Sebuah Puisi Untuk Dila

Sebuah Puisi Untuk Dila

Prolog

Aku bukan Dilan yang bisa mengungkapkan isi hatinya dengan terang-terangan. Bukan Dilan yang ketika di jalan menuju sekolah dia meramal Milea, atau ketika dia suka dengan berani datang kerumah berkirim surat dan menelepon dengan seolah itu mudah. Aku adalah aku, yang hanya bisa mencintaimu dengan diam-diam. Aku tak berani mendekatimu karena terlalu takut, karena ketika aku mendekatimu kamu malah makin menjauh dan menghindari.

Untuk dirimu yang aku kagumi selama bertahun tahun.

Aku menulis ini di sudut kamarku sambil menghadap ke arah monitor dan memandangi foto kita berdua sewaktu SMA dulu, sambil menghirup sebatang rokok yang aku pegang di antara jari telunjuk dan jari tengahku. Dan entah mengapa, di saat sekarang aku malah ingat kamu dan banyak hal tentang masa SMA ku dahulu. Tentang teman-teman, tentang guru dan juga tentang dirimu. Aku ingin kembali ke masa itu, masa di mana aku bersama teman-teman yang seru, juga masa saat kita satu kelas di mana aku bisa melihatmu hampir di setiap hariku.

Kiranya ada banyak hal yang ingin ku ungkapkan, namun tak bisa karena tak cukup berani untuk mengungkapkannya. Maka ku tuliskan di sini, sebagai pelampiasan atas apa yang bersemayam dalam hatiku selama bertahun-tahun ini. Mungkin ini adalah cara terbaik untuk dicurahkan daripada dipendam yang hanya akan menimbulkan jerawat batu di wajahku yang barang kali tak terlalu tampan ini.

Aku adalah pengagummu yang sering kali membuat sebuah cerita di dalam imajinasiku untuk menghibur diri sendiri, seolah kita adalah seorang pasangan yang paling amat bahagia di dunia imajinasiku. Dan itu menjadi harapan dalam diriku untuk bisa membuatku merasa baik-baik saja. Aku selalu senang membuat sebuah cerita tentangmu dan diriku, di mana aku berperan sebagai mc/main caracter dan kamu adalah heroine di mana kita selalu bersama dalam menyelesaikan apa pun dan yang berujung Happy Ending, tapi ya sudahlah itu adalah versi dirimu yang ada dalam imajinasiku.

Sejak kapan aku mengagumimu? Kira-kira saat awal masuk SMA saat hari pertama orientasi mungkin itulah awal dari perasaanku padamu. Barang kali saat itu kamu cukup menjadi primadona, menjadi siswi yang terlihat dan terkenal di sekolah, tak heran bila banyak siswa yang menyukaimu termasuk aku. Berbeda denganku yang barangkali tak terlihat karena aku bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Aku hanyalah siswa yang saat itu biasa-biasa saja dengan pencapaian yang standar dan kadang juga di bawah rata-rata.

Sekarang telah memasuki tahun ketujuh dan aku masih setia menjadi penggemarmu. Bagiku segala hal tentangmu adalah hal yang paling enak untuk ku cerna, pembahasan asyik yang membuatku antusias tidak ada habisnya.

Aku senang dengan hal sederhana yang kamu lakukan padaku, seperti notifikasi pesan darimu yang mungkin menghiasi ponselku selama enam bulan sekali atau bahkan tak pernah ada. Atau hal lain yang membuatku bahagia adalah saat kamu melihat postinganku dan apalagi ada komentar-mu tersemat di sana maka akan ada lengkungan senyum di bibirku.

Oh ya, pernah juga waktu kita terakhir bertemu empat tahun yang lalu tepatnya saat itu kita sekelas mengadakan Buka Bersama di Villa si Hilma. Kamu ingat? Aku duduk dari jauh, bercanda bersama teman-teman, kemudian diam-diam aku mencuri pandanganmu entah kamu melihatku atau tidak saat itu. Yang jelas saat itu aku memperhatikan bagaimana caramu mengedipkan mata, juga bagaimana kamu berbicara dengan pelan kemudian menutup mulut saat tertawa. Maka ketika foto bersama aku akan berusaha mencari cara bagaimana agar aku bisa berdiri di sebelahmu dan agar kita seolah sedang berdua.

Berbicara tentang foto berdua, dulu kita pernah berfoto berdua ya walau itu satu-satunya foto berdua aku bersamamu selama tujuh tahun aku mengenalmu, tetapi aku masih menyimpannya bersamaku, aku berharap suatu saat aku bisa memberikan foto itu padamu dan kamu bisa menjaga foto itu karena satu-satunya kenangan yang nyata adalah foto kita berdua saat itu.

Untukmu Dilaku Terima kasih karena kamu telah menjadi alasan di mana sekolah yang harusnya membosankan menjadi hal-hal yang indah dengan senyumanmu, jika suatu saat kita bertemu aku akan mengungkapkan perasaanku yang sudah lama terpendam kepadamu.

Tentang hatimu untuk siapa itu bukan urusanku. Yang jelas di hatiku ada kamu. Aku tidak minta perasaan ini dibalas. Tapi jika nanti sekiranya hatimu luluh, aku akan bertanggung jawab untuk itu. Perasaan aku ke kamu tidak bisa di ganggu gugat. Kecuali kamu sendiri mempunyai perasaan yang sama. Maka dengan senang hati silahkan ambil andil hatiku. Maaf, soal kamu aku egois. Tanpa izin aku sudah menempatkan kamu di Hati. Jadi hati-hati siapa tau nanti kamu juga jatuh hati.

Satu waktu, seseorang bisa memenangkan hatimu tanpa melakukan apa-apa, dia hanya menjadi dirinya lalu kamu jatuh cinta. Di waktu yang lain kamu memenangkan hati seseorang tanpa usaha apa-apa, kamu hanya diam lalu dia terkesan. Hidup memang kumpulan kejadian di luar keinginan.

Ada beberapa pertanyaan di kepalaku yang sampai sekarang belum kutemukan jawabannya, dan salah satunya adalah jawaban dari pertanyaan kenapa aku bisa mencintaimu sedalam ini. Kata beberapa orang kalau mati satu tumbuh seribu, tetapi kenapa seribu orang yang datang tidak bisa menggantikan kamu.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!