sudah mendengar semua yang Om Gio katakan. Mama pasti tahu Ara sekarang ada di mana."
Mama Winda cukup terkejut, Rey ternyata sudah mengetahui semuanya. Tapi itu bagus, dengan begitu ia bisa memberi pelajaran pada putranya itu dengan tidak mempertemukannya dengan Ara.
"Mama bilang, Mama tidak tahu!" Mama Winda beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah cepat meninggalkan taman.
Rey gegas menyusul mamanya, ia harus bertemu Ara sekarang juga. Istrinya itu pasti sangat bersedih atas kehilangan ibunya, dan ia harus berada di sisi Ara.
Rey terus bertanya di mana keberadaan Ara, tapi mama Winda hanya diam hingga sampai ke kamarnya ia langsung mengunci pintu kamarnya agar Rey tidak masuk dan terus menanyakan Ara.
"Mama, ck ah!" Rey berdecak kesal. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Kemana ia harus mencari Ara sekarang. Jalan satu-satunya hanya bertanya pada om Gio, tapi ia tak yakin om Gio akan memberitahunya, mengingat sebelumnya om Gio sudah memberi peringatan agar ia tidak mencari Ara.
"Maafkan Mama Rey, Mama harus lakukan ini agar kamu itu sadar. Mama tahu kamu udah mulai respect sama Ara tapi kamu tetap harus diberi pelajaran karena sudah mempermainkan hal yang sangat sakral. Mama tuh kasih persyaratan seperti itu karena Mama benar-benar ingin melihat kamu menikah dan memiliki pendamping hidup, tapi kamu... Ck." Mama Winda berdecak pelan lalu membawa dirinya duduk di tepi tempat tidur. "Kasihan sekali Ara." Gumamnya. Kurang apalagi penderitaan hidup gadis itu.
jdi orang kok nggak tau terimakasih banget