NovelToon NovelToon
Sepupuku, Canduku

Sepupuku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Trauma masa lalu
Popularitas:998.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: alfajry

Gagal menikah karena calon suaminya selingkuh dengan sesama jenis, ternyata membuat Bulan tidak lagi menyukai laki-laki bertubuh atletis seperti yang telah menjadi kesukaannya. Dia bahkan menganggap laki-laki bertubuh kekar semua sama seperti Andra, mantan tunangannya.

Lalu ia dikirim ke rumah kakak dari sang ibu, dan bertemu dengan Samudra Biru, sepupu yang sama sekali tak dilirik Bulan karena traumanya terhadap laki-laki. Berbeda dengan Samudra Biru yang ternyata juga dosen Bulan di kampus, Biru menyukai Bulan dengan segala keanehannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berkenalan Dengan Malika

Biru menepuk-nepuk punggung Bulan perlahan. Lengan kirinya menjadi bantal bagi Bulan yang tengah menyembunyikan wajah di ceruk leher Biru.

Jantung mereka masih berpacu. Napas Bulan bahkan bisa dengan jelas didengar Biru. Mereka baru saja berada di dalam pertempuran antara pikiran dan hawa napsu. Lalu terpaksa berhenti setelah pikiran mereka menang dan menyadari bahwa perbuatan yang mereka lakukan tidaklah benar. Untunglah kesadaran Biru lebih mendominasi, hingga saat ia membuka kancing baju Bulan, ia harus menahan dirinya.

"Ngga tidur?" Biru tidak bisa melihat, karena Bulan menyembunyikan wajahnya.

"Belum ngantuk."

Biru tahu lah, gadis itu agak kesal karena Biru berhenti di jalan, tepat saat hasrat ada di puncaknya. Bukan cuma Bulan, Biru juga merasa kesal dalam hatinya. Tapi yang Biru lakukan semua atas kebaikan Bulan. Jika ingin hubungan jangka panjang, maka dia tidak boleh melakukan kesalahan. Yang paling utama saat ini adalah membuat sang papa mengerti soal perasaannya pada Bulan.

"Kamu.. nggak marah, kan?" Tanya Biru dengan hati-hati. Lalu Bulan mendongak, melihat Biru di atasnya.

"Nggak, lah. Kita memang udah salah." Yah, Bulan juga harus akui kalau dia bukan berada di jalan yang benar. Walau dibawah sana udah berkedut minta dimanjakan, Bulan harus menahannya. "Tapi.. lain kali jangan pancing-pancing!"

Biru menarik Bulan dalam pelukan. Yah, gimana, ya. Hasratnya selalu saja memuncak jika berhadapan dengan Bulan. Kalau bukan karena banyak pertimbangan, mungkin dia akan menyerang Bulan tanpa memberinya ampun.

"Maaf, ya." Biru mengecup puncak kepala Bulan. Tetap tidak bisa berjanji. Karena dia sendiri tidak yakin, bagaimana kalau suatu hari dia tidak bisa menahannya lagi?

"Untuk sekarang, tolong tahan kalau saya yang mulai. Sadarkan saya, kalau saya melewati batas." Sambung Biru.

"Iya. Kakak harus bisa tahan kalau aku mulai godain kakak."

"Duh.." Biru memejamkan mata. "Apa bisa saya hentikan kamu. Kalau kamu yang mulai, saya yakin, saya ngga akan mau berhenti."

"Loh, kok gitu?"

Biru menunduk, menatap manik hitam milik Bulan. "Jangan tanya, Bulan. Setiap hari saya menahan diri. Tapi kalau kamu yang mulai duluan, saya gak yakin bisa tahan."

Bulan malah terkekeh. Jadi, setiap hari Biru merasakannya? Kasihan juga, pikir Bulan.

"Asal masih di batas ini, nggak apapa, kok." Bulan memberi batas di atas perut, membuat Biru mengerutkan dahi.

"Bisa tahan kalau sampai disitu?" Goda Bulan.

Biru mendesah berat. Dia mendongak sambil menahan tawa. Bisa-bisanya gadis ini memberi batasan begitu.

Biru langsung naik dan mengungkung Bulan di bawahnya. "Sudah dibilang, jangan pancing saya." Ucapnya dengan suara berat.

"Aku cuma jelasin batasnya, bukan mau mancing." Bulan terkikik geli, saat Biru mengendus dan menciumi lehernya. "Stop, kak-ah.."

Biru mengecup cuping telinganya. "Ja-jangan.. yang.. ituh.." Bulan tidak kuat, kalau Biru memainkan titik sensitifnya.

Lelaki itu menyeringai. Semakin dilarang, tentu dia semakin senang melakukannya.

Biru memainkan telinga Bulan. Menciumi, menjilat, dan berbisik mesra disana. Membuat gadis itu menganga diselingi tawa geli. Seluruh tubuhnya jadi meremang hebat.

