NovelToon NovelToon
Sebuah Puisi Untuk Dila

Sebuah Puisi Untuk Dila

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Naik Kelas / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Deni A. Arafah

Semua berawal saat pertama kali berkenalan dan berjabat tangan. Aku selalu berharap bahwa waktu berhenti bergerak supaya aku bisa menikmati waktuku bersamamu. Dan senja, adalah saksi bisu dari cintaku saat aku mengadu rindu kepada semesta yang tak pernah lelah mendengarkan curhatan ku tentang dirimu. Sebuah Puisi untuk Dila adalah bagian pertama dari cerita ku dalam mendapatkan hati Dila, Wanita yang biasa saja tetapi segalanya dan istimewa dalam hidup ku. terima kasih Dila jika kamu sudah membaca novelku ini, aku ingin mengucapkan sesuatu yang belum pernah aku ucapkan sebelumnya. Bahwa aku mencintaimu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deni A. Arafah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak terdengar

Namun, pada saat yang sama, backsound pagelaran yang sangat keras tiba-tiba mengagetkan Dila. Suaraku terlupakan di tengah riuhnya musik yang menggema di aula. Dila menatapku bingung, tak mengerti apa yang baru saja aku katakan.

“Iya, Den. Kamu barusan ngomong apa? Nggak kedengaran.” Dila bertanya dengan suara yang agak keras, terdorong oleh kebisingan backsound musik.

Aku sedikit kecewa karena Dila tidak mendengar perkataanku barusan, aku langsung berbisik di telinga Dila, mencoba mengalihkan pembicaraan. “Kamu mirip anak SD, Dila.”

“Deni... ngeselin mulu!” ucap Dila dengan nada kesal, sambil mencubit perutku dengan kuat. Rasa sakit melintas di tubuhku, namun itu hanya menjadi pelipur lara atas kebingungan dan kekecewaan yang menghampiriku.

“Dila.... Dila... Sakit udah ini mah merah bekas cubitan-nya.” Aku memegang tangan Dila yang sedang mencubit ku.

Bintang menegurku dengan suara tinggi. “Oi, kalian berdua berisik! Ada apa sih?”

Aku berbisik kepada Dila dengan nada terbata-bata. “Nahkan kena marah, kamu si kasar.”

Dila memandangku dengan tatapan tajam. Wajahnya memancarkan kemarahan yang sulit ku bayangkan sebelumnya. Dia melepaskan tangannya dari genggamanku dengan kasar.

“Kok malah nyalahin aku? Kamu yang duluan yang bikin kesal, Deni!” ucap Dila dengan suara tinggi, terdengar oleh beberapa orang di sekitar kami.

“Eh tapi—” Ucapku mencoba mencari alasan, tapi kata-kataku terputus oleh sergapan Dila.

Dila mendekati wajahku dengan gerakan tiba-tiba. “Apa? Kamu berani sama aku?” suaranya penuh intimidasi, menghantam telingaku.

“Enggak ko, engga.” Aku mencoba menjauh dari wajah Dila dengan muka ketakutan.

Entah kenapa setiap aku berusaha mengungkapkan perasaanku padamu aku selalu mendapatkan halangan yang membuatku kadang putus asa untuk mendapatkan mu. Tetapi setiap melihat senyummu aku selalu sadar bahwa kamu adalah alasan segala rindu yang bersemayam di setiap malamku.

Zahid yang melihatku sedang berdua bersama Dila langsung menghampiriku. “Oi Den, lu coba cek keadaan tim-tim lain apakah aman atau nggak dan kalau ada apa-apa kabarin gua, ajak aja Dila buat temenin lu.”

“Oke siap pak pro.” Ucapku sambil mengangkat tangan untuk hormat kepadanya yang berjalan meninggalkanku.

Aku segera menarik tangan Dila agar segera bergerak. “Ayo, ikut aku.”

Dila terkejut dan terbata-bata. “Eh... Eh... Eh...”

“Udah ikut aja, jangan berisik nanti di marahin pak pro loh.”

“Iya... Iya.” Dila menyetujui perkataanku untuk ikut bersamaku mengecek tim-tim lain.

Aku dan Dila pun mengecek tim-tim lain dan tim pertama yang aku dan Dila cek adalah tim konsumsi yang berada di belakang aula, setelah sampai di sana aku menanyakan kepada mereka apakah ada masalah atau nggak di sana.

“Permisi? Tim konsumsi aman?” Sambil memasuki ruangan tersebut bersama Dila dan mengambil makanan ringan yang ada di sana.

