Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.
Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.
Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Udara di lantai 68 gedung asosiasi Hunter itu seakan berhenti berputar. Kaca besar yang hancur membuat angin kencang menerobos masuk, meniup dokumen-dokumen yang berserakan, dan membawa aroma besi dari darah yang menetes di lantai. Jinwoo berdiri di tepi jendela yang hancur, tubuh Kevin masih tergantung di genggamannya. Satu tangan, cukup untuk menahan hidup-mati seorang anak yang selama ini dipuja-puja sebagai pewaris.
Alexander yang masih tertatih, tubuhnya penuh luka akibat hantaman Jinwoo sebelumnya, berteriak parau:
“Lepaskan Kevin!”
Jinwoo menoleh sedikit, matanya setajam pedang yang terhunus.
“Atau apa?”
Hening.
Alexander terdiam. Aura percaya diri yang selalu meliputinya kini hancur total. Kata-kata tertahan di kerongkongan, tak ada jawaban yang bisa keluar.
Kevin masih meronta, wajahnya merah padam karena kekurangan oksigen. “A-Ayah…! Tolong aku…!” raungnya panik.
Leonard, yang wajahnya sudah pucat, akhirnya membuka suara. Nada suaranya putus asa, suara seorang pria yang menyadari semua kekuasaan dan kejayaannya tak ada artinya di hadapan pria ini.
“Apa yang kau mau!?” Leonard berteriak, suaranya pecah.
“Aku akan menuruti semuanya, asalkan jangan anakku!”
Jinwoo menghela napas berat, matanya menusuk ke arah Leonard.
“Baru sekarang kau memohon? Baru ketika kau terpojok dan putus asa?”
Leonard terdiam, mulutnya bergetar, tak bisa mengeluarkan kata.
“Apa yang kau rasakan saat ini…” Jinwoo melanjutkan dengan nada tajam, setiap kata seperti belati menusuk dada Leonard,
“…itulah yang mereka rasakan. Orang-orang lemah yang selama ini kau tindas, yang kau tekan, yang kau buat menderita tanpa bisa melawan. Mereka ketakutan kehilangan keluarga mereka, yang selama ini mereka lindungi dengan susah payah.”
Wajah Leonard semakin pucat. Hatinya gemetar, namun lidahnya kelu. Kata-kata Jinwoo menusuk lebih dalam dari seribu pedang.
Alexander yang mendengar itu masih bisa menggertakkan gigi, meski tubuhnya gemetar hebat.
“Jadi… maksudmu, kau menyamakan kami dengan rakyat jelata seperti mereka!?”
Jinwoo menoleh padanya dengan tatapan dingin.
“Kalian masih manusia, bukan?”
“Jangan sok bijak!” Alexander meraung, emosinya meledak.
“Dasar serangga!”
Aura Alexander meledak hebat, memenuhi seluruh ruangan dengan tekanan brutal. Pedang yang ia genggam mulai bersinar terang, bentuknya membesar hingga hampir tiga kali lipat. Cahaya biru menyelimuti bilahnya, memancarkan kekuatan yang cukup untuk memutuskan baja super.
“[Heaven Splitting Nova]!!” Alexander berteriak, tubuhnya melesat bagaikan meteor yang mengoyak udara.
Leonard terkejut, matanya melebar. “Alex, jangan! Kau bisa melukai Kevin!” Tapi teriakannya tak mampu menghentikan pria itu. Alexander sudah kehilangan akal sehat, hanya amarah membutakan yang tersisa.
Jinwoo menatapnya dengan ekspresi kosong, dingin, seolah-olah cahaya dan aura brutal itu hanyalah kembang api tak berguna.
“Sepertinya kau sudah kehilangan akal. Kau tidak ada bedanya dengan anjing liar… yang kehilangan rumahnya.”
DUUUMMM!!!
Serangan Alexander bertabrakan dengan holy staff usang Jinwoo. Bukan ledakan besar, bukan benturan yang saling imbang. Hanya satu suara retak… lalu tubuh Alexander dipukul balik dengan kekuatan brutal.