Biru menjalarkan ciuman menurun dari leher hingga tulang selangka. Turun ke bawah menuju dada. Kemeja Bulan sudah terbuka, menyisakan bra merah jambu yang terpampang nyata di depannya.

Saat tangan lelaki itu menyelinap ke punggung, berniat membuka kaitannya, ponsel Bulan bergetar. Mereka mematung saling menatap sesaat.

"Wait." Bulan bergerak, terdengar pula helaan kesal Biru.

Bulan meraba nakas dan mendapati nama mamanya terpampang di layar.

Dia memberi kode dengan telunjuk menempel di bibir pada Biru. Lalu mengangkat teleponnya.

"Ya, ma?"

'Heh, Bulan! Kamu gila, ya! Ganti nomor gak bilang-bilang. Mama sampe capek teleponin ga pernah aktif! Mau mutusin hubungan sama mama, kamu? Iya?'

Bulan melirik Biru. Lelaki itu menempelkan pipi di bantal sambil menatap Bulan yang menjambak pelan rambutnya sendiri.

"Nggak gitu, Ma. Nomor yang lama hilang."

'Terserah, deh! Hari apa kamu libur? Pulang, mama mau bicara.'

"Sabtu aku ada kelas satu jam. Mungkin pulangnya aku bisa. Tapi gak minggu ini, Ma. Aku harus bilang dari jauh hari sama bos aku. Sekarang aku udah kerja juga."

'Secepatnya! Ini penting. Mama gak mau diundur-undur. Pokoknya pulang!'

Bulan menghela napas. "Iya, ma. Memangnya ada apa, sih? Apa gak bisa bicara dari sini?"

'Ngga bisa. Usahakan minggu ini pulang. Udah, ya!'

Sambungan terputus. Gadis itu penasaran, apa yang ingin dibicarakan sampai ia harus pulang?

"Kenapa?" Tanya Biru memecahkan lamunan singkat Bulan.

"Mama nyuruh pulang, kak."

"Kapan?"

"Minggu ini..."

"Ya udah, nanti aku antar." Biru merentangkan tangan, menyuruh Bulan berbaring di sisinya. Lalu ia mendekap gadis itu dalam pelukan. "Sekarang kita tidur, ya. Besok harus masuk pagi, kan." Biru mengelus rambut Bulan dengan tangannya yang menjadi bantal bagi gadis itu. Membiarkan Bulan menyembunyikan wajah di ceruk lehernya, sampai beberapa waktu berlalu, dengkuran halus sudah terdengar dari bibir Bulan, membuat Biru tersenyum dan ikut memejamkan mata sambil merapatkan pelukan.

...⚘️...

Cakra duduk di tepi kasur sambil menautkan jari-jarinya. Tatapannya tajam ke atas lantai. Baru saja dia menceritakan apa yang ia lihat dan rasakan belakangan ini terhadap Bulan dan Biru. Tapi Dina, istrinya itu tidak percaya.

"Kamu pasti salah, Pa. Bulan sama Biru itu sepupu. Mereka udah lama banget ngga ketemu, wajar kalau makan bersama." Dina menggelengkan kepala. Menurutnya prasangka Cakra diluar batas. Dia kenal keponakan dan anaknya itu. Dulu mereka sangat akrab, pasti sekarang juga begitu.

"Terserahlah! Pokoknya, aku gak mau kalau sampai dua orang itu punya hubungan aneh-aneh di belakang kita. Jangan sampai. Ingat, keponakanmu itu gak cocok sama anak kita. Dia bahkan gak mikirin pendidikan malah kerja pulang malam-malam. Wanita apa begitu!" Tegas Cakra.

Dina yang menghadap cermin, berbelok pada sang suami. "Pa, kamu boleh ngelarang, tapi gak boleh ngehina Bulan. Dia kerja. Bahkan Biru tahu dia kerja dimana! Tau nggak, Bulan kerja itu karena nggak mau nyusahin aku. Dia anak yang baik dan pengertian. Gak perlu sampe ngehina kaya gitu!" Balas Dina kesal.

Cakra berdiri, "Baguslah kalau dia sadar diri. Biar gak nyusahin kamu!" Katanya sambil berjalan keluar kamar.

"Pa, aku gak pernah merasa disusahin. Aku suka dia disini!"

Cakra berhenti dan berbalik. "Aku yang gak suka! Udah kubilang kan, aku gak mau ada orang lain di keluarga kita!" Tukas Cakra.

"Bulan bukan orang lain! Dia keponakan aku. Ingat, Pa, dulu papa Bulan pernah bantu kamu awal merintis perusahaan. Jangan tutup mata, kamu!" Setelah mengatakan itu, Dina mendahului suaminya keluar dari kamar. Dengan perasaan jengkel, Dina menuju ruang makan untuk bersarapan dengan anggota keluarga lainnya.