“Paling ini bawa ke back stage, sisanya aman.” Ucap Rofi yang merupakan ketua dari tim konsumsi.

“Oke.” Aku mengambil dus yang berisi makanan yang tidak terlalu berat dan berjalan menuju Dila yang sedang berdiri di depan pintu.

Aku tersenyum ke arahnya sambil memberikan dus yang aku ambil dari rofi. “Ni bawa sama kamu, biar ada kerjaan.”

Dila mengambil dus yang aku berikan itu dan berjalan bersamaku meninggalkan ruangan tim konsumsi untuk pergi ke back stage.

“Oh iya, gua bawa ini ya.” Ucapku yang berjalan keluar sambil memberitahu tim konsumsi kalau aku mengambil cemilan di sana untuk aku makan sendiri.

“Iya.”

“Semangat bawa dusnya.” Ucapku yang berjalan ber-sama Dila yang sedang membawa dus untuk pergi menuju backstage  sambil memakan cemilan yang tadi aku bawa.

“Iya.” Ucap Dila dengan muka kesel karena dia yang harus bawa dus itu.

Aku mengambil dus yang Dila bawa. “Bercanda ko, sini biar aku bawa.”

“Berarti sini cemilannya, gantian.” Dila langsung mengambil cemilan yang tadi aku pegang setelah aku mengambil dus yang dia bawa barusan dan berjalan di depanku.

“Sialan.”

Setelah sampai di backstage aku memberikan dus itu kepada Zahid dan melanjutkan untuk mengecek tim-tim lain. Sebelum aku melanjutkan pekerjaanku aku melihat Dila yang menghilang dari penglihatan ku dan mencarinya dulu setelah beberapa menit akhirnya aku melihat Dila yang sedang menonton pagelaran sambil memakan cemilan yang tadi aku makan dengan menyamar menjadi murid kelas 10 yang sedang duduk menonton pagelaran.

“Lagi ngapain ni?” Ucapku mengagetkan Dila yang sedang menonton di pagelaran dan duduk disampingnya.

“Astaga, Deni.” Dila kaget karena tiba-tiba aku mengetahuinya yang sedang menonton pagelaran tersebut.

Aku langsung menarik tangan Dila dan membawanya keluar aula. “Ayo ikut, kerjaan belum selesai.”

Dila memberhentikan langkahnya. “Bentar-bentar itu lagi adegan seru-serunya.”

Aku mengambil cemilan yang sedang Dila makan. “Yaudah aku ambil ini ya.”

“Ih jangan di ambil.” Ucap Dila sambil mengikuti ku untuk keluar dari aula kemudian mengambil kembali cemilan yang tadi aku ambil darinya dan berjalan menuju backstage.

“Nah gitu nurut”

Aku tertawa kecil dan berjalan bersama Dila untuk mengecek tim musik yang berada di dekat panggung aula.

“Tim musik aman?” kataku bertanya kepada Winda, Dicky dan Zaman.

“Nggak aman, gua butuh cemilan sama kopi biar aman.” kata Dicky yang sedang berdiri di hadapanku.

“Oke, tar si Dila bawa kopi sama cemilan buat lu.” Ucapku sambil menunjuk Dila, aku yang melihat Dila yang selalu jadi korban pun memelototi ku.

Winda menghampiri Dila. “Oh iya Dil, sekalian bawa air mineral ya.”

Dila tersenyum. “Hehehe, iyaiya.”

“Selain itu aman?”

“Aman.” Ucap Zaman sambil mengangkat ibu jarinya.

“Kalau gitu gua kesana dulu ya.” Ucapku berjalan bersama Dila meninggalkan tim musik.

“Kenapa aku terus yang kamu suruh?” Ucap Dila yang berjalan di sampingku dan mencubit perutku dengan keras.

“Iya iya maaf, nanti aku bantuin.” Aku memegang tangan Dila yang sedang mencubit perutku.

Aku dan Dila kembali ke tim konsumsi untuk meminta kopi, air mineral dan cemilan untuk tim musik. Dan setelah selesai menyiapkan semuanya kami berdua kembali ke-tempat tim musik untuk memberikan konsumsinya kepada mereka.

“Oi nge, gua taruh di sini ya.” Ucapku sambil menaruh kopi dan cemilan diatas meja yang berada di sana.

Dila memberikan air mineral kepada Winda. “Ini Win air mineralnya.”

“Makasih ya Dil.”

“Yaudah kita balik dulu ya.” Ucapku sambil memegang tangan Dila dan membawanya pergi bersamaku.

“Kita mau kemana lagi?”