BRAK!!
Holy staff menghantam kepalanya. Seketika tubuhnya terhempas kebawah, menghancurkan lantai demi lantai.
DOOOMMMM!!!
Tanah bergetar keras. Tubuh Alexander menembus hingga ke lantai 1, meninggalkan jejak kawah besar dan serpihan beton berjatuhan. Seluruh gedung asosiasi pribadi Leonard bergetar hebat, alarm darurat meraung, dan jeritan panik terdengar dari para Hunter yang berada di bawah.
Dari lantai 68, Jinwoo menatap ke bawah. Aura Alexander yang biasanya bersinar seperti gunung api kini memudar, hampir padam.
Leonard menoleh ke arah bawah, lalu kembali menatap Jinwoo. Tubuhnya gemetar hebat.
Alexander—satu-satunya pelindung terkuatnya, Hunter rank S yang ia banggakan—ditumbangkan begitu mudah. Dan kini, anaknya sendiri masih tergantung di ujung maut.
Hatinya hancur. Napasnya tercekat. Akhirnya lututnya tak mampu menopang tubuhnya lagi.
DUG! Leonard jatuh berlutut di lantai, tangannya gemetar hebat, wajahnya penuh air mata bercampur keringat.
“Tolong…!” suaranya parau, lirih, namun penuh rasa putus asa.
“Tolong lepaskan anakku! Aku mohon…! Aku berjanji tidak akan mengusik kalangan bawah lagi! Aku berjanji!”
Sekilas Leonard menatap Jinwoo—dalam pandangannya, pria itu bukan lagi manusia. Bukan Hunter, bukan esper, bukan makhluk dunia ini. Tapi dewa perang yang turun ke bumi, dengan tatapan dingin yang menghakimi.
Jinwoo menunduk sedikit, menatap Leonard yang meratap di lantai.
“Seorang anak harus dididik dengan baik oleh kedua orangtuanya. Kesalahan anak… adalah kesalahan orang tuanya. Kau selalu memanjakannya, selalu menutup mata dari apa yang ia lakukan. Kau belum siap menjadi orang tua.”
Leonard tercekat, hatinya seperti diremukkan.
Jinwoo lalu menoleh pada Kevin, yang wajahnya sudah biru, napasnya tersengal, hampir kehilangan kesadaran.
“Anak ini… adalah kegagalanmu dalam mendidik.”
Leonard berteriak, “TIDAK! Jangan!”
“Entah berapa nyawa… dan kebahagiaan orang lain… yang sudah ia renggut.” Suara Jinwoo pelan, tapi dinginnya menusuk hati siapa pun yang mendengar.
“Mata dibalas mata. Gigi dibalas gigi. Nyawa dibalas nyawa.”
“TIDAAAAAAAK!!” Leonard meraung dengan suara yang memecahkan udara.
Namun detik berikutnya, Jinwoo membuka genggamannya.
Kevin terlepas. Tubuhnya jatuh dari ketinggian 68 lantai—lebih dari 250 meter dari tanah.
“AAAAAAHHHHHH!!!” teriak Kevin bergema, semakin menjauh.
Leonard langsung bangkit, wajahnya hancur oleh ketakutan.
“KEVINNNN!!!” teriaknya, dan tanpa berpikir panjang, dia berlari ke arah jendela yang remuk dan ikut melompat, mencoba menyelamatkan anaknya.
Namun tubuhnya hanya ikut jatuh dalam jurang yang sama.
DUARRR!!!
Suara benturan ganda terdengar memekakkan telinga. Jeritan orang-orang di bawah semakin menggema.
Kedua tubuh itu hancur berantakan, darah mengalir membasahi jalan.
Gedung asosiasi Hunter kini penuh kekacauan. Teriakan terdengar di setiap lantai, orang-orang berlarian panik.
Namun di lantai 68, di tengah ruangan yang porak-poranda, hanya ada sosok satu pria yang berdiri tegak.
Jinwoo.