Bulan dan Biru baru saja turun dari tangga. Dina langsung merubah wajahnya. Tersenyum saat Bulan menyapa.

"Pagi, tante, om."

Cakra ternyata sudah menarik kursi dan duduk di sebelah Dina. Lelaki itu tidak menyahuti walau biasanya tersenyum singkat saja.

"Pagi, Bulan."

Gadis itu duduk disebelah Selatan. "Tadi malam mama telepon. Bulan disuruh balik. Mungkin minggu ini atau minggu depan."

"Iya. Mama kamu tanya tante, kenapa nomor kamu ga aktif-aktif. Jadi tante kirim nomor baru. Ada apa, kenapa disuruh pulang?" Tanya Dina yang juga tidak diberitahu alasannya oleh Nita.

"Mama ngga kasih tau, tan. Katanya ada yang mau dibicarakan, penting."

Dina mengangguk-angguk, "Ya udah, makan dulu, yuk." Dina membantu Bulan menyendokkan nasi ke piringnya, lalu ke piring Cakra yang sejak tadi diam mendengarkan.

...⚘️...

Bulan sudah menunggu lama. Ponsel Biru aktif, tetapi lelaki itu tidak mengangkatnya.

Apa masih mengajar? Tapi Katanya, jam 12 sudah selesai dan memaksa mengantar Bulan ke Gudwings.

Gadis itu sudah menunggu di tempat yang agak jauh dari fakultas bahasa, sambil menatap arah fakultas Psikologi yang masih bisa dijangkau matanya.

"Isk! Kemana, sih!" Bulan menempelkan ponselnya di telinga. Tersambung, tapi tidak juga diangkat.

Lalu tak berselang lama, dia melihat Biru keluar bersama seorang wanita. Cantik sekali, bak model. Bahkan wanita itu menjadi tatapan para mahasiswa lain.

"Kak Biru... sama siapa?" Desis Bulan. Ada rasa cemburu, apalagi Biru mengabaikan teleponnya dan malah menuju mobil yang mana perempuan itu ikut masuk ke dalamnya.

Dari ujung sana, Biru yang hendak masuk ke mobil melihat Bulan. Dia langsung berlari kecil menghampiri Bulan saat dia merasa bersalah karena terlambat menjemput gadis itu.

"Sayang." Biru menghampirinya. "Maaf, ya. Tadinya saya pikir kamu belum keluar kelas. Saya baru mau nganter temen."

"Temen?" Bulan mengarahkan matanya pada wanita yang berjalan di belakang Biru.

"Oh, hai. Sepupu Biru, ya? Bulan, bukan? Tante Dina pernah cerita, katanya sepupu Biru juga kuliah disini dan sering pergi bareng. Aku Malika. Salam kenal, ya."

Ah... jadi, ini orangnya. Temen. Temen apaan! batin Bulan kesal.

Bulan menyambut uluran tangan wanita yang senyumannya amat cantik ini. Lembut, tangan Malika halus. Nggak seperti tangannya yang agak kasar karena terus berkutat dengan pisau dapur.

"Bulan." Gadis itu memperkenalkan diri sambil melirik Biru sebentar. Lelaki itu menatap dengan sorot memohon agar Bulan tidak marah.

"Pulang bareng yuk, Bulan." Ajak Malika ramah.

"Em, nggak usah deh, kak. Aku pulang sendiri aja."

Biru menahan lengan Bulan. "Kita pulang sama." Dia tidak ingin berdua dengan Malika. Dia hanya diminta mengantar saja. Kalau bukan karena wanita ini yang mendatanginya, dia pasti tidak akan bertemu dengan mantan kekasihnya karena Biru pun tidak ingin.

"Ayo, Bulan." Malika menggandeng tangan Bulan dengan senang hati membawa gadis itu masuk ke dalam mobil, meninggalkan Biru yang masih mematung disana.

Malika duduk di sebelah Biru, dan Bulan.. malah di belakang.

Biru yang melihat itu hanya menghela napas. Dia tak mungkin mengatakan pada Malika kalau Bulan harus duduk di depan. Akan membuat wanita itu menaruh curiga.

Sementara saat di dalam mobil masih berdua, Malika menoleh ke belakang.

"Seneng, deh. Akhirnya bisa kenal sama keluarga Biru yang lain. Soalnya Selatan kan, laki-laki. Cuek, lagi."

Bulan tersenyum kecil. Dalam hatinya tidak suka, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Berhubung Malika juga telah mengetahuinya sebagai sepupu Biru, maka Bulan pun harus bersikap seperti layaknya sepupu.