“Berarti tinggal tim property yang harus kita cek.” Ucapku sambil melepaskan tangan Dila yang barusan aku pegang.

“Tim property itu kita.”

Aku tersenyum. “Yaudah aku nanya sama kamu aja, tim property aman?”

“Ya mana aku tau, dari tadi aku sama kamu teruskan ngecek tim lain.”

Hendrik menghampiriku yang sedang bersama dengan Dila. “Oi nge, kasian tuh anak-anak tim property yang lu tinggal, mereka kekurangan orang.”

“Oke-oke, gua kesana.” Aku kembali menggenggam tangan Dila untuk menuju ke backstage dan membantu tim property yang lain.

“Oi nge, lu mojok mulu, orang lagi sibuk-sibuknya lu malah nggak ada.” Ucap Bintang yang melihat aku dan Dila yang baru saja datang.

Aku langsung membantu Bintang menyiapkan property yang akan di bawa ke panggung. “Gua barusan di suruh pak pro buat cek tim lain nge.”

“Yaudah sebentar lagi tirainya ditutup, bantu gua buat bawa properti ini ke panggung, soal nya ini bakal jadi ujung pagelarannya.”

Tak lama setelah itu tirai pun kembali ditutup, aku, Bintang dan tim property yang lain pun menaiki panggung dan mengganti property yang tadi ada dipanggung dengan property yang baru. Setelah semuanya selesai di bawa ke panggung tirai pun kembali dibuka dan Elis kembali menaiki panggung lagi.

Zahid berbisik kepadaku. “Den, lu jagain pintu keluar takutnya nanti pas keluar malah pada ribut-ribut, atau ajak satu orang aja biar lu nggak sendiri ngurusnya.”

“Oke gua otw kesana.” Ucapku sambil mencari orang untuk aku ajak kesana.

Aku langsung menghampiri Bintang yang sedang memegang tabung Nitrogen. “Tang lu free nggak? Bantu gua buat jaga pintu keluar.”

“Gua nggak bisa bantuin lu, liat ini gua pegang apa? Bentar lagi gua harus menuangkan Nitrogen ini di panggung pas si Windy baca puisi untuk penutupan. Coba ajak Hendrik.” kata Bintang menolak ajakanku dan menyuruh untuk me-ngajak si Hendrik.

Aku langsung berjalan menuju Hendrik. “Drik lu bisa bantu gua nggak? Buat jagain pintu keluar?”

“Gua bentar lagi balik naik panggung.” Hendrik juga menolak ajakanku.

Aku pun mencari orang lain di backstage untuk men-jaga pintu keluar aula bersamaku, mengingat bahwa masih ada satu orang yang bisa aku ajak, dan aku pun menghampiri orang itu.

Aku menghampiri Dila hang sedang duduk di kursi backstage. “Dila.”

Dila menoleh ke arahku. “Iya ada apa?”

Aku tersenyum dan menjulurkan tangan kananku ke arah Dila. “Ayo ikut.”

“Ikut kemana nih?”

Aku tersenyum. “Mau ikut sendiri, atau dipaksa ikut ?”

Dila memegang tanganku dengan wajah yang gelisah. “Yaudah deh ikut sendiri aja.”

“Ayo berangkat.” Ucapku sambil menggenggam tangan Dila dan berjalan menuju pintu aula.

Dila kembali bertanya, pertanyaan yang dari tadi belum aku jawab. “Emangnya mau kemana?”

Aku kembali tersenyum. “Ikut aja.”

Dila melepas genggaman tanganku dan langsung menggelitik ku. “Jawab?”

Aku mencoba menjauh dari Dila. “Iya iya aku jawab, tapi berhenti menyelidikinya, Dila “

Dila berhenti menggelitik ku. “Yaudah cepet jawab?”

Aku menarik nafas setelah Dila berhenti menggelitik ku. “Kata pak pro aku disuruh jagain pintu aula.”

“Oh dari tadi kamu nanyain si Hendrik sama si Bintang cuma buat itu?”

“Iya gitu”

“Ya terus, kamu kenapa nggak bilang tadi mau ajak aku kemana? Malah bilang mau ikut sendiri atau dipaksa ikut? Ya aku jadi takut lah.”

Aku tertawa kecil sambil membuka pintu keluar aula. “Mau sekalian nonton dulu nggak?”

“Bener nih boleh? Kalau di marahin kamu yang tanggung jawab ya?”

Aku menganggukkan kepalaku sambil berjalan me-masuki aula dan menonton pagelaran bersama Dila.

Setelah memasuki aula aku dan Dila pun duduk di paling belakang sambil melihat Elis dan Robi yang sedang beradu akting dan diakhiri dengan Robi yang memutuskan Elis. Tak lama setelah itu Windy menaiki panggung dan membacakan puisi tentang drama pagelaran tersebut, sontak seluruh orang yang ada di aula pun memberikan tepuk tangan termasuk juga dengan aku dan Dila. Setelah drama pagelaran sesi pertama pun selesai semua anak-anak kelas 10 meninggalkan aula tetapi ada juga yang meminta foto kepada teman-teman kelasku yang baru saja selesai menampilkan pagelaran.

Aku dan Dila pun mengatur agar anak-anak kelas 10 untuk tidak terburu-buru keluar dari aula.

“Jangan buru-buru keluarnya satu-satu aja.” Dila mem- berikan instruksi kepada mereka tetapi karena suara Dila yang pelan mereka tidak mendengarkannya.

Tiba-tiba ada adek kelas cowok yang menghampiri Dila yang berdiri di sebelahku. “Eh kakak mirip sama artis Adinda Azhani?” Dila hanya tersenyum menanggapi adek kelas itu.

“Eh kak aku boleh minta foto bareng nggak sama kakak?” Ucap adek kelas itu meminta berfoto bersama Dila.

“Bol—” sebelum Dila menjawab pertanyaan anak itu aku langsung menghampiri Dila.

“Maaf ya... Kak Dila nya lagi sibuk.” Ucapku sambil mengambil tangan Dila dan berjalan untuk membantuku mengatur orang-orang yang ingin keluar aula.

Dan setelah menarik tangan Dila, aku berbisik ke telinga adek kelas itu dan tersenyum. “Dan satu lagi, dia punya gua! lu cari yang lain aja.”

“Eh iya kak, maaf-maaf saya duluan.” Adek kelas itu cepat-cepat berjalan meninggalkan aula.

Dila mencubit perutku. “Jangan nakut-nakuti adek kelas.”

“Iya iya, barusan cuma bercanda.” Ucapku sambil memegang tangan Dila.

Tak lama kemudian ada tiga adek kelas cewek yang menghampiriku dan Dila, kemudian meminta untuk berfoto bersamaku.

“Kak boleh minta foto bareng nggak?” Ucap adek kelas cewek itu bertanya kepadaku untuk meminta foto ber-samaku.

“Iya kak sekali aja kak, kan tadi pagi nggak jadi foto-nya.” dilanjutkan oleh temannya disebelahnya.

Dila yang melihatku yang sedang mengobrol bersama tiga adek kelas itu langsung menghampiriku.

“Maaf maaf ya, kak Deni nya lagi sibuk paling kalau kalian mau foto bisa sama pemeran pagelaran yang di sana.” Ucap Dila sambil menunjuk ke arah panggung dan menarik tanganku untuk menjauh dari mereka.

“Siapa si cewek yang so dekat sama kak Deni? Dari pagi ganggu mulu, udah mah pendek, jutek, songong lagi, mendingan gua kan?” Ucap adek kelas itu sambil berbisik kepada temannya mengata-ngatai Dila, dan Dila yang mendengar perkataannya menoleh ke arahnya dengan muka kesal.

Aku menenangkan Dila sambil tersenyum ke arahnya. “Udah udah jangan dibawa serius, mereka cuma bercanda kok, jangan di masukin ke hati.” Adek kelas yang baru melihat Dila menoleh ke arahnya langsung buru-buru keluar aula.

“Iya.” Ucap Dila dengan nada yang masih kesal.

Setelah semua kelas 10 meninggalkan aula akhirnya aku dengan anak-anak kelas bisa istirahat walau hanya 30 menit saja, sebelum kelasku melanjutkan pagelaran untuk sesi yang kedua.

“Akhirnya bisa istirahat juga.” Ucap Elis dengan muka bahagia karena telah selesai sesi pertama dan duduk di panggung bersama denganku, Hendrik, Yomi, Robi dan Bintang.

“Masih sadar lu Lis?” Tanya Hendrik kepada Elis yang baru saja ikut duduk bersama kami.

“Kalau kagak sadar gua nggak akan di sini.”

“Oi nge, bangunin gua kalau pagelaran sesi kedua mau di mulai, gua mau tidur dulu sebentar.” Ucapku berkata kepada mereka yang berada di panggung.

Yomi melempar ku dengan sebuah kertas yang sudah dibuat bulat. “Lu masih sempat-sempatnya tidur anying?”

Tak lama Dila dan Windi pun datang membawakan minuman dan cemilan yang baru saja mereka bawa dari tim konsumsi.