"Bulan." Malika berbisik. "Bantuin aku, dong." Dia tersenyum menatap Biru mendekati mobil. "Bantuin, deketin aku sama Biru. Soalnya dia rada susah dideketin. Kami dulu pernah pacaran Loh. Tapi sekarang Birunya menjauh. Bantuin aku yah, please..."

Kedua tangannya menangkup, lalu menghadap depan sebelum Bulan sempat menjawab karena Biru masuk ke dalam mobil.

Mana mungkin dia bisa melakukan itu, di saat setiap hari perasaannya pada Biru kian bertambah. Bulan mengalihkan wajah keluar jendela ketika Biru menatapnya dari spion depan.

"Biru, kita makan siang dulu, yuk."

To Be Continued....

**Selamat hari Senin. Sudah VOTE belum??😆**

1
Edah J
Embul mudah terhanyutt yaa... 😁😁😁✌️ sabarr yaa kalian bentar lagi unboxing kok kalau udah halal mh 😁😁😁✌️
moona
ya ampun Mbul jangan kebablasan, tunggu halal dong 😌
Nona Aan Chayank
Alhamdulillah,, mulai teratylg up nya ya kak 😊
Semangat terus berkarya yaa💪💪

Semoga cerita Elian si Manusia Serigala juga dilanjut yaaa 🙏🙏
Ediherianto
romantis banget ya pen biru sm mbul, tp yg sabar ya utk mereka, kan pernikahan mereka sebentar lg, dan utk pak rudi saya senang sekali dgn caranya utk membuat cakra hancur. lanjut pen.
Edah J
Semoga dengan kejadian ini tidak
ada lagi keegoisan hanya untuk mencapai suatu tujuan
sehingga tidak ada perasaan yang tersakiti😉
Edah J
Selalu setia nunggu kak author up lagi dan itu perlu kesabaran😁✌️
🌼🌻🌸🌷🌹 untuk kak author 😉
moona
pen, selesaikan ceritanya si Mbul dan jangan mandek lagi, please🥺🥺🥺
Penulis Amatir: Hehe diusahakan syg
total 1 replies
Ediherianto
syukurlah ya pen pelakunya sdh tertangkap, dan benar dugaan mbul ternyata pelakunya malika, tp kasian banget klu lihat nasib malika ya pen, hanya dijadikan alat utk kesuksesan ayahnya sendiri. up lg pen, semangat.💪
Pieh
semangat othor
Nona Aan Chayank
Akhirnya lanjut ceritanya.. 😍
D_wiwied
kasian jg malika ya dia jd korban keegoisan papanya sendiri, harusnya tu malika dirawat sejak kecil.. duh malah ky iklan kecap /Facepalm//Facepalm/
Penulis Amatir: karena dia kedelai pilihan ya kak/Curse/
total 1 replies
Lia Liya
Alhamdulillah setelah sekian purnama akhir nya di update jugaaaaa /Kiss/
Penulis Amatir: hahaa makasih udah baca kaa
total 1 replies
D_wiwied
duuh sampe hampir lupa sm jalan ceritanya saking lamanya pen, btw makasih dah dilanjut lg ya..
D_wiwied: jangan lama2 up nya pen, dah pingin ke kondangannya bubul ni
Penulis Amatir: Hehe penulis juga lupa kalo ga baca ulang😵😄
total 2 replies
Ediherianto
luar biasa menarik utk dibaca
Ediherianto
alhamdulillah, terima kaaih ssh update ya pen, walaupun lama banget nunggu up, aku td sampai terkejut pen pas baca kaca mobil biru pecah, syukurlah mbul dan biru nggak kenapa2, apa mungkin malika ya pen pelakunya, karena sakit hati ditolak sm biru, salah malika sendiri ya pen, punya cowok sempurna kok ditinggalin. up lg ya pen, oh iya pen tolong dong up lg novel savior in the rain, please.🙏
Ediherianto: sama sama pen👍
Penulis Amatir: siap bos. lagi ditulis. makasih udah nungguin^^
total 2 replies
Siti Nina
Lanjut lagi dong pen ko di gantung gini ceritanya 🤔
Sunari Cucun9
serasa mimpii huaa up lagiii
Edah J
Alhamdulillah kak author up lagi setelah 7purnama terlewati
makasih kak untuk up nya
Ay Ay Aynaaa
mimpi apa aku smlm 🤣 up lg hahaaa
blm baca otw kasih hadiah kopi buat kamuuu,,, ahh senangnyaaa jgn hilang lg ya peenn🥹
Penulis Amatir: siappp🤣
Ay Ay Aynaaa: sama2 🥰
klo ga sibuk up lg yaahh,,, ntar rajin2 ku kasih kopi biar kuat begadang😂
total 3 replies
Pieh
Alhamdulillah... sudah up lagi, pen kemana aja, semoga sehat sehat ya biar terus berkarya, semangattt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!