“Ini buat kalian.” Ucap Windi sambil meletakan kantung keresek yang berisi minuman dan cemilan itu di atas panggung tempat kami berkumpul.

“Makasih ya.” Ucap Yomi sambil mengambil minuman itu dan meneguknya.

Windi memberikan minuman juga kepada Bintang yang berada di sampingku. “Nih buat lu.”

Bintang tersenyum. “Makasih.”

“Eh gua bagi dong satu, bawain kesini maaf ya.” Ucap Ridwan yang berada di samping panggung sambil terus mengecek Tirai untuk pagelaran sesi dua.

“Oi... Lu punya kaki gunain dikit napa?” Ucap Hendrik kepada Ridwan yang meminta dibawain satu minuman.

Ridwan hanya cengengesan. “Sorry sorry gua lagi agak sibuk soalnya.”

Dila berjalan menuju Ridwan dan memberikan minuman yang berada di kantung keresek kepada Ridwan. “Ini wan.”

Ridwan tersenyum kepada Dila dan mengambil minuman itu dari tangan Dila. “Makasih ya Dila.”

“Eh itu bocah kenapa?” Ucap Windi mengenai ku yang sedang tidur kepada anak-anak yang berada di sana.

“Dia lagi hibernasi.” Jawab Bintang.

“Nggak tepat ege kalau disebut hibernasi, tetapi lebih tepatnya dia lagi simulasi mati.” Ucap Hendrik menimpali perkataan Bintang sambil tertawa dan anak-anak yang lain pun ikut tertawa.

“Win masih ada satu lagi nggak minuman dinginnya?” tanya Dila kepada Windi.

“Ada kayaknya itu di kantong keresek.” Windi me-nunjuk kantung keresek yang tadi.

“Emangnya buat apa Dil?”

Dila mengambil satu minuman dingin dari kantung ke resek. “Enggak kok.”

Setengah jam berlalu kami pun kembali bersiap-siap untuk melanjutkan pagelaran sesi dua. Bintang yang me-lihat aku yang masih tertidur di panggung pun langsung membangunkan ku untuk menyuruhku bersiap-siap. “Oi Den bangun, bentar lagi sesi dua mau dimulai.”

“Perasaan gua baru tidur sebentar, kok udah mau sesi dua lagi aja.” Ucapku sambil berdiri untuk pergi ke backstage.

Dila melihatku yang baru saja menuruni panggung. “Udah bangun?”

“Bentar Dila aku belum terkumpul nyawanya.” Ucapku menjawab perkataan Dila dan berjalan menuju bangku yang berada di backstage.

Dila duduk di sampingku dan menempelkan minuman kaleng yang tadi dia ambil dan menempelkannya di pipiku. “Ini buat kamu.”

“Dingin.” Ucapku yang kaget tiba-tiba Dila menempelkan minuman itu ke pipiku.

Dila tersenyum. “Sengaja biar kamu nggak ngantuk lagi.”

“Dasar.” Ucapku dengan nada kesel dan mengambil minuman kaleng itu dan meneguknya.

“Yaudah ayo, kerjaan masih banyak.” Dila menjulurkan tangannya padaku untuk mengajakku menjaga pintu masuk lagi.

Aku tersenyum dan menggenggam tangannya kemudian berjalan  ke depan pintu masuk. “Iya ayo.”

Dila jika saat itu aku mempunyai keberanian untuk mengungkapkan isi hatiku padamu, mungkin aku akan menjadi orang yang pertama yang akan selalu menikmati senyummu kapan pun dan di manapun.

Sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak bisa menemukan cara untuk tidak menyukaimu.

Jadi aku akan tetap seperti ini. Kau tak perlu merasa bersalah, dan tidak perlu melakukan apa-apa.

Kau hanya cukup tau...

Perasaanku itu saja.

...****************...

1
dean
Semangat tor, kami tunggu Volume 2nya
•Rifa_Fizka
Hallo kakak mampir juga dong di novel aku ,yang berjudul kekuatan hati wanita ceritanya seruuu
dean
Sad banget, udah mengungkapkan tapi nggak kedenger
calliga
Yah jadi sadboyy
calliga
Malu" kucing
calliga
Kyaaa so sweet
calliga
Guru nya dendam pribadi kah
dean
Alurnya bagus, apalagi pad prolognya dibuat dari sudut pandang cowok yang tidak bisa moveon dan belum pernah mengungkapkan perasaannya
calliga
Lanjut thor!,bantu mampir ya Ke novelku "dragon lord system", xD
calliga
Guru killer
calliga
Ngantri sembako dong
calliga
Apes sekali yah xD
